•
•
•
~oOo~
"Baiklah, rapat selesai."
Semua orang mulai berpamitan, dan keluar dari ruang rapat dengan terhormat hingga hanya tersisa sang pemimpin perusahaan bersama sekretarisnya. Pemuda berumur 28 tahun itu duduk di kursinya, masih enggan untuk keluar dari ruang rapat. Menghela nafas untuk sesaat, kemudian perhatiannya teralihkan oleh ponselnya yang bergetar pertanda sebuah pesan masuk.
From: Appa
Pulanglah malam ini. Eomma-mu rindu dan kita akan makan malam bersama. Juga, ada yang ingin kami bicarakan denganmu.
Jeon Jungkook, pria itu mendesah malas. Sejujurnya ia enggan untuk pulang ke rumah, mengingat masih banyak pekerjaan yang menunggunya. Namun, mengetahui bahwa ibunya merindukannya, hatinya luluh.
Jungkook memang sudah tak lagi tinggal bersama kedua orangtuanya semenjak ia kuliah dan memimpin perusahaan keluarganya yang di teruskan olehnya. Dia ingin hidup mandiri dan bebas tanpa aturan dari orangtuanya yang terlalu mengatur banyak hal. Toh, ia sudah merelakkan mimpinya yang ingin menjadi seorang pianis menjadi seorang pebisnis hebat seperti keinginan ayahnya.
Jungkook ingin hidup dengan pilihan dan prinsipnya.
Jungkook melirik datar ke arah sekretarisnya yang juga merupakan temannya sejak kuliah. Jungkook merasa bersyukur karena temannya itu mampu bertahan bersamanya. Karena Jungkook tak ingin jika ia memiliki seorang sekretaris wanita. Tidak lagi, dalam hidupnya wanita adalah hal tabu. Dia tak ingin berurusan dengan wanita lagi.
Namun, bukan berarti ia belok.
Hanya saja, Jungkook lebih menyukai kesendiriannya. Ia lebih memilih untuk sendirian dan tak menikah. Pekerjaannya lebih menggiurkan dibandingkan wanita yang kebanyakan melihat laki-laki dari harta.
"Jimin, tolong kau batalkan semua jadwalku nanti malam."
Kedua mata Jimin melebar, saking terkejutnya. Pasalnya jarang-jarang sekali Jungkook akan membatalkan pertemuannya dengan rekan-rekan kerjanya dan dengan gilanya membuatnya harus mengikuti atasannya itu kemanapun. Dalam hati Jimin bersorak girang karena ia pasti akan pulang lebih awal dan lebih cepat.
"Kenapa?"
"Aku akan pulang, ke rumah."
Ah, jadi begitu. Jimin tahu pasti bahwa ibu Jungkook lah yang membuat Jungkook luluh dan memilih untuk meninggalkan pekerjaannya. Lagipula, wanita mana lagi yang mampu membuat Jungkook tanpa pikir panjang meninggalkan pekerjaan berharganya? Selain, ibunya. Jimin tak yakin jika itu ada.
"Wah, baiklah. Jarang--"
"Sebagai gantinya. Tolong kerjakan setengah pekerjaanku dan kau boleh pulang lebih awal."
Senyum lebar yang terukir dengan cepat luntur dari wajah tampan Jimin. Sial. Baru saja Jimin bersorak kegirangan karena Jungkook memberikannya kelonggaran. Namun, sekarang apa? Justru pekerjaannya menambah. Nasibnya memang buruk hari ini. Jimin tak habis pikir pada Jungkook yang sangat gila perkerjaan. Apakah sehari bolos bekerja akan langsung membuatnya jatuh miskin? Tidak'kan.
Beruntung Jungkook adalah sahabatnya. Jika tidak? Jimin sudah bertahun-tahun yang lalu mengundurkan diri dari pekerjaannya yang melelahkan. Ia lebih mirip asisten pribadi atau pembantu pribadi ketimbang seorang sekretaris dan sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Wife || BTS JUNGKOOK
RomanceJeon Jungkook, pria 28 tahun yang gila kerja dan selalu menghabiskan waktunya untuk pekerjaan. Ia berniat untuk tidak menikah karena trauma dari masalalu. Namun, takdir berkata lain. Ia dijodohkan karena wasiat yang di tinggalkan sang kakek. Menika...