"Lo tau kan si Alan, dia ternyata pacaran sama Zara dua bulan. Dan dia gak ngomong sama kita" Ujar Arham dengan menghisap Putung rokoknya.
Zara yang bersembunyi di balik pohon untuk mendengarkan pembicaraan dua teman Alan langsung menatap intens. "Atau jangan-jangan dia betah sama cupu Zara, wah parah si Alan" sambung Felix dengan gelengan tidak percaya.
"Masa tipe ceweknya sekarang nurun drastis. Ck!" Arham berdecak kecil.
"Eh, sapa tau juga kalo Alan mau jadiin Zara baper doang terus di buang" Dan kini Zara yang tidak kuasa menahan degupan jantungnya yang menggila membuatnya menetralkan nafas.
Di tempatnya berdiri Zara takut jika yang di katakan kedua teman Alan memang benar. Ia harus bagaimana, karena nyatanya Zara sudah mencintai Alan dalam. Namun jika di lihat Alan itu pacar yang pengertian. Tidak sama sekali Alan pernah membully nya saat berdua bersama. "Kenapa sakit banget sih denger mereka bilang begitu"
Zara melangkah pergi dengan cepat, bulir air matanya sudah mengalir. "Gue sekarang harus apa"
Ucapan teman Alan masih mengganggu pikiran Zara, hingga tarikan nafas terakhir Ia memilih untuk tidak meneruskan hubungan nya dengan Alan lagi. Jika di teruskan, mungkin saja Zara akan terkena imbasnya. Alan akan senang dengan penderitaan Zara yang terluka.
"Kak Zara!"Suara gadis yang sangat di kenalnya membuat Zara menoleh, tersenyum kecil dengan kehadiran Laluna adik Alan. "Hy kak, loh kok kakak nangis sih. Ini pasti gara-gara Abang yah?"
"Eh, enggak kok Lun, gue begini karena sedih aja. Soalnya perut gue belum di isi dari tadi pagi" Kekeh Zara kecil dengan menghapus air matanya.
"Owh gitu, ya udah ayo kalo gitu. Gue traktir mau kan kak" Tangan Laluna terulur meminta untuk bergandengan.
Zara menerimanya. "Yakin nih"
"Iya dong, apa sih yang enggak buat kakak ipar" Ujar Laluna membuat Zara tersenyum kecil salah tingkah.
Mungkin nanti malam Zara akan berbicara soal hubungannya dengan Alan, dan harapan Laluna untuk menjadikannya kakak ipar akan berakhir besok.
******
Keduanya saling berhadapan dengan duduk di bangku taman. Wajah Alan terlihat bingung, karena baru kali ini Zara mau mengajak nya keluar saat malam hari. "Mau ngomong apa"
"Alan kita udahan aja yah, karena gue nggak bisa nerusin hubungan ini" Ungkap Zara dalam satu tarikan nafas, kedua tangannya gemetar.
Alan kaget dengan apa yang di katakan Zara barusan, ada apa dengan gadisnya. Padahal dia bulan ini tidak ada sama sekali problem dalam hubungannya. "Ra, kenapa"
"Gue nggak bisa Lan buat jelasin ini semua dan ini terakhir kalinya kita ketemuan. Gue balik" Zara yang akan beranjak berdiri segera di tahan oleh tangan Alan, menyuruhnya untuk duduk kembali dengan gerakan mata.
Zara menurut dengan menundukkan wajahnya. "Kita bisakan omongin ini baik-baik, jangan kek gini"
Namun Zara menggeleng, menolak untuk menjelaskan atau lebih tepatnya Ia ingin segera pergi dari sini. "Nggak bisa Lan, udah jelaskan"
"Ra please!" Gertak Alan tidak ingin di bantah.
Hal itu membuat Zara takut, tubuh Zara beringsut menjauh. Membuat jarak cukup jauh di bangku "Alan"
Alan mengacak rambutnya kesal. Apa yang di perbuatanya membuat gadisnya menjadi takut, oh ini gila. "Zara maafin gue"
Menolak permintaan maaf dari Alan. Zara memilih beranjak berdiri lalu pulang, di tempatnya Alan duduk. Lelaki itu hanya terdiam membisu. "Astaga kenapa gue ngelakuin hal itu. Zara maafin gue"
Berlalu dengan patah hati, kedua tangan Alan terkepal erat. Hujan deras langsung turun seperti merasakan apa yang saat ini di rasakan Alan. Dia sangat mencintai gadisnya, dan Alan akan tetap memperjuangkan cintanya. Karena Zara adalah hidupnya, dia membuat Alan mengerti sebuah rasa dan hidup tanpa seorang Ibu.
"Ra gue tau, Lo pasti saat ini sama kaya gue. Tapi besok gue bakal cari tau apa yang buat lo jadi putusin gue, kalo ada pengukur rasa. Lo bisa kok cari tahu gimana rasanya sayang gue ke lo itu besar banget sampai-sampai mungkin pengukur itu kalah dari rasa yang sebenarnya" Kekeh Alan perih dengan tersenyum miring.
*****
Zara menatap bosan lalu lalang murid SMA Atlanta, sudah jam istirahatnya terlewatkan dengan pikiran kalutnya. Sejak tadi hanya Alan yang berada di otaknya. "Kak Zara!"
Zara tersadar dari lamunannya ketika Laluna berada di hadapannya dengan wajah gelisah. "Ayo kak! Abang berantem sama temennya"
"Apa urusannya sama gue Lun" Balas Zara cuek, karena Ia sudah berpura-pura untuk tidak perduli lagi dengan Alan.
"Kak ayolah, bang Alan berantem sama kak Arham!" Dan jantung Zara seketika berdegup kencang ketika pikirannya melesat jauh pada hari kemarin.
Atau jangan-jangan Alan sudah tau jika penyebab Zara ngotot minta putus itu gara-gara dua teman Alan. "Kak jangan banyak mikir, ayo kak Alan bisa aja buat temennya celaka lebih parah"
Zara mengangguk setuju, dengan begitu keduanya berlari cepat. Membelah kerumunan murid SMA Atlanta yang juga kepo dengan keributan yang di perbuat Bad boy sekolah. "Itu kak Alan, ayo kak!"
Kaki Zara semakin di larikan cepat, saat sudah di depan mata, Alan terlihat marah besar. Karena di pengelihatannya Zara, dia bisa melihat ada bercak darah di seragam Alan. Zara maju untuk memisahkan perkelahian yang pasti tidak ada ujungnya. "Alan!"
Tangan Zara meraih bahu Alan kencang membuat lelaki tersebut berbalik. "Ikut gue"
Alan kaget sebenarnya dengan kedatangan Zara yang tiba-tiba. "Ra, lepas ini belum selesai
"Lan gue mau ngomong!" Sentak Zara kasar, hal itu membuat Alan mengangguk menurut, dengan menetralkan nafasnya yang masih memburu .
Saat sudah berada di taman belakang sekolah. Zara segera menepis tangan Alan kasar yang tadinya Ia genggam. "Alan lo kenapa sih?"
"Gue cuman mau buat mulut dia bonyok, udah itu aja Ra" Dengan memohon maaf. Alan memilih duduk di bangku yang tidak jauh darinya berdiri, menepuk bangku di sampingnya.
Zara mengerti dengan begitu Ia ikut duduk di samping lelaki tersebut. "Tapi gak pake kekerasan Alan, lo itu tau banget gue gak suka berantem"
"Iya Ra"
"Tapi gue gak pernah yang namanya jelek-jelekin lo di belakang" Alan begitu menyayangi Zara, dia memeluk gadisnya lembut.
Meskipun seragam Alan berdarah. Zara tidaklah masalah. "Lan, mereka juga sahabat lo, jadi ngertiin mereka juga"
"Iya Ra, tapi kita balikan yah. Jangan ambil keputusan kayak kemarin" Alan sangat manis saat ini, wajahnya begitu menggemaskan ketika meminta sesuatu pada gadisnya. Zara terdiam sebentar, namun beberapa menit kemudian mengangguk setuju.
*****
Jangan lupa untuk vote komentar and follow.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomHolla guys comeback lagi dengan cerita baru yang akan Author bawakan, dan kalian jangan lupa, untuk follow vote and komen. Di Short Story ini cerita tentang kisa kehidupan mereka yang sudah Author rangkum sedemikian rupa untuk membuat kalian tertari...