Kemala # Part 34

12.3K 563 41
                                    

Setelah mengangkat telepon dari Simbok, Pram kalang kabut mendengar istrinya sudah ada tanda-tanda mau melahirkan. Pertemuan yang dijadwalkan satu jam lagi terpaksa dibatalkan. Dia tidak peduli jika kerugian besar yang akan dia tanggung. Keluarganya jauh lebih penting dari adapun. Itulah prinsipnya sekarang.

Maman segera melajukan mobil ke rumah sakit tempat majikan perempuannya akan melahirkan. Pram melepas jas dan dasi yang sedari pagi bertengger di lehernya. Satu kancing kerjanya dia buka dan kedua lengan kemeja dia gulung sampai ke siku. Setelah sampai dia segera berlari menuju ruang persalinan. Ada beberapa ibu yang sedang menunggu giliran bersalin termasuk istrinya. Dimasukinya bilik paling depan tempat istrinya berbaring.

"Mas, sakit," rintihnya pada sang suami. Pram dengan sigap menggenggam tangan Mala sambil mencium keningnya, menyalurkan kekuatan agar kedua bayinya lahir dengan lancar selamat beserta ibunya sehat.

Sebenarnya satu bulan lalu dokter menyarankan dengan tindakan operasi karena tidak hanya satu bayi yang akan keluar. Tetapi Mala kekeh dengan pendiriannya. Melahirkan normal walaupun nyawa taruhannya. Pram begitu khawatir dengan keadaan saat ini.

Setelah berjuang selama dua jam di ruang bersalin, akhirnya dua bayi lahir dengan selamat. Tangis keduanya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kedua orangtua muda itu.

"Terima kasih sayang, kamu telah memberikan satu bayi laki-laki lagi dan satu bayi perempuan. Dia cantik seperti Bundanya." Pram mencium kening dan punggung tangan istrinya bergantian. Rasa haru dirasakan saat ini, bahagia memiliki dua putra dan satu putri untuk melengkapi rumah tangganya.

Kedua bayi mungil itu dibersihkan dan segera dipakaikan kain agar tidak kedinginan. Pram membuka bajunya dan menggendong keduanya didada. Jabbar dan Jasmine, itulah nama yang diberikan pada kedua kembar dampit itu. Jabbar berada di dada sebelah kanan dan Jasmine berada disebelah kiri.

Rahardi dan Mariana begitu bahagia melihat pemandangan dilamar itu. Anak kecil yang belum genap dua tahun itu memandang takjub pada dua makhluk kecil didepannya. Mereka baru tahap perkenalan. Lucu memang, anak sekecil akbar sudah memiliki arek dua. Mariana yang dulu menginginkan anak lagi dan itu tidak akan mungkin sampai saat ini karena ada masalah dirahimnya, bangga melihat sang menantu melahirkan dua bayi secara normal.

"Terima kasih, ya, Nak. Kamu telah memberikan kami tiga cucu yang sangat lucu. Mereka yang akan meneruskan keturunan keluarga Rahardian." Mariana memeluk haru Mala. Menantu yang dulu tidak begitu dianggapnya.
.
***
Tangis Akbar reda setelah pengasuhnya membawanya ke taman rumah sakit. Diberikannya susu sambil bermain bola ditangan kecil itu. Ketika susunya habis Akbar duduk tegak dan tanpa sengaja menendang bola yang agak besar menggelinding jauh karena tempat yang mereka duduki agak tinggi dari jalan.

"Yah, bolanya pergi deh. Mbak Sus ambil, dedek dosin dulu, ya. Jangan kemana-mana," Siti memberikan botol susu kosong dan bola kecil dalam genggaman Akbar lalu mengambil bola yang jatuh dalam selokan.

"Bisanya kotor, aku cuci dulu. Dedek masih anteng disana." Siti memperhatikan Akbar dari tempatnya berdiri masih duduk tenang. Segeralah dia mencari kram air untuk membersihkan bola. Agak lama dirinya menemukan kram lalu membersihkan bola itu agar bisa dipakai bermain Akbar lagi.

Siti berjalan cepat hingga lari kecil untuk segera sampai ditempat momongannya ditinggalkan. Sesampai ditempat itu Situ terperanjat, Akbar sudah tidak ada disapa tinggal tempat makan yang dipakainya tadi. Gendongan, botol susu dan juga Anak majikannya hilang. Jika Akbar berjalan tentu tidak sampai keluar area taman ini, mengingat jalan Akbar yang masih pelan.

"Akbar diculik!" pabriknya seketika. Lalu berlari kearah parkiran untuk meminta bantuan Maman.

*
Wanita itu memandang kaca depan mobilnya, dia berniat membusuk mantan madunya dan mengucapkan selamat atas kelahiran putranya. Sesampainya diparkiran dia berjalan memutar agar segera sampai kamar Mala. Belum sampai keempat tujuannya, dia melihat seorang anak kecil yang sedang duduk sendiri di taman. Sepertinya tidak asing dengan anak itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

{{ TAMAT}} KEMALA  (Aku Bukan Perebut Kebahagiaan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang