Elina mempunyai kembaran cantik yang menjadi kakaknya. Ia adalah Eliza si gadis primadona di kampus dan Elina adalah kebalikan dari sifat kakak kandungnya, namun meskipun selalu di beda-bedakan Elina tidak sama sekali merasa tersinggung.
Hanya saja Ia tak menyukai jika Eliza selalu gencar untuk mendekati pacarnya, si tampan dan keren di sekolah. Dia adalah Jasen Elbarac, kekasih yang terlihat sangat mencintai Elina. Setelah mengambil hati kedua orangtuanya saat ini Elina bersikeras untuk tidak menyerah untuk memberikan Jasen pada kakaknya. Dan saat ini Elina sangat menikmati kebersamaan bersama sang kekasih. "Honey kau terlihat sedang gelisah sejak tadi"
Elina menggeleng sebagai balasan. "Aku hanya lelah"
"Kalau begitu tidurlah" Tangan Jasen meraih kepala Elina untuk di sandarkan pada bahunya.
Saat ini keduanya sedang berada di mobil Limosin khusus untuk mengantar Jasen setiap harinya ke sekolah. Namun di bagian penumpang di samping kemudi ada Eliza yang duduk manis seperti putri yang selalu menjaga imagenya. "Aku pinjam bahumu dulu"
"Ya" Senyuman di wajah tampan Jasen membuat penyakit menular pada Elina yang langsung membalas senyuman kecilnya.
"Kau sangat tampan, banyak gadis yang menyukaimu" Monolog Elina yang sangat di dengar Jasen maupun Eliza.
"Itu takdir" Tidak bisa menyangkal bahwa Jasen lelaki sempurna, bibir tebal dengan alis runcing. Dan sifat dinginnya membuat Elina bisa tertolong dari rasa cemburu.
"Kau sangat sombong bung" Kekeh Elina keras tanpa memedulikan supir dan Eliza yang berada satu mobil dengannya.
"Ya itulah aku. Dan kau tidak akan bisa move–on padaku, karena aku adalah lelaki tampan" Bibir Jasen mencium puncak kepala Elina lembut, itu semua membuat Elina memejamkan mata menikmati kedekatannya dengan kekasihnya.
"Ew! Kau sangat menggelikan" Elina sudah tidak lagi menyandar pada bahu Jasen di gantikan dengan duduk menghadap kekasihnya. Tangannya dengan jahil mencubit pipi Jasen yang selalu di jaga lelaki itu dari tangan nakalnya.
"Elina Ck!" Javier berdecak membuat Elina tertawa senang karena sudah membuat Jasen tersiksa olehnya.
"Maaf" Elina melepas cubitan tangannya dari pipi milik Jasen dengan bersandar kembali pada kursi.
Jasen hanya melirik dengan sudut mata. Namun dia tidak pernah kesal dalam hati maupun hal apapun yang berkaitan dengan Elina, karena tangannya kini sudah mencari tangan mungil kekasihnya untuk Ia genggam. "Love you~" Ujar Jasen dengan nada meledek, dan dengan kurang ajarnya mencium pipi si gadis kecilnya.
*****
Eliza turun dari mobil dengan wajah muak melihat adik kembarnya. Dalam pikirannya Elina sengaja untuk membuatnya cemburu, oh ini gila. "Sister"
Eliza menoleh menatap jenuh pada Elina yang berjalan menghampirinya tanpa ada Jasen lagi, mungkin lelaki itu sudah masuk kampus. "Kau melihatnya"
"Apa maksudmu" Alis Eliza terangkat, menantang Elina untuk segera berbicara apa yang sedang di maksud adiknya.
"Kau sedari tadi mencuri pandang pada kami, kau cemburu bukan" Smirk Elina terlihat pada bibirnya.
"Cemburu, oh God! Kau tidak tahu reputasiku di kampus?" Tanya Eliza dengan sombong.
"Tau, si primadona yang akan menikung adiknya. Right" Elina pura-pura dengan menggedikan bahu acuh.
"Jaga batasanmu, kau hanyalah kerikil jika mau aku bisa membuat Jasen memilihku" Dan kini Eliza mengancam dengan meremehkan Elina.
