Yena menangis di kamarnya. Kenapa?
Papi mau dinas. Selama satu tahun di Malaysia. Satu tahun itu pun belum tentu bener-bener setahun. Bisa lebih atau ada kemungkinan besar juga Yena bakal pindah ke sana. Secara, sebenarnya bukan dinas melainkan lebih ke dipindah tugaskan.
"Yena gak boleh nangis gini, ah. Nanti Papi malah gak bisa pergi." ujar Mami sambil menenangkan anak tunggalnya itu. Papi ada di sisinya juga. Soalnya pas Papi baru kasih tau soal itu, Yena sempat shock dan tiba-tiba nangis sesenggukkan.
Pasalnya juga Yena itu dekat banget sama Papi Minho. Apa-apa harus sama Papi gitu. Bahkan Mami iri sama kedekatan suami dan anaknya itu. Dan kini mereka malah mau dipisahin.
"Yena gak mau sekolah mau ikut Papi aja ke sana." ujar Yena dalam satu tarikan nafas dan abis itu nangis lagi.
"Yaa, kalo Mami izinin mah kita pindah ke sana sekarang. Mami aja gak mau Yena pindah gini karena nanggung." kata Papi menenangkan.
"Yena, kan bentar lagi mau naik kelas 12 jadi nanggung sayang." kata Mami.
Yena gak menggubris. Sedih banget pasti. Mami sama Papi sampe liat-liatan. Bingung harus apa biar Yena berhenti nangis karena sebenernya mereka juga gak tega ngeliat Yena menangis begitu. Sesenggukan pula.
"Yena mau apa?" tanya Papi tiba-tiba.
"Yena mau Papi gak pergi. Itu aja. Yena gak butuh jajan banyak."
Kalau permintaan anak semata wayangnya udah seperti itu, Papi gak bisa menolak, tapi juga gak bisa melakukannya. Beban sekali meninggalkan Yena bagi Minho."Kalo Papi gak pergi, kasian satu Indonesia kehilangan satu orang andalan mereka dalam bidang ekonomi. Yena pasti belajar, kan kalo ekonomi antar dua negara itu penting karena saling menguntungkan?" Yena mengangguk. "Makanya, Papi pergi karena Papi adalah orang itu. Kalo bukan Papi siapa lagi?"
Sebesar apapun Yena sekarang tetap saja ia masih bisa termakan ucapan itu. Cewek manis itu mengangguk. Mami tersenyum juga menahan tawa. Bisa-bisanya Minho. "Papi janji sama Yena bakal pulang. Yena juga harus janji gak nangisin Papi lagi." ujar Papi sambil mengulurkan jari kelingkingnya bermaksud untuk membuat pinky promise.
Yena ikut mengulurkan jari kelingkingnya dan mengaitkannya dengan Minho. "Janji."
Minho tersenyum, "Oke. Karena Papi berangkatnya masih seminggu lagi, gimana kalo Yena izin terus kita liburan?"
Tangis Yena berhenti seketika. Matanya membulat dan berbinar. "Boleh!"
Mami juga gak kalah excited. "Mau dong!"
"Oke. Gimana kalo kita ke Bali?"
Dengan rambut yang masih terbungkus handuk, Yena menelantarkan badannya ke kasur dan memainkan hp nya. Ia senang lusa akan pergi ke Bali bersama orangtua nya. Apalagi mereka akan pergi seminggu.
Izin ke guru, sih ngakunya Minho ada dinas ke Bali jadi ngikut. Padahal ini cuma liburan.
Yena membuka room chat dan segera mencari nama Younghoon. Kemudian ia mengetikkan pesan ke cowok tampan itu.
Yena :
Hi"Eleh, masa gitu doang malu-malu." gumamnya sendiri. Kalo mikirin Younghoon emang suka senyum-senyum Yena tuh.
Younghoon :
haaiii
nungguin gue chat ya?
sori sori lagi beresin gudangIya, Younghoon beberes gudang rumahnya bersama Seolhyun. Disuruh Ibu Negara mereka tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗕𝗘𝗟𝗢𝗩𝗘𝗗.
FanfictionGimana jadinya perenang yang cuek bisa suka sama cewek yang tidak pekaan? • [SEMI BAKU] • © pllluviophile, 2018-