Bab 12 Pernikahan yang Dirahasiakan

69.5K 3.5K 219
                                    

Hari pertama Kanaya bekerja dengan lancar. Dia berjalan memasuki lobi perusahaan bersama Eiden. Kedatangannya yang bersamaan dengan pria itu membuat beberapa pasang mata menatap benci ke arahnya. Jawaedan (Jajaran wanita edan)  yang menyukai Eiden melempar perang dingin padanya, apalagi Eiden terlihat sangat berbeda ketika bersama Kanaya dan saat pria itu datang sendirian. 

"Lihat, tuh! Status sekretaris aja belagu." Amalia nama salah satu pegawai tersebut. Tatapannya jelas mengatakan bahwa hanya dia yang pantas berada di sisi Eiden.

"Iya, ganjen banget jadi cewek. Ilfil gue," timpal Nia, salah satu antek dari Amalia. Mata mereka seolah terbakar saat Eiden dan Kanaya berbicara layaknya sudah saling mengenal.

"Guys, nanti ayo kita kerjain. Najis banget nggak, sih, tuh, cewek."

Mereka bertiga pun menyusun rencana untuk mengerjai Kanaya supaya tidak betah bekerja di situ lagi. Wanita itu sudah mengusik ketenangan mereka, apalagi ketiganya sama-sama menyukai Eiden. Bukan karena ketampanan melainkan kemapanan. Kanaya segera duduk di kursi kerjanya, rasa pegal di pinggang membuat Kanaya sedikit meringis. Bukan bawaan hamil melainkan encok akibat ulah Eiden tadi malam.

"Kamu kenapa?" Eiden terlihat khawatir melihat ringisan terlihat jelas di wajah Kanaya.

"Sakit pinggang," ucap Kanaya pelan.

"Kok bisa?"

"Ya bisalah, kamu nyerangnya nggak bilang-bilang, encok, nih." Dumel Kanaya kesal.

"Iya, deh, maaf. Sini kupijitin."

"Nggak usah, makasih." Kanaya jelas menolak, yang ada nanti berawal dari pijit-pijitan malahujungnya ke sana. Encoknya saja masih belum hilang.

"Lah, dasar wanita!" dengkus Eiden.

Kanaya menatap kesal tubuh suaminya yang sudah menghilang di balik pintu. "Lah, dasar pria apes."

Saat jam makan siang, Kanaya terlihat berjalan sendiri ke kantin perusahaan. Tatapan mata kaum hawa melihat sinis ke arahnya. Kanaya menebar senyum pada mereka semua, dia tampak risih ditata sedemikian. Namun, dia memilih mengabaikan rasa itu karena perutnya sudah keroncongan sejak tadi.
 
"Lihat dia, tebar pesona pada semua orang, dasar wanita murahan," ucap Amalia  sinis dengan volume sengaja dibesarkan dengan tujuan agar Kanaya bisa mendengarnya.

Kaki Kanaya bergenti melangkah, badannya berbalik dan menghampiri Amalia. Senyuman manis terukir di sudut bibirnya. Jelas sekali dia sangat ingin mencakar mulut wanita itu karena sudah berani mengata-ngatainya. Tapi menurutnya wanita seperti yang ada dihadapannya haus akan pengakuan dan tidak akan pernah senang dengan orang yang berada di atasnya. Dia sering bertemu wanita seperti ini saat ia bekerja dulu. Dia biasa memanggilnya dengan sebutan CEPONGIL (Cewek piton gila).

"Maaf, bukankah tidak sopan mengatai orang yang tidak kamu kenal sembarangan? Murahan! Hm,  biasanya siapa yang berkata, dialah yang begitu."

Setelah selesai, Kanaya kembali melangkah memasuki kantin, sedangkan Amalia dengan wajah merah padam pergi dari sana. Kanaya meresapi setiap bumbu dari nasi uduk dan pecal lele yang ia pesan untuk mengisi perutnya. Dia tidak akan pernah merasa tertindas dengan cepongil seperti mereka.

"Kau berani sekali berkata seperti kepada mereka," ucap seseorang yang langsung duduk di sampingnya dengan membawa nampan makanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dipaksa Menjadi Istri CEO (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang