Malam harinya Lady tak bisa tidur, tubuhnya selalu bergerak mencari tempat nyaman. Tapi tetap saja itu tidak membuat matanya mau tertutup, dia segera beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah.
Lima menit Lady keluar dengan wajah yang lebih segar, dia mendongak menatap jam di dinging yang masih menunjukan pukul 07:23 PM. "Makanya gue gak bisa tidur"
Lady menghela nafas kasar, saat ini dia butuh minuman hangat. Langkah kecilnya berlalu menuju ke bawah, saat sudah berada di tangga terakhir bel pintu utama berbunyi nyaring. Lady berhenti sebentar, dia benar-benar takut saat ini. "Gue ber do'a semoga itu bukan hantu"
Dua menit bel berhenti lalu suara knop pintu membuat Lady segera beringsut mundur dua langkah. "Pasti ini maling!"
"Lady!" Suara dari tamu tak di udang membuat Lady memejamkan kedua matanya, langkah kakinya terdengar semakin mendekat.
"Hey lo ngapain di situ" Dia ingat ini suara siapa, itu adalah suara milik Rasya.
Lady membuka mata dengan begitu Ia terkekeh kecil. "Lo sih buat gue parno, ngapain sih malem-malem ke sini?"
"Bunda baru pulang, ini buat lo sama gue. Makan bareng yuk" Rasya yang menenteng dua bungkus mie ayam segera berlalu menuju dapur.
Lady pun hanya mengikuti Rasya dan setelahnya memilih duduk di kursi bar. "Sepi banget rumah lo"
"Hm" Lady bergumam sebagai jawaban.
"Gue kira lo gak dirumah, kenapa lampu depan lo matiin sih" Tangan Rasya dengan cekatan mengambil mangkuk dan menaruh di meja.
Mie ayam satu porsi di geser di hadapan Lady. "Ayo di makan"
Pikiran Lady melayang ketika mendapat perhatian seperti ini dia merasa takut jikalau Rasya akan melupakannya suatu saat nanti. "Ayo di makan" Rasya mengulangi lagi dengan mengambil garpu dan sendok.
Namun Lady dengan cepat mengambil garpu dan sendok itu dengan kasar. "Gue bisa sendiri"
Rasya menatap bingung, namun Ia hilangkan pikirannya yang negatif ketika menatap sahabatnya memakan mie yang di bawakannya dengan lahap.
******
Di pagi ini Rasya sudah terlihat segar di depan gerbang, baju olahraga nya sudah terlihat jika lelaki tersebut akan joging. Kompleks perumahan miliknya yang ramah lingkungan membuat Rasya sudah stay di depan rumah, dan di seberang terlihat gadis yang menjadi sahabatnya sedang melakukan pemanasan. "Mau joging kan!"
Lady hanya merespon dengan tatapan, lalu dia berlalu dengan berlari-lari kecil. Rasya yang tertinggal segera melangkah, menyamakan dengan ikut berlari di samping Lady. Ia tersenyum kecil. "Pagi Lady"
"Sya udah deh, sana duluan. Ngapain sih ngikutin gue" Lady berjalan lebih cepat. Tentu Rasya ikut dengan menambah kecepatan larinya.
"Gue perhatiin dari tadi malem lo banyak diem. Kenapa? Sakit gigi lo" Tangan Rasya akan menyentuh pipi Lady.
Dengan cepat Lady lebih dulu menepis tangan Rasya kasar. "Ganggu, sana pergi" Lady berhenti dan itu diikuti Rasya.
"Lo ngusir gue, lo kenapa sih?" Alis Rasya terangkat sebelah, dia bingung sekarang dengan perubahan yang sangat pesat pada sahabatnya.
"Gue udah di tungguin sama Aldo, gue duluan" Lady tak membalas pertanyaan Rasya dengan berlalu. Tak lupa Ia juga menepuk pundak lelaki yang menjadi sahabatnya.
"Lady!" Teriakan Rasya tak mendapat respon. "Kenapa tuh cewek, pms kali"
Tak lama Rasya bersitatap dengan mata Aldo yang menyiratkan sebuah kesenangan ketika mendapati Lady yang tak suka pada lelaki itu malah saat ini mau joging bersama. "Pasti dia guna-guna Lady, wah gak bisa di biarin"
Rasya mengepalkan kedua tangannya ketika melihat Lady dan Aldo sudah jauh dari pandangannya. Sebelum kepergian keduanya Rasya melihat tatapan Lady yang sayu. "Dasar Aldo pengganggu!"
