Kemala # Part 10

10K 554 33
                                    

KEMALA
Part 10

Kehamilannya sudah memasuki sembilan bulan, berarti tinggal menghitung hari bayi dalam perutnya akan lahir. Pram semakin posesif dengannya, tetapi itu justru membuatnya bahagia. Bayi dalam kandungannya terus aktif dan hal itu dimanfaatkan Mala untuk semakin dekat dengan suaminya.

"Mungkin ini akan menjadi kenangan indah bagiku suatu saat nanti, Mas. Semoga kamu dan Mama Karin juga bahagia." Pandangannya menerawang .

"Baik-baik walaupun nanti sudah tidak bersama Bunda lagi ya, jaga Ayah dan Mama Karin."

Dengan setia Pram menemani Mala diruang bersalin. Tak hentinya perempuan itu menyebut asma-Nya. Mala bertekat melahirkan normal meskipun nyawa taruhannya.

Setelah berjuang lebih dari dua jam akhirnya bayi mungil itu lahir juga.
"Alhamdulillah," ucap syukur semua yang ada disana.

Mala melahirkan bayi laki-laki putih bersih dan juga sangat mirip dengan Pram.

"Kalau Mala kasih nama Akbar, Mas setuju tidak?" Seru Mala pada suaminya ketika mereka sedang memandangi wajah mungil bayi itu.

"Aku ikut saja, yang penting nama itu bagus dan baik."

"Bagaiman kalau namanya Akbar Putranto Prambudi. Mala menyematkan nama belakang Ayah di cucu pertamanya. Jika Mas tidak keberatan." Mala memandang sendu wajah teduh dalam gendongannya.

"Aku setuju. Semoga menjadi anak yang sholeh membanggakan orangtua dan berguna bagi agama dan bangsa."

"Aamiin... "

***
Hari kedua setelah melahirkan barulah Mariana dan Rahardi datang menjenguk menantu dan cucu pertamanya itu. Mereka baru saja kembali dari Singapura untuk menyelesaikan urusan bisnis. Mariana sangat antusias melihat cucunya secara langsung, kemarin Pram sudah mengirinkan beberapa foto jagoannya pada sang Mama.

"Assalamualaikum," Salam Mariana memasuki ruang rawat Mala.

"Walaikumsalam, Mama." Mala membenarkan letak bajunya setelah menyusui sang putra melihat Mama dan Papa mertuanya datang.

"Alhamdulillah, cucu Mama sudah lahir. Terima kasih sayang sudah mewujudkan mimpi Mama memiliki cucu." Mariana memeluk Mala penuh sayang, kedua matanya berkaca-kaca melihat bayi mungil ditangan menantunya itu.

"Sama-sama Ma. Terima kasih juga Mama sudah sayang sama Mala, bisa merasakan lagi pelukan seorang ibu yang sudah lama tidak Mala rasakan." Ujarnya sendu melihat kearah mertuanya.

"Mama yang berterima kasih, Nak. Mungkin harta yang kami miliki tak bisa membeli kebahagiaan yang Mama rasakan saat ini. Dan tentunya Pram." Mariana sangat tahu akan isi hati anak tunggalnya itu. Sudah sangat lama menginginkan keturunan, tetapi barulah sekarang dikabulkan memalui istri keduanya.

"Suamimu itu sangat heboh menceritakan waktu menemanimu melahirkan dan mendengar tangisan bayinya." Mariana melihat bayi dalam gendongan Mala.

"Mama gendong, ya." Mariana meminta persetujuan dan angguan Mala mengijinkannya.

"Selamat ya, Nak. Maafkan jika Papa selama ini jahat sama kamu." Rahardi mendekat ke samping menantu dan istrinya.

"Mala sudah memaafkan Papa sejak dulu." Perempuan dengan jilbab coklat itu memberikan senyum pada mertuanya.

"Papa mau gendong?" Mala menawarkan bayi mungil disampingnya pada sang mertua.

"Boleh?" Sebuah anggukan membuat tangan Rahardi terulur pada bayi itu.

"Pelan-pelan, Pa." Mariana memperingatkan suaminya.

"Alhamdulillah, akhirnya kita punya cucu. Ma." tampak haru kedua paruh baya itu menikmati perannya sekarang. Menjadi eyang bagi cucu semata wayangnya.

{{ TAMAT}} KEMALA  (Aku Bukan Perebut Kebahagiaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang