24

527 69 5
                                    

Beberapa hari ini, Woobin perhatikan, anak bungsunya ini selalu senyum-senyum kalau main hp. Di saat ia mau menegur dan nanya "Kamu punya pacar, ya?" Selalu aja ada yang gangguin. Kalau gak Yuri yang memanggil, pasti Seolhyun yang selalu meminta bantuannya.

Emang faktanya kalau Younghoon suka senyum-senyum pas liatin hp yang alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah Choi Yena. Wah, jadi nyesel bilang Sunwoo itu bucin karena sendirinya lebih bucin. Padahal Sunwoo gak ada pacar, tapi sama siapa aja bucin.

Namun, Woobin agak gak suka melihat Younghoon kini jadi banyak tingkah. Maksudnya... cowok itu kini semakin banyak tersenyum. Harusnya Woobin senang karena dia bukan lagi pribadi yang kaku, tapi entah mengapa Woobin ingin sekali Younghoon fokus ke kehidupan atletnya.

Panjang umur.

Younghoon melewati TV yang artinya melewati Papa nya yang lagi asik nonton. "Hoon, sini. Papa mau tanya."

Cowok itu berhenti dan menghampiri Woobin. Baru aja dari luar habis cuci motor. "Kenapa, Pa?"

Oke, Woobin menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya perlahan, "Kamu... punya pacar, ya?"

Mendengar itu Younghoon sedikit terkejut. Badannya nyaris gemetar, tapi ia take it easy karena Woobin gak ada melarangnya untuk berpacaran karena ia udah bisa menghasilkan duit sendiri atau kadang Woobin suka ngasih jajan, kan mereka keluarga berada.

"Punya, Pa..."

Younghoon agak takut sebenarnya. Takut tiba-tiba gak dibolehin pacaran terus disuruh fokus belajar dan semacamnya. Kemudian Woobin menepuk pundak anaknya itu dengan senang dan tersenyum, "Siapa namanya?"

"Oh?" seru Younghoon dengan mata melebar, mulut terbuka, dan perasaan yang terkejut. Iya, lah kaget dikirain mau dipenggal. "Lah, kirain Papa mau misahin aku sama Dia."

Mendengar itu Woobin malah terkekeh, "Gak, lah. Udah gak jaman."

Younghoon terkekeh, "Namanya Yena, Pa. Cantik banget."

"Kapan-kapan bawa dong ke sini."

"Hah!?"
























"Hoon... gue takut anjir! Gak siap sumpah!"

"Ya, lu pikir gue gak takut? Tiba-tiba di suruh bawa pacar ke rumah."

Bisa ditebak, Younghoon melakukan apa yang Papa suruh. Seminggu setelah ucapan Papa, akhirnya Younghoon membawa gadisnya itu ke rumah. Habis pulang sekolah, sih ini, tapi Yena udah izin sama orangtuanya mau main sebentar.

"Assalamualaikum! Maaa, Paaa, ada tamu ini." seru Younghoon sambil melepas tasnya dan menaruh asal di sofa ruang tamu. "Kamu tunggu sini sebentar, aku mau ke kamar." ujar Younghoon.

Yena menurut aja dan dia duduk di sofa ruang tamu sesuai perintah Younghoon.

Gak lama, Yena menangkap sosok gadis yang ia yakini Seolhyun karena Younghoon sering cerita gimana kesehariannya yang suka berantem sama Kakaknya itu. Senyum merekah di wajahnya maksud menarik perhatian Seolhyun.

"Oh? Ini Yena, ya? Pacarnya Younghoon, kan?" ujar Seolhyun sambil merapikan setelan jas yang ia pakai. Yena berasumsi kalo Seolhyun lagi buru-buru.

"Iya, Kak." Yena tersenyum malu-malu. Dianggap gitu sama Kakak mas pacar gimana perut Yena gak dikelitikin kupu-kupu.

"Duluan, ya, Yen. Aku lagi sibuk kapan-kapan kita main bareng, deh."

Yena terkesiap mendengarnya ia hanya mengangguk-angguk dan menjabat tangan Seolhyun selagi ia masih terburu-buru.

Main bareng... Ya Allah, bisa gila.

Kemudian Seolhyun pergi dan tersisa Yena yang nungguin Younghoon. Dalam hati misuh-misuh kenapa cowoknya lama banget.

Gak lama muncul lah Yuri dari belakang rumah. "Eh, Yena, ya? Maaf, ya, Tante lagi sibuk masak di belakang." Yena bangkit dari duduknya dan mencium tangan Yuri.

"Gapapa, Tante, hehe. Kenalin, ya, ini Yena."

"Udah kenal, kok. Yena udah makan? Younghoon ke mana?"

Yena tersenyum kaku, "Belom, Tan. Katanya, sih tadi mau ke kamar. Yena gak tau ngapain."

Gak tau aja Yena kalo Younghoon lagi jingkrak-jingkrak. Nahan malu setengah mati.

"Duduk, Yena. Mau minum apa?"

"Tan, gak usah repot-repot!"

"Gak, kok. Es teh mau, ya?"

"Serius, deh, Tan gak usah." Yena kekeuh menolak. Takut ngerepotin.

Yuri tetap gak mau kalah, "Udah, minum aja. Lagian nanti Younghoon pasti bakal lupa ngasih minum, kan dia,  mah lupaan."

Ah, Yena baru aja mau menolak lagi, tapi Yuri udah keburu berlalu. Yena pikir, Mama nya Younghoon baik banget. Ramah banget pokoknya Yena sampai deg-deg an sendiri.

Gimana kalo gantian bawa Younghoon ke rumah?

"Udah ketemu Mama?" seru Younghoon yang baru turun dari tangga. Ia ganti baju ternyata. Kaos biru tua dan celana abu-abu sekolahnya. Kemudian ia duduk di kursi utama.

Yena mengangguk, "Udah. Baik banget Mama kamu." serunya.

"Syukurlah. Berarti dia seneng sama kamu." tutur Younghoon lega. Ia tersenyum kecil. "Mau makan gak? Eh, bentar... Papa ku yang mau ketemu kamu malah dia yang belom ngobrol, ya? Bentar..." Cowok itu bangkit dan berlari kecil ke kamar Sang Papa. Ternyata gak ada.

Younghoon ke dapur, bertanya ke Yuri. "Ma, Papa mana?"

"Tadi, sih bilangnya ke Indomart. Tapi lama banget. Nih, buat pacarmu." kata Yuri sambil memberikan nampan dengan segelas es teh ke Younghoon. Cowok itu malu sendiri denger 'pacarmu'.

"Gimana, Ma?"

"Hm?"

"Yena..?"

"Manis banget, ya? Pasti dia anak tunggal."

"Kok Mama tau?"

"Oh, bener? Padahal Mama ngasal." Yuri memang suka asal nebak, tapi juga suka benar.

Younghoon tertawa sebal dan berlalu kembali ke Yena. "Minum, nih."

"Padahal gak haus, tapi rezeki gak boleh ditolak." ujar Yena sambil tersenyum. "Mana Papa kamu?"

"Lagi ke Indomart tadi— nah, panjang umur!"

Baru aja diomongin, Woobin akhirnya sampai rumah. Beneran dari Indomart soalnya bawa sekantung plastik. Isinya gak usah ditanya karena semua itu aksesoris mobil yang gak sempat ia beli waktu belanja bulanan.

"Assalamualaikum." ujar Woobin.

"Waalaikumsalam!" sahut seisi rumah.

Yena berdiri dan segera menghampiri Woobin, "Om, kenalin ini Yena." serunya sambil mencium tangan Woobin.

Dengan senang hati Woobin merasa gembira, "Om udah tau haha. Pacarnya, kan?"

Yena nge-fly.

"Hehe, bisa aja, Om."

Woobin mengalihkan pandangannya ke Younghoon, "Ajak ke atas aja. Papa ada tamu juga."

Mendengar itu, Younghoon segera menurut dan mengajak Yena untuk pergi ke ruang santainya. Dengan seizin Yuri dan Woobin, mereka berdua naik ke lantai dua.

Younghoon menenteng tas merah maroon Yena dan menggeletaknnya di karpet. "Laper gak?"

Yena mengangguk, "Hehe."

Bukannya ngajak makan, Younghoon malah...

"Bisa main PS gak?"

"Bisa!!!"

🔺🔺🔺

Minal Aidzin Wal Faidzin 🙏🏻
Maafin aku, ya kalau ada salah sama kalian.
Maaf juga ini update nya kelamaan!
Bentar lagi selesai kok!
Mohon maaf lahir batin, ya🙏🏻

𝗕𝗘𝗟𝗢𝗩𝗘𝗗.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang