7.Tidak suka!

52 7 6
                                    

Restoran ini. Cabang restoran 'prakitchen' yang merupakan restoran milik ibu El. Classy baru tahu selain irit berbicara, El juga irit pengeluaran. Tentu saja ia dapat melenggang keluar restoran ini setelah makan tanpa mengeluarkan dompet tebalnya.

Classy belum pernah makan disini, hanya beberapa kali mendengar dari kedua orangtuanya.

El langsung memesan 2 nasi goreng spesial dan 2 lemon tea tanpa membiarkan Classy memilih pesanan. Classy diam saja, toh tidak terlalu buruk.

Mereka duduk dimeja khusus dua orang, saling berhadapan. El sibuk dengan handphone nya, begitu juga Classy. Yang beda, sesekali Classy mencuri pandang pada wajah tegas El.
Entah apa maksudnya.

"Apa Lo liat-liat?" Kalimat tanya itu membuat Classy terkejut malu. Classy memalingkan wajahnya sekilas.

"Gue gak liat Lo. Jangan asal nuduh." Classy mengelak. "Buktinya pertama, Lo liatin gue berkali-kali. Kedua, sorot mata lo persis ke muka gue. Ketiga, Lo malu saat gue tanya. Mencerminkan kalo lu daritadi liatin gue terus." Tegas El.

"Keren!" Kedua bola mata Classy berbinar. Sementara El tampak bingung. "Gaya Lo tadi kayak detektif di film-film. Gue sukaa!" Classy tampak gembira.

Tunggu. Suka?

"Eh? Anu bukan suka itu, maksudnya-"

"Iya gue tau." El kembali fokus pada handphone nya. Entah disengaja atau tidak, terbersit senyuman kecil di bibir El.

Jantung Classy hampir meledak karena perkataan nya tadi. Ia malu. Untung pesanan tadi segera datang dan memecahkan suasana yang aneh ini.

Akhirnya mereka makan dengan tenang. Demi apapun, Classy masih malu. Bagaimana jika El menganggap Classy suka pada dirinya seperti cewek-cewek centil di sekolah itu? Gak banget.

Setelah makan, kebetulan El mendapat pesan bahwa rafka sudah pulang ke rumahnya. El langsung mengantar Classy pulang. Ia tak mau rafka khawatir dengan keberadaan adiknya. Mereka segera ke parkiran dan melaju ke rumah Classy.

"Eh, kalian udah pulang. Abis darimana nih? Seru kayaknya." Rafka menyambut kedatangan El dan Classy. Ketika hendak masuk kerumah, Classy ditahan oleh rafka. "Makasih ya El, jadi ngerepotin terus." Rafka berterima kasih dengan perasaan tak enak. Sepertinya Classy terlalu merepotkan El. "Oh, gak papa kok bang. Lagi gak sibuk juga." Ucap El tersenyum.

Gak sibuk apanya? Orang seperti dia. "Maaf gue ngerepotin. Mulai sekarang Lo gak usah jagain gue lagi, gue udah gede. Jangan ikutin perintah bang rafka, gak bagus." Classy melirik Abang nya yang nyengir. "Iya. Lo gak perlu jagain adek gue lagi. Dia terlalu ngerepotin."

Classy menatap abang nya tak suka. "Gak papa kok bang. Gue bakal tetep jagain Classy. Maaf, kemaren Classy di labrak temen seangkatan gue. Salah gue sih bang." El merasa bersalah.

"Dilabrak? Nih anak gak pernah ngomong. Tapi yaudah kalo lu emang mau. Gue gak maksa. Makasih ya!" Rafka malah senang mendengar El tetap akan menjaga Classy.

'apaan nih orang? mau jagain gue lagi? Apa maksudnya? Gak. Gue gak bisa bebas. Dasar pengganggu!' batin Classy.

Tentu saja Classy tidak mau. Tapi rafka menahan Classy untuk menolak. Hingga El benar-benar pulang. Classy menggerutu, dia tak bisa terus seperti ini. "Kenapa sih bang?"

"Lo tenang aja, class. Lagian tahun depan El lulus kan? Cuma 2 semester ini aja kok." Rafka santai melenggang ke dalam rumah. Classy berusaha menahan emosi. Ia masuk dan segera ke kamar.

🏫


"Lauraaa!" Teriakan menyakitkan telinga itu berasal dari bibir Nella.

Weird ClassmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang