empat

24.2K 1.6K 80
                                    

.

Happy reading :)

Ella menghembuskan nafasnya lega melihat anaknya Hanin yang sedang menenggelamkan wajahnya di sandaran sofa yang ada di ruang keluarga saat ini.

Tapi, cara duduk anaknya membuat Ella harus melangkah dengan tergesa, dan cepat. Takut anaknya Hanin yang duduk di pinggiran sofa membelakanginya di depan sana, terjatuh di atas lantai, kepala atau bahkan tengkuknya menghantam pinggiran meja yang ada di tengah-tengah sofa yang melingkar, itu menyakitkan, dan Ella tidak mau anaknya Hanin terluka. Cukup batin, dan pisikis anaknya yang terluka diam-diam selama ini.

Terluka karena sifat tak acuh, dan kurang perhatian serta pendekatan dengan sang papah, demi Tuhan laki-laki itu, Serkan adalah papa kandungnya.

"Mama yang akan nangis duluan, lihat anak mama Hanin jatuh, dan memiliki luka di tubuhnya walau hanya sebesar biji anggur."Ucap Ella dengan nada lirihnya, kedua tangannya dengan tubuhnya yang sudah sangat berisi saat ini duduk di samping kanan Hanin, menahan tubuh anaknya agar tidak terjatuh ke lantai.

Dengan kedua lututnya, anaknya bagai seorang yang sedang bersujud saat ini, dengan kedua lutut yang sebagian sudah tak memijak pinggiran sofa lagi, Ella yakin, ia melepas tangannya, anaknya jelas akan menghantam lantai. Membuat Ella semakin mengeratkan pegangannya pada bahu, dan bokong mungil anaknya.

"Hanin..."Panggil Ella lembut.

Dan kelakuan Hanin, tanpa di duga oleh Ella , anaknya menormalkan posisi duduknya. Menatap Ella dengan tatapan marah, dan raut wajah yang hampir menangis.

"Hanin nggak suka, Mama. Mama selalu bela, Papa. Hanin nggak nakal. Papa yang nakal. Papa nggak suka Hanin. Papa jarang cium Hanin kayak Papa Bella. Papa jarang ajak main Hanin. Papa jahat sama Hanin. Jahat sama mama juga tadi. Jahat sama calon adik Hanin juga tadi. Papa nggak kayak papa Bella. Antar Mama Bella buat ke dokter untuk lihat adiknya, di antar sama Papa Bella, pulang juga sama Papa Bella. Hiks. Hik. Huaaa."Ucap Hanin beruntun dengan nafas anak itu yang sudah tersengal-sengal saat ini. Dan juga tangisannya yang sudah pecah.

Kedua tangan mungilnya, terlihat mengacak rambutnya kasar, bahkan menjambaknya juga. Hanin juga bahkan sesekali, menghantam kepalanya, untung Hanin menghantam kepalanya di sandaran sofa yang empuk.

Dengan air mata yang hampir menetes. Ella meraih anaknya untuk ia peluk, tapi Hanin menolak untuk ia peluk. Anaknya meronta, dan memukul-mukul dengan kedua tangannya.

Membuat Ella sangat kewalahan.

Dan Ella menyerah, di saat tangan mungil Hanin tak sengaja memukul perut buncitnya dengan frekuensi yang cukup kuat.

"Sakit, Sayang. Perut mama sakit. Jangan begini."Ucap Ella lirih sekali dengan air mata yang akhirnya luruh, membuat Hanin bungkam dengan tubuh yang diam, dan kaku bagai robot saat ini.

Menatap dengan takut pada wajah basah Ella kali ini. Kedua manik cokelatnya, yang di ambil Hanin dari mamanya menatap takut-takut juga secara bergantian pada perut mamanya yang tak sengaja ia pukul tadi, dan dengan wajah basah mamanya.

Di sana... Di sana ada adiknya, dan Hanin dengan nakal malah memukul adiknya barusan.

Hanin terlihat meremas kuat tangannya yang ada di atas pahanya saat ini.

"Maaf, Ma. Hanin nakal, Ma. Hanin pukul adik Hanin. Maaf. Adik Hanin nggak mati kan, Ma? Maaf kan Hanin, Ma. Jangan cabut surga untuk Hanin. Maaf... Ampuni Hanin, huhuhu Hanin nakal."Ucap Hanin dengan cepat, dan wajah yang sangat basah, jelas basah oleh air matanya. Dengan nafasnya yang semakin tersengal, dan terputus-putus saat ini.

Rasa sakit yang sedikit menyapa perut Ella tadi, detik ini sudah hilang entah kemana. Di gantikan dengan raut wajah senang, dan senyum tipis yang terbit begitu indah di kedua bibirnya saat ini. Di gantian dengan rasa senang yang tak terkira besarnya.

Akhirnya...setelah sekian belasan purnama.
Kerewelan yang di miliki anaknya dulu, di saat ia masih sangat kecil, barusan sudah kembali. Anaknya baru saja mengeluarkan suaranya banyak walau dengan kosa kata yang hampir sama.

"Surga dari mama masih ada untuk Hanin. Asal Hanin nggak nakal, dan nangis, dan jambak rambut Hanin sendiri seperti tadi, Sayang."

"Mama maafkan, Hanin. Tapi, jangan ulangin lagi, ya. Jangan buat diri Hanin terluka. Mama nggak suka. Karena rasa sakit yang di rasakan Hanin, mama juga bisa merasakannya. Kenapa? Karena Mama sangat Sayang Hanin."

"Papa juga sangat sayang sama, Hanin. Sayang bangat sama Hanin."Bisik Ella lembut sekali di atas puncak harum, dan lembut kepala anaknya.

Tangannya dengan sedikit gemetar, mengelus sayang, dan penuh cinta punggung anaknya yang masih sedikit bergetar seperti orang menahan tangis saat ini.

"Maa..."Panggil Hanin pelan, dan anak yang berusia lima tahun itu, terlihat melepaskan pelukannya dengan sang mama. Ella menuruti kemauan anaknya.

Tapi wajah Ella terlihat takut, melihat anaknya yang menekan dadanya kuat saat ini.

"Hanin kenapa? Anak Mama kenapa?"Tanya Ella lembut dengan raut cemas yang tak bisa di tutupi oleh wanita itu sedikit'pun saat ini.

"Dada Hanin kayak sesak nafas gitu tadi, Ma. Sakitnya kayak pas Hanin lagi lapar. Tapi lebih sakit dada Hanin tadi, Ma. tadi di rumah sakit itu. Pas papa bilang, kamu jangan ikut masuk. Tunggu aja di sini."Bisik Hanin pelan, dan tangan mungilnya terlihat menekan semakin kuat dadanya saat ini.

Karena rasa sesak, dan sakit yang tak Hanin mengerti, seperti tadi, kembali menyapa dadanya saat ini.

"Hanin mau ikut lihat Adek. Tapi Papa suruh Hanin duduk diam di kursi bu dokter. Takut kalau Hanin ikut, nanti adeknya keluar dari perut mama seperti Hanin. Hanin nggak ngerti. Tapi Hanin mau nemanin mama tadi."rengek Hanin dengan raut wajah yang hampir menangis lagi.

Ella? Wanita itu sebisa mungkin, menahan isaknya yang ingin pecah. Di saat ingatannya kembali melayang pada saat berada di ruang dokter ( lupa namanya), dan suaminya dengan tega menyuruh anaknya Hanin duduk sendiri, menunggu mereka di kursi tunggu yang ada dalam ruang dokter ( lupa namanya).

"Maaa..."Panggil Hanin lagi.

Ella menoleh cepat kearah anaknya.

"Ada apa sayang? Anak mama haus? Lapar?"Tanya Ella cepat masih dengan nada lembut, dan halusnya.

Hanin terlihat menunjuk perutnya dengan jari telunjuk mungilnya saat ini.

"Kata papa, suruh obatin mama bekas cubitan papa di ruang bu dokter tadi. Hanin nakal karena pengen nemanin mama, dan adek."Ucap Hanin pelan dengan kepala yang menunduk dalam. Takut mamanya marah, seperti papanya yang diam-diam marah tanpa sepengetahuan mamanya yang lagi di toilet tadi.

Tbc !

Tiga part lagi, Ella melahirkan. Lalu hamil lagi. Tapi hamilnya jelas anak laki-laki. Setelah baby girl yang ini lahir.

Bakal mampus si serkan nanti😅😂

Besok pagi lagi, ya upnya😊

Ada yg baca?😉

29-03-2020-21:47

Minggu :)

Baby Boy (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang