- 10 -

1.6K 151 9
                                    

Rasanya jantungnya berdetak dengan cepat juga wajahnya memanas, memikirkan sosok Jungkook membuat Taehyung begitu. Apa mungkin ini yang dikatakan orang banyak? Rasa kesal yang meluap-luap? Ah, bukan. Rasa suka? Tidak, sepertinya ia sudah gila jika menganggap begitu.

Kim Taehyung, hanyut dalam lamunannya dan meninggalkan Jimin yang masih menunggu respon dari sahabatnya mengenai hadiah dari penggemar rahasia. Bahkan Jimin tidak tahu apa sebetulnya yang dipikirkan oleh seorang Kim Taehyung saat ini.

.

.

.

HAPPY READING!!

(Author's point of view)

Sebuah kecanggungan ketika Jungkook dan Taehyung bertemu, bahkan Jimin pun mulai menyadari perubahan pada sahabatnya itu. Terlihat jelas jika Taehyung menghindari kontak mata dengan Jungkook sedangkan si kelinci sedang mencoba mengambil atensi si manis.

Hingga pada titik dimana Jimin merasa sebal dan pada akhirnya mengunci keduanya di tempat dimana asal mula sebuah insiden terjadi, UKS. Sepertinya ruangan tersebut sudah menjadi tempat favorit bahkan untuk Jimin sekalipun yang tengah mengunci Jungkook dan Taehyung di satu ruangan.

Bahkan Jimin yang takut dengan Jungkook pun dengan seketika dapat menghilangkan ketakutannya demi untuk membuat dua manusia tersebut. Meski bukan urusannya namun itu sudah cukup mengganggu.

"Ya- Jimin! Kau gila!? Keluarkan kami!" Taehyung berteriak namun tidak dapat balasan apapun dari Jimin, hanya pesan terakhir yang dikirimkan Jimin melalui ponselnya. Disana bertuliskan 'selesaikan masalahmu, jangan buat aku yang bicara langsung dengan Jeon'.

Sunyi menghantui mereka dan membuat Taehyung tidak tahan dalam kesunyian yang cukup lama alhasil ia memulai percakapan tersebut. "Um, Jungkook." Yang muda hanya mendeham sembari menoleh namun beberapa detik setelah itu Jungkook tersenyum.

"Akhirnya kau memanggilku, hyung." Dari ucapannya terdengar senang bahkan seakan merasa lega, Taehyung pun terdiam cukup lama sebelum melanjutkan kalimatnya yang sempat tertunda akibat ekspresi Jungkook barusan. "Aku minta maaf. Yang waktu itu tidak sengaja."

Akhirnya kalimat itu terucap, Taehyung yang lebih dulu meminta maaf dikarenakan merasa bahwa itu salahnya. Akan tetapi Jungkook menggeleng seakan tidak menerima ucapan tersebut, "aku yang salah. Kalau saja aku diam, mungkin tidak akan begitu."

"Tapi tetap saja, aku tidak harusnya menghindar kemarin-kemarin dan seharusnya aku meminta maaf lebih dulu." Jelas Taehyung lagi, dan kini malah saling menyalahkan diri sendiri. Jimin yang mendengar sedari tadi dari luar pun hanya dapat menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu, hyung. Mana mungkin hyung sengaja menciumku di bibir kan?"

Jimin mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum akhirnya melebarkan kedua matanya, segera ia membuka pintu dan menatap syok kearah kedua orang tersebut yang yakin lebih syok dari Jimin sekarang.

"Jungkook-ah, kau bilang apa?"

.

.

.

Setelah Jimin menarik paksa Taehyung menuju ruang kelas yang tak terpakai, barulah pemuda Kim itu berbicara pada sahabatnya tersebut. "Itu adalah sebuah ketidaksengajaan." Mencoba menjelaskan namun faktanya tidak seperti ini yang diharapkan Taehyung, Jimin tetap tidak percaya.

Jimin menghela napas sebelum meninggalkan Taehyung, tentu si manis bingung karena ditinggalkan begitu saja namun setelah beberapa saat si marga Park datang dengan sosok yang bahkan tidak terpikirkan. Padahal Taehyung yakin sekali jika Jimin kesal dengan orang tersebut.

Si dingin menyebalkan yang mencuri sahabatnya ketika ada kesempatan, siapa lagi kalau bukan si Jeon Jungkook. Bak seorang pencuri, Jungkook diseret masuk kedalam kelas dan sosok yang dikenal dingin pun jadi tunduk seketika.

"Kalian bicara berdua, aku tadi menginterupsi dan aku minta maaf. Tapi jangan kabur sebelum selesai masalah kalian." Setelah itu Jimin keluar dari kelas dan menyisakan keduanya.

"T..tumben diam saja diseret Jimin." Taehyung membuka suara, yang ditanya pun mengusap tengkuknya. "Dia kelihatan galak sekali, aku sampai bungkam dan jadi penurut." Jawaban tersebut justru membuat Taehyung tertawa pelan. "Tertawa begitu kau terlihat manis, hyung."

Deg.

Taehyung terdiam, wajahnya pun memanas karena ucapan Jungkook yang keluar dari jalur pembicaraan. "Ehem, hyung. Untuk kejadian saat itu jangan terlalu dipikirkan." Jungkook mulai mengubah topik pembicaraan, "juga apa kita bisa semakin dekat? Ah maksudku-seperti hyung dengan Jimin hyung."

Jungkook segera menambahkan ucapannya agar tidak terdengar ambigu walau sebetulnya ia merasa jika itu malah menyakiti perasaannya tanpa ia sadari. Sedangkan Taehyung? Dia merasa janggal dengan kata 'seperti' yang jika diasumsikan berarti hanya sekedar berteman?

Kim Taehyung kembali menyangkal jika perasaannya itu asing dan tidak menganggap bahwa itu rasa suka melainkan sebuah beban karena Jungkook bisa dikatakan adalah pujaan seantero sekolah. "Apa bisa?"

Pertanyaan Jungkook menyadarkan lamunan Taehyung, ia pun segera sadar dan langsung menganggukkan kepalanya. "Boleh." Setelah mendapat izin, keduanya pun saling bertukar kontak dan tentunya itu permintaan dari Jungkook.

Suasananya tidak secanggung sebelumnya, bahkan sudah bisa melempar candaan. "Sudah baikan? Bahkan tidak memanggil sahabatnya dan malah berduaan ya kalian. Tega." Suara Jimin terdengar merajuk.

Lantas si manis Kim pun beranjak untuk mendekati sahabatnya yang gemas seperti mochi lalu memeluknya. Baik, dimata Jungkook keduanya terlihat menggemaskan terutama matanya tidak dapat lepas dari sosok gemas yang mencuri perhatiannya, Kim Taehyung.

Akan tetapi, disisi lain sepertinya ada sosok yang tengah panas karena cemburu melihat kedekatan antara Taehyung dan Jungkook. Siapa lagi? Sosok yang menyukai Taehyung lebih dulu.

"Awas kau Jeon Jungkook, sudah mengambil Kim Taehyung dariku. Lihat saja nanti!"

.

.

.

To be continue . . .

Boy with Luv ( KookV )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang