Senyuman terukir manis di bibir Elina ketika ingatannya tertuju pada Jasen yang pasti saat ini lelaki tersebut sedang tertidur pulas di Apart, sejak tadi malam meskipun Elina harus menangis karena ancaman kakaknya membuat Ia tidak bisa berfikir jernih.
Namun sebagai penghilang rasa cemasnya. Elina lebih memilih menuju langsung ke Apart Jasen, dan juga tidak lupa untuk membawakan makanan untuk kekasih tampannya. "Nona kita sudah sampai"
Elina tersadar dari pikirannya. "Garden kau tunggu aku di sini"
Supir pribadi Elina segera mengangguk mengerti. "Baik nona"
Elina tersenyum kecil sebagai balasan, setelah keluar sembari memayungi tubuhnya Ia segera turun dari mobil. Elina melangkah cepat agar bekal yang di bawanya terlindungi, pagi ini di New York sedang turun hujan membuat Elina mengeratkan mantel yang membungkus tubuhnya, tidaklah lama untuk menemukan pintu Apart milik Jasen.
Elina segera memasukan kode untuk membuat pintu kamar lelaki tersebut terbuka. Namun ada hal yang membuat Elina bingung, kenapa kode yang sering di pakai tidak bisa. Elina berfikir keras ketika ingatannya tertuju, jikalau kode dulu milik Jasen adalah tanggal lahir lelaki tersebut. "Oh berhasil"
Elina memasuki Apart yang sepi, saklar lampu di samping pintu masuk segera di tekan. Membuat ruangan yang tadinya gelap segera menjadi terang, lalu Ia meletakan payung pada tempatnya. "Jasen!"
Elina mengernyit ketika ada sepatu flat shoes milik gadis, ada payung dan juga mantel di sofa ruang tv. "Jasen!"
Seketika Elina merasa bahwa ada yang tidak beres. Elina kembali kaget ketika pintu kamar Jasen terbuka, namun yang keluar ada yang lebih membuat Elina seketika menjadi lemas di tempat. Pikirannya kalut di serang hal buruk. "Hello my twins"
Tangan Elina memijit pelipisnya, melengos dengan menhan rasa sakit di hatinya. "Apa ini?"
"Janjiku membalas dendam" Smirk jahat keluar di bibir Eliza, ketika niatnya berhasil.
"Kau keterlaluan. Apa yang kau lakukan, kau segila ini Hah!" Elina membanting wadah bekal yang tadinya ingin di berikan pada Jasen sudah berserakan di lantai pemisah antara Eliza maupun Elina.
"Ya aku memang gila, dan kau ingin tahu apa yang terjadi" Tangan Eliza meraih rambut yang tergerai pada pundaknya untuk di singkirkan ke belakang.
Seketika Elina menggeleng dengan apa yang di lihatnya. "Brengsek!"
Langkah Elina berbalik keluar dengan bulir air mata yang meluruh di pipinya.
******
Elina menangis dengan melepas mantel yang di pakainya tadi pagi, air matanya sedari tadi tidak bisa Ia tahan. Sudah pukul 03:45PM hingga kini Elina tidak melihat keberadaan Jasen, entah lelaki itu memang sudah tidak perduli atau memang hanya Elina yang terlalu berharap. "Elina
Elina menoleh, menatap lelaki yang sedari tadi memporak-porandakan hatinya. "Maafkan aku"
Tatapan Elina meredup dengan tangannya yang sudah terkepal.
"Dasar brengsek, apa yang kau inginkan hah!""Tolong jangan seperti ini" Jasen mencoba mendekat, namun Elina beranjak mundur ketika Jasen meraihnya. "El listen to me"
Secepat kilat Jasen dengan kasar menarik tubuh Elina untuk berada di dekapannya. Wajah keduanya hanya berjarak antara hidung. "Don't touch me!" Teriak Elina marah dengan memukul dada bidang lelaki di hadapannya.
"El please jangan salah paham, kita bisa selesaikan ini" Tangan besar Jasen menangkup pipi Elina agar saling berhadapan.
"Kau ingin aku apa hah! semua sudah kau jelaskan dengan bertingkah menjadi Jerk. Bahwa kau itu pria brengsek!" Delikan tajam Elina di layangkan pada Jasen.
Jasen menahan nafas dengan menatap sendu pada Elina yang mencoba melepaskan diri dari kungkungan tubuh besar nya. "Baiklah" Senyuman perih Jasen keluarkan dari bibirnya.
Elina tersenyum smirk, nyatanya Jasen tidak ingin menyelesaikan masalah yang di perbuat lelaki tersebut. "Sialan!"
Berlalu pergi dengan wajah sembab. Elina tidak sama sekali menoleh pada Jasen lagi, hawa dingin membuat Elina bergidik dengan wajah yang mulai pucat. "Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku sudah tidak waras, kenapa aku harus berharap lebih. Dia berkhianat, aku membenci kalian!"
*****
Malam harinya Jasen pergi menuju rumah Elina untuk menyelesaikan masalah yang menimpa hubungannya. Berada di balkon kamar Elina membuat Jasen tidak sabar bertemu dan melihat wajah yang dirindukan.
Secara perlahan Jasen masuk dengan menenteng tas laptop di tangannya, senyuman langsung terukir di bibir ketika melihat Elina yang tertidur dengan membelakangi tubuh Jasen. "Hello my Queen"
Jasen ikut merebahkan tubuh di ranjang dengan perlahan, agar tidak mengganggu tidur gadisnya. Namun itu semua buyar ketika Elina berbalik badan dengan mata terbuka. "Jasen, apa yang kau lakukan jerk!"
"Elina please" Jasen merubah raut wajahnya menjadi memelas, hal itu membuat Elina mendelik kesal.
"Kita bisa selesaikan masalah ini" Jemari Jasen menggenggam tangan lembut Elina, meresapi dan menikmati kedekatan keduanya. "Kau harus lihat ini"
Jasen meriah laptop nya, membuka file, setelah itu membuka Vidio yang berdurasi setengah jam. Elina sebenarnya malas, namun saat melihat ini CCTV Apartment kamar Jasen membuatnya menatap intens.
Saat vidio tersebut habis. Jasen menutup kembali laptop nya seperti semula. Meraih wajah cantik Elina dengan mengulum senyum kecil ketika pelupuk mata Elina terdapat air mata yang akan meluruh. "Don't cry"
Elina memejamkan mata, air mata langsung turun membuat sungai kecil di wajahnya. "Kau sekarang sudah tahu, aku tidak sama sekali berniat untuk berselingkuh darimu El"
Elina mengangguk setuju. "Maafkan aku, aku terlalu emosi. Sampai-sampai aku lupa jika Eliza yang merencanakan ini semua, kau tau jika aku sangat mencintaimu. Kau sangat berpengaruh dalam hidupku"
Jasen mengerti dengan begitu Ia meraih tubuh Elina, mengusap punggung gadis kecilnya. "Jangan menangis, aku tidak suka"
"Terimakasih Jasen, kau sangat baik menjadi kekasihku. Aku terlalu beruntung" Wajah Elina di sembunyikan pada ceruk leher Jasen untuk menyembunyikan rasa malunya, di saat Eliza bersalah Jasen dengan sabar mengingatkan bahwa dia masihlah keluarganya. "Kau harus segera berbaikan dengan Eliza, dia bukan jahat. Hanya saja dia butuh perhatian darimu dan orang tua"
"Kau membuatku sadar, terima kasih Jasen. Ti amo" Keduanya kembali berhadapan, dan bibir Jasen segera mendarat pada pipi Elina sebagai rasa rindunya.
*****
Jangan Lupa Untuk Vote Komen And Follow - Hargai Karya Author....
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
AcakHolla guys comeback lagi dengan cerita baru yang akan Author bawakan, dan kalian jangan lupa, untuk follow vote and komen. Di Short Story ini cerita tentang kisa kehidupan mereka yang sudah Author rangkum sedemikian rupa untuk membuat kalian tertari...