"Oh ya, jika bisa maka aku akan membencimu seumur hidupku!" Meskipun dalam wajah tenang Elina sedari tadi menahan emosi. Dia sebenarnya takut jika kakaknya akan nekat.
"Kau membenciku? Itu semua tidak akan membuat hidupku menjadi gelandangan, kau mengerti little girls" Tangan Eliza menyentuh rambut pirang Elina dengan tangan kotornya.
Elina menepis dengan menatap tajam. "Kalau kau berhasil, silahkan saja ambil"
"Ya tentu" Oh gila! Apa yang sudah di katakan kakaknya kini sudah menjalar pada otaknya.
"Tapi langkahi dulu mayatku, kau mengerti bitch!" Setelah membuat kemarahan Eliza berada di ubun-ubun Elina memilih pergi.
"Elina!" Teriakan kakak kembarannya tidak membuat Elina berhenti untuk terus berjalan.
Tangan Elina meraih hendset untuk segera di pasangkan pada telinganya, bosan mendengar ocehan si kakak yang tidak punya akhlak.
"Fucking you girls!" Umpat Elina keras agar terdengar oleh kakaknya.
******
Elina menatap layar ponselnya, ada pesan masuk dari Jasen. Lelaki itu kahwatir karena Elina pulang dengan naik bus biasa. Karena kelasnya baru pulang pukul 19:30 PM tadi pun Elina harus pergi membeli buku novel keluaran terbaru. Setelah sampai di rumah Elina heran dengan barang-barang yang berserakan di ruang tamu. "Kau mau jadi apa!"
Suara teriakan dari ruang keluarga membuat Elina berlari cepat. "Astaga"
Elina kaget dengan kembarannya yang sudah bersimpuh di lantai marmer dengan Mommy dan Daddy yang terlihat marah besar. "Elina!"
Elina kaget dengan pelukan tiba-tiba dari Keylee ibunya. "Mom ada apa" Ujar Elina kaku, ini baru pertama kalinya sejak sebulan bermusuhan dengan kedua orangtuanya gara-gara Eliza.
"Kami salah nak, ternyata Eliza lebih buruk. Kami salah menilaimu, maafkan Mommy dan Daddymu" Elina tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia membalas pelukan ibunya dengan erat.
Eliza yang melihat terlihat kesal. "Mommy kau salah, dia yang ada di foto bukan aku! aku tidak pernah sepeti itu Dad!"
Maikel Ayah Elina terlihat sangat kecewa pada kakaknya. Elina melepas pelukan dari Keylee. "Dad"
Panggilan Elina mendapat sambutan hangat dengan tangan besar milik Maikel yang mengusap rambutnya. "Kami menyayangimu nak"
Elina mengangguk senang. Dan kini Eliza menatap Elina penuh benci. "Aku membencimu!"
Raung Eliza bangkit dengan mengambil barang-barangnya yang berserakan. "Elina ini belum berakhir, lihat pembalasanku!"
Eliza berlalu dengan menatap nyalang pada kedua orangtuanya. "Dad kau akan menyusulku suatu hari nanti dan Mom kau akan meminta maaf padaku" Ujar Eliza dengan berdecih kecil.
Elina berdiri tidak tenang di tempat. "Dan anak yang baru saja kau sayangi ini akan aku buat dia menderita!" Eliza yang sudah berada di hadapan adiknya segera mendorong bahu Elina kuat. "I hate you!"
Kepergian Eliza membuat Elina masih diam di tempatnya. "Sayang jangan dengarkan kakakmu, dia pasti hanya bercanda"
Elina menggeleng, karena Eliza bukanlah orang yang diam ketika ada orang yang mengusiknya. "Mom!" Elina akhirnya hanya bisa menangis di pelukan sang Ibu.
******
Jangan lupa untuk vote komen and follow ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
AcakHolla guys comeback lagi dengan cerita baru yang akan Author bawakan, dan kalian jangan lupa, untuk follow vote and komen. Di Short Story ini cerita tentang kisa kehidupan mereka yang sudah Author rangkum sedemikian rupa untuk membuat kalian tertari...