Rahang Rasya mengeras, entah hatinya panas sendiri melihat Lady yang tersenyum lebar saat si Aldo dengan receh nya menggombali gadis yang sangat di sayanginya sebagai sahabat atau lebih? Dan itu hanya Tuhan yang tau.
*****
Bunda tersenyum senang dengan kedatangan Lady. "Sayang masuk yuk, sini Bunda kangen sama kamu"
"Bunda" Lady menghambur ke pelukan wanita paruh baya yang sudah di anggap Lady sebagai ibu kandungnya sendiri.
"Sayang kamu tau Rasya dari tadi cariin kamu, katanya kamu asik sama pacar baru" Bunda bertanya dengan mengusap puncak kepala Lady setelah pelukan terlepas.
Tessa yang di ujung tangga segera berlari kecil dan menarik tangan Lady secepat angin. "Bunda Kak Lady aku pinjem dulu. Kak Rasya bawel tuh dari tadi"
Bunda kaget dengan kedatangan putri bungsunya. "Tessa Bunda belum selesai ngomongnya!"
Tessa tak menghiraukan teriakan ibunya. "Kak Lady harus liat"
Lady hanya mengangguk, dia sebenarnya bingung. Namun mau bagaimana lagi ketika Tessa yang berumur 14 tahun mempunyai kekuatan untuk menarik tubuhnya. "Dah kak Lady, good luck!"
Lady tersadar ketika suara pintu tertutup keras, dia langsung menatap sekeliling kamar bernuansa dark. Ini kamar milik Rasya, wah ini bahaya. "Tessa jangan gini dong, buka pintunya!"
Rasya yang bermain gitar di balkon dengan menatap ke depan kamar milik Lady yang di terangi lampu Segera beranjak berdiri ketika mendengar suara Lady. "Tessa buka pintunya!"
"Lady! Hey lo disini ternyata" Rasya menyapa dengan suara lembut, terlihat Jika lelaki tersebut senang mendapati sahabatnya ada di sini. Rasya sudah di ambang pintu balkon segera melangkah dan duduk di ranjang.
"Hm" Lady berdehem, dia gugup. "Gue mau pulang, buka pintunya" Lady berkata dingin.
Raysa bingung, hatinya terlihat kehilangan saat Lady membalas dengan dingin, tampak bukan seperti sahabatnya. "Gue tanya, lo kenapa sih?!"
Suara Rasya meninggi, tubuh Lady merapat di pintu. "Gue mau pulang!"
Raysa beranjak berdiri dan menatap mata Lady, tangannya terkepal. "Lo aneh"
Rasya menggeleng tak percaya dengan perubahan yang terjadi pada Lady. "Gue mau pulang!"
Meskipun sudah meminta untuk di bukankan pintu Rasya tetap tak bergeming dari tempatnya berdiri. "Gue mau pulang!"
"Gue cemburu! puas lo" Tubuh Lady beringsut, kedua lututnya tertekuk. "Gue cemburu Sya"
"Cembur?" Raysa yang sedikit melunak mendengar jawaban dari Lady segera melonggarkan kepalan tangannya.
"Gue baru ngerti. Gue suka lo" Lady mendongak dengan tangannya yang masih memeluk lututnya. "Maafin gue, gue benci diri gue sekarang"
Kedua mata Raysa panas membuat kelopak matanya terdapat buliran bening. "Gue tau"
"Lo gak tau apa-apa!" Lady menenggelamkan wajahnya di lutut, dia malu untuk kembali menatap wajah Rasya. "Gue kira sahabatan lo itu gak akan jadi kayak gini"
Rasya mengusap wajahnya untuk menghapus air matanya yang tanpa sadar sudah di pipinya. Rasya berlalu menghampiri tubuh sahabatnya. "Untuk apa Lo benci diri Lo sendiri, ketika nyatanya gue juga suka lo"
Lady terisak kuat, tubuhnya yang bergetar segera di peluk Rasya. "Maafin gue"
Rasya hanya mengangguk dengan lebih erat memeluk Lady, keduanya menumpahkan isi hati masing-masing dengan tangisan. Bahwa ternyata Tuhan sudah merencanakan sesuatu yang lebih indah akhirnya dari pikiran manusia. Yeah keduanya saling mencintai, cinta yang sempurna.
*****
Jangan lupa untuk Follow vote and komen.
Love you
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomHolla guys comeback lagi dengan cerita baru yang akan Author bawakan, dan kalian jangan lupa, untuk follow vote and komen. Di Short Story ini cerita tentang kisa kehidupan mereka yang sudah Author rangkum sedemikian rupa untuk membuat kalian tertari...