Broken Heart - Replaceable

3.4K 143 6
                                    

Ada Hal yang mengganjal di hati Lady Anantahsya saat ini, entah itu sebuah firasat atau memang sebuah pertanda buruk akan datang. Mungkin ini efek setelah meninggalnya Mama Lady dua hari yang lalu membuat gadis tersebut sedikit terguncang oleh kepergiannya. "Lady!"

Suara Rasya sahabat sekaligus menjadi kakak terbaik yang di punyai gadis tersebut. Lady menoleh dengan mengulum senyum kecil. "Kok duduk di lantai sih, ini dingin tau. AC nya juga"

Sifat Rasya yang seperti ini tentu membuat hati setiap gadis akan melambung, namun tidak untuk Lady. "Gue suka di sini"

Rasya menggeleng dengan tingkah sahabatnya. Dia mengambil bingkai foto yang sedang di genggam Lady. "Ayo bangun, gue udah siapin nasi goreng spesial buat lo" bingkai di letakan Rasya di nakas.

"Nggak mau" Lady menolak halus dengan menggeleng.

Tapi Rasya tak mau membuat sahabatnya sakit. Tentu dia segera menarik pelan tubuh kecil Lady agar segera beranjak berdiri, tubuh kecil Lady segera di gendong ala bridal style dengan sangat hati-hati takut jika gadis rapuh di gendongan nya tidak nyaman. "Sya?"

Suara pelan dengan nada tak bersemangat Lady membuat Rasya membalas dengan bergumam. "Gue gak laper"

"Lady, udah ya. Jangan buat diri Lo sakit" Rasya menurunkan Lady di tempat duduk bar. Di meja yang sudah terdapat dua bungkus makanan, dua piring di persiapkan Rasya.

Satu piring berisi penuh nasi goreng dengan lauk pauk di letakan di hadapan Lady. "Makan. Kalo nggak gue yang suapin"

Lady hanya mendelik kesal. "Gue bisa sendiri" Dua suapan membuat Lady memberhentikan makannya.

"Kenapa, gak enak ya?" Rasya akan mengambil piring Lady untuk mengganti menu makanan yang di sukainya.

"Eh, gak usah" Lady kembali menarik piringnya. "Sya jujur gue udah kenyang"

"What? Lo baru dua suap" Tatapan Rasya menyiratkan sebuah tidak kepercayaan.

"Gak percaya ya" Lady keukuh dengan begitu matanya sembab. Entah sejak kematian ibunya hati Lady semakin rapuh, apalagi Lady juga tak menyukai dirinya sendiri yang saat ini lemah akan hal sesuatu.

"Okey-okey jangan sedih dong" Rasya tersenyum dengan begitu dia memeluk tubuh Lady. "Maaf tapi kalo lo nggak makan lo bakal sakit"

"Jangan diem kalo ada masalah, gue bakal selalu ada buat lo" Tiba-tiba Rasya mengatakan hal itu, dan Lady segera mendongak. Tangan nya tak bisa membalas pelukan dari sahabatnya.

"Janji?" Suara parau Lady menyeruak di pelukan hangat sang sahabat.

"Iya dong, janji" Rasya mencium puncak kepala Lady dengan lembut, meresapi wangi shampoo yang di pakai gadis di dekapannya.

*****

Lady menenteng beberapa plastik belanjaan, tubuhnya yang masih lemas tanpa ada asupan sejak pagi. Tentu Ia berjalan dengan sempoyongan di tengah malam yang gelap. "Kak Lady!"

Lady berbalik badan, menatap anak seusia 14 tahun sedang tersenyum juga dengan membawa plastik belanjaan di tangannya, namun tak sebanyak yang lady bawa saat ini. "Tessa? Kamu ngapain"

"Abis belanja nih, di suruh kak Rasya" Tessa berlalu ke samping tubuh Lady.

"Rasya kemana emangnya" Keduanya berjalan beriringan dengan bertukar cerita.

"Tau tuh, tapi kayaknya mau jemput pacarnya. Sapa tau kan?" Raut Lady seketika menjadi muram, jadi saat tadi Rasya di minta tolong untuk mengantar ke supermarket, ternyata lelaki tersebut sedang sibuk. Yeah sibuk berpacaran.

"Kak Lady kok tumben mau belanja" Tessa bertanya sembari memakan snake di tangan nya.

"Iya bahan-bahan di kulkas udah abis soalnya" Pikiran Lady berkelana jauh, bagaimana cara Rasya berpacaran dan di mana lelaki tersebut. Entah hatinya sedikit tak ikhlas jikalau Rasya lebih mementingkan pacaran daripada dirinya.

"Kak Lady!" Panggilan dari Tessa tak mendapat respon. Gadis berusia 14 tahun itupun langsung menepuk bahu Lady. "Kak!"

Kesadaran Lady memilih cepat, dia segera tersenyum kecil. "Sorry gue pusing, jadi gak fokus" Hanya itu alasan yang bisa di keluarkan Lady saat ini.

Tessa mengangguk paham. "Kak Lady besok main yuk ke rumah, besok katanya Kak Rasya mau ngenalin pacar barunya ke Bunda"

Jantung lady berdetak cepat ketika mendapat kenyataan yang harus di terimanya. Sahabat nya yang nantinya pasti akan lebih sibuk mengurus pacarnya di bandingkan dirinya. "Owh iya, aku usahain"

"Bagus deh kalo kak Lady ke rumah, aku kan jadi punya temen" Kekeh Tessa dan di balas Lady senyuman kecil.

"Okey udah nyampe, aku duluan ya" Lady berbelok menuju halaman rumahnya yang di pagar.

"By Kak Lady" Keduanya berpisah, tangan Lady segera membuka gerbang. Sebelum memasuki rumahnya Lady menatap balkon kamar milik Rasya yang tertutup rapat tanpa pencahayaan. "Jadi bener"

*****

Lady bersiap untuk ke rumah di hadapannya, jantungnya berdegup cepat untuk menerima kenyataan yang akan datang. Pintu utama terbuka lebar di sana Rasya sedang berdiri di ambang pintu sembari membawa satu kantong plastik hitam berisi sampah. "Lady, Lo di sini?"

Rasya berjalan menghampiri Lady yang berdiri kaku. "Gue ketemu sama Bunda"

Kerutan di dahi Rasya menandakan lelaki itu sedikit bingung. "Bunda lagi pergi, baru aja sama Tessa. Ya udah sana masuk"

"Nggak, gue nunggu Bunda pulang aja. Gue duduk di sana" Telunjuk Lady mengarah pada bangku di halaman depan rumah Rasya.

"Iya, gue buang sampah dulu di depan" Lady menyetujui dengan mengangguk. Kepergian Rasya yang kedepan untuk membuang sampah membuat Lady menatap tataan rumah minimalis milik Rasya yang di halamannya di penuhi bunga-bunga segar. Sifat Ibu dari Rasya sama persis seperti Ibunya, yaitu menyukai bunga.

Lady tak bisa duduk tenang di bangku, kedatangan Rasya cukup lama. Entah di mana tempat sampah rumah Rasya sejauh apa sampai-sampai lelaki tersebut tak kunjung kembali. "Hey Say!"

Dari jauh Lady masih bisa mendengar suara seseorang yang memanggil nama Rasya cukup keras. "Jangan-jangan itu pacar Rasya"

Lady belum siap bertemu pacar Rasya sebelum Bunda datang, kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Lady akhirnya memilih pulang di bandingkan nantinya akan menatap pasangan yang akan membuat hatinya sakit sendiri. Tubuh Rasya yang membelakanginya tentu masih sibuk berbincang. "Sya"

Namanya terpanggil membuat Rasya menoleh. "Eh, ini kena–"

"Sya gue pulang ya. Bunda lama soalnya" Lady berlalu sebelum Rasya memperkenalkan pacarnya.

"Loh kok pulang sih?" Rasya berkomentar dan akan mengejar Lady ketika lengan nya di tarik oleh gadis di hadapannya.

*****

Jangan lupa untuk Vote komen And Follow.

Love you:)

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang