Mala yang kala itu sedang membawa sebuah piring snack ikut melihat kearah mobil itu. Cukup lama orang yang didalam mobil menampakkan diri. Perlahan pintu mobil terbuka, ada dua orang yang turun.
"Mas Pram!" Seru Mala ketika melihat orang yang keluar dari pintu kemudi.
Prang!
Bruuuk!
Piring yang dipegangnya jatuh berhamburan bersama badan yang lelahnya. Semua mata beralih melihat sumber suara itu.
"Mbak Mala!" jeritan orang-orang sekitarnya dan mereka berkerumun untuk menolong Mala.
"Permisi! Saya suami Dek Mala," Pram segera berlari setelah tahu siapa yang jatuh tadi. Sedari dalam mobil tadi sudah diamatinya istri yang beberapa bulan lalu meninggalkan rumah. Orang-orang segera menepi untuk memberikan ruang untuk Pram.
"Ini Pak Prambudi, suami Mbak Mala Dari Jakarta." Elo yang bersamanya memberi penjelasan pada orang-orang sekitarnya.
"Tolong angkat Mbak Mala kedalam," Nining memberi saran agar Mala segera diberi pertolongan. Dengan sigap Pram mengangkat Mala ala bridal style kedalam rumah Nining yang tak jauh dari masjid.
Diletakkannya Mala pada dipan rotan yang berada sisipan tivi."Bangun sayang, ini aku," ucapnya pilu sambil mencium punggung tangan Mala berkali-kali.
"Ya Allah, Mbak. Sudah aku bilang ceper periksa ke kota. Katanya cuma sakit lambung biasa." Nining tak hentinya berceloteh seakan memarahi Mala sambil membalurkan minyak kayu putih pada pelipis, dada dan juga telapak kaki.
"Alhamdulillah, akhirnya Mas Pramugari datang juga. Mbak Mala memang dari datang sudah sering nangis, tapi sudah satu bulan ini keadaan semakin buruk. Nafsu makan berkurang dan pucat. Sering sakit perut yang katanya lambungnya kambuh. Sudah saya mau antar ke kota buat periksa perut tapi selalu menolak." terang Nining pada Pram ketika menunggu Mala sadar kembali.
Pram banyak mengucapkan terimakasih pada Nining dan suami serta semua warga desa. Setelah tiga puluh menit ada gerakan pada tangan dan perlahan mata itu mulai terbuka.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu bangun, Dek." ucap Pram sambil mencium punggung tangan istrinya.
"Mas, Pram. Apa aku mimpi?"Mala mencoba duduk di bantu Pram dan Nining disambungnya.
"Tidak, Mbak. Ini Mas Pram, suami Mbak Mala."
"Kenapa Mas ada disini?" Mala malah bertanya pada suaminya.
"Kenapa Dek Mala meninggalkan rumah?" Pram bukannya menjawab pertanyaan melainkan melempar pertanyaan juga pada istrinya.
"Mala kan sudah... "
"Tidak ada perpisahan diantara kita. Kamu istriku satu-satunya, sekarang dan selamanya." mendengar itu Mala terperangah, itu artinya sekarang suaminya sudah berpisah dengan madunya.
"Iya, aku sudah menceraikan Karin. Dan kamu istriku satu-satunya. Nanti aku ceritakan semuanya," Pram menjawab pertanyaan-pertanyaan dihati Mala, seakan tahu apa yang sedang dipikirkannya.
"Kita pulang, ya. Kasihan anak kita."
"Akbar mana Mas?" Pram menghela napas setelah mendengar pertanyaan istrinya.
"Seharusnya Akbar sampai sini juga. Tapi kemarin pagi badannya panas dan nggak mau makan serta minum," Pram menghela napas lagi sebelum melanjutkan ucapannya.
"Sekarang dirawat di rumah sakit kota. Akbar sudah dirawat empat kali ini sejak kamu pergi dari rumah. Makanya kita pulang dan rawat anak kita, ya."
Mendengar itu Mala langsung menangis meminta maaf karena sudah membuat anaknya sakit. Pram dengan sigap memeluk istrinya untuk menenangkan.
Sebentar diluar Eko di keliling warga setempat untuk menceritakan siapakah Pram sebenarnya dan kenapa bisa sampai kemari. Dengan dialek jawa Elo menjelaskan semuanya, mereka sekarang tahu jika Mala adalah istri orang kaya di kota Jakarta.
Bersambung...
=====🌼🌼🌼====
520 kata
Belum editJangan lupa komentar dan bintangnya.
Terimakasih.
Karanganyar
18 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
{{ TAMAT}} KEMALA (Aku Bukan Perebut Kebahagiaan)
Short StoryMenikah dengan orang yang tidak dikenal dan itu semata-mata demi melunasi hutang mendiang Ayahnya. Menjadi orang ketiga dalam sebuah ikatan pernikahan. Di satu sisi ia ingin menolak, tetapi disisi lain harus melakukannya karena demi orangtua. Kemal...