Chapter One

824 53 36
                                    

Semua ini berawal dari Toru. Ia yang membentuk band ini dengan semangat pemuda. Laki-laki itu pula yang memaksa Taka untuk menjadi vokalis bandnya. Meskipun ditolak berkali-kali, pemuda itu tidak pernah menyerah. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk melihat pertunjukan mereka di ruangan yang tidak luas. Setelah melihat itu, ia merasa ingin bergabung dengan band yang kini dinaunginya.

Toru selalu seperti itu. Cerita itu pun pasti telah banyak didengar oleh orang-orang terdekat mereka maupun fans mereka. Apalagi cerita itu juga diceritakan di salah satu interview saat Tomoya baru bergabung. Yang paling diingatnya di interview itu adalah pertanyaan pewawancara yang menanyakan apakah Toru gay atau bukan. Ia masih dapat mengingat ekspresi Toru saat beberapa kali menjawab bahwa ia bukan gay. Lucu sekali.

Ia sangat dekat dengan Toru sejak awal bergabung dengan band ini. Karena menurutnya, Toru sangat menolongnya dari keterpurukan yang dialaminya kala itu. Ia selalu merasa bahwa ia harus berterima kasih kepada Toru. Pemuda itu benar-benar sahabat terbaiknya.

Ia berpikir begitu awalnya.

Namun....

Yang terjadi saat mereka di atas panggung, seperti saat mereka belum terkenal. Ketika ia bernyanyi, ia selalu menghampiri Toru, dan Toru pun menghadapnya. Setelah selesai konser, ia bermaksud memeluk Toru untuk menyampaikan rasa terima kasihnya karena telah menolongnya, membentuk band ini, dan menjadi leader yang sangat baik, tapi yang ia rasakan secara bersamaan saat itu adalah jantungnya yang berdegup kencang.

Ketika ia lupa lirik, entah mengapa, secara otomatis, ia akan melihat ke arah Toru. Sering kali ia melakukan itu. Toru pun yang paham keadaan, meresponsnya dengan mendekatinya, dan yang terjadi--entah mengapa--ia malah memeluk leher Toru.

Kemudian pada tahun 2014 di Yokohama Arena, saat menyanyikan lagu Wherever You Are, ia menghampiri Toru secara sengaja. Sebenarnya ia ingin menyampaikan bahwa lirik yang ia nyanyikan saat itu adalah untuknya. Sudah pasti ia tidak berani mengatakan apa yang ia rasakan selama bersama Toru secara langsung. Jadi, saat itu adalah cara ia menyampaikan perasaannya.

Namun yang membuat ia bingung sekaligus senang adalah cara Toru membalasnya. Apa maksudnya saat itu pun sampai saat ini ia tak tahu. Apa hanya ia yang merasakan ini? Ia ingin tahu bagaimana perasaan Toru terhadapnya. Semua ini terlihat ... abu-abu sekali.

Apalagi saat ia menyanyikan lagu yang sama pada tahun 2017 di Argentina. Saat itu ia mengajak salah satu fans perempuannya ke atas panggung untuk mendampinginya. Namun ekspresi yang Toru tunjukkan padanya saat itu terlihat membingungkan sekali. Seperi seseorang yang ... cemburu? Ia pikir begitu. Oleh karena itu, ia jadi terus bertanya-tanya tentang apa maksud perlakuan Toru selama ini padanