Kemala #Part 20

6.3K 522 34
                                    

Tuhan akan memberikan langit cerah setelah hujan badai melanda. Seperti cahaya rembulan ditengah gelapnya malam.

=====🌼🌼🌼=====

Mala memantau pembangunan masjid di desa asal orangtuanya itu. Mushola kecil yang sebelumnya akan dirubah menjadi masjid agar masyarakat bisa beribadah dengan nyaman. Uang dari Karin yang diberikan dan satu buah cek yang sengaja ia cairkan digunakan untuk ini. Sebelah rumah Nining yang dulu hanya bangunan terbengkalai sekarang diubah menjadi toko kelontong. Satu bulan ini ia menghibur diri dengan kegiatan sebanyak-banyaknya.

"Uang hasil panen nanti tolong dibelikan bahan untuk kamar mandi masjid, ya, Kang. Saya tidak akan ambil satu rupiahpun." tuturnya pada salah satu penanggung jawab pembangunan masjid.

"Ya Allah, Mbak. Ini uang yang saya bawa lebih dari cukup. Kenapa masih ditambahi?" Sunar keheranan dengan sikap dermawan Mala. Mungkin ini adalah sifat keturunan kedua orangtuanya. Dulu, mereka juga sering membagikan sembako dan juga santunan bagi anak yatim di desanya ini.

"Saya masih punya tabungan jika hanya menyambung hidup. Biarlah masjid ini jadi ladang amal saya dan tentu kedua orangtua dan sesepuh saya." Sunar terharu dengan penuturan Mala dan bersyukur. Kini kampungnya akan segera memiliki masjid sendiri. Jika taraweh tidak harus memasang tenda diluar mushola yang kadang rusak tertiup angin.

***

Tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Pram. Lelaki itu kembali ke kantor dan masuk ke ruangannya tanpa menyapa sang sekretaris.

Braak!

"Akh!

Pyaaar!

Suara bantingan pintu, lalu teriakan Pram dan juga barang-barang yang jatuh dalam ruangan sang bos membuat Dion tercengang. Pasalnya baru kali ini melihat dan mendengar bosnya marah serta mengamuk.

"Brengsek kamu Karin!"

Dion hanya terpaku ditempatnya tanpa berani mendekat keruangan Pram. Lama sekali tidak terdengar suara di ruangan itu, membuat Dion khawatir dengan keadaan Pram.

Dion berjalan menuju pintu ruang kerja Pram, tetapi setelah sampai didepannya tak berani mengetuknya. Takut akan menyulut lagi amarah atasannya itu. Dion berbalik ingin duduk dikursinya. Suara interkom berbunyi segera Dion berlari.

"Ya, Pak?"

"Panggil OB untuk membersihkan ruanganku dan jangan ganggu aku dikamar!" perintah itu hilang seiring ditutupnya interkom. Dion segera menghubungi bagian OB dan memerintahkan untuk membersihkan ruangan atasannya itu. Entah seperti apa ruangan itu sekarang?

Tiga puluh menit kemudian OB datang. Pemuda itu langsung berjalan kearah Dion.

"Permisi Pak Dion," sapanya ramah pada Dion.

"Oh, Iya. Eko, tolong bersihkan ruangan Bapak. Jangan bikin keributan, Bapak baru dikamar menenangkan diri." Dion membaca name tag OB itu.

"Iya, Pak." OB yang bernama Eko itu berjalan mengikuti Dion. Dibukanya pintu ruangan Pram perlahan agar tidak menimbulkan suara. Begitu pintu terbuka, mereka berdua melihat pecahan kaca dan juga kertas berserakan.

Eko dengan hati-hati mengumpulkan pecahan kaca agar tidak melukai siapapun. Kertas yang berhambur juga dirapikan diatas meja Pram. Segera ia membersihkan ruangan itu dengan detail dan jangan sampai ada sedikitpun kesalahan yang mengakibatkan pemecatan. Karena ia menjadi tulang punggung keluarganya di kampung.

Waktu berjongkok untuk mengecek kolong meja Pram, Eko melihat ada sebuah bingkai yang terbalik segera ia mengambilnya dan meraih lap untuk membersihkan foto itu. Tetapi ada satu wajah dalam foto itu yang membuatnya menghentikan kegiatan.

"Mbak Mala," ucap Eko ketika melihat salah satu wajah dalam bingkai. Pram yang barusan membuka pintu dan mendengar suara Eko segera mendekat.

"Apa kamu kenal dengan istriku?"

Bersambung

=====🌼🌼🌼=====

520 kata


Sepertinya ada titik terang nih, akankah mereka segera dipertemukan?

Tunggu ya 😉

Jangan lupa vote dan komennya yang bikin semangat.

Terimakasih

Karanganyar
08.04.2020




{{ TAMAT}} KEMALA  (Aku Bukan Perebut Kebahagiaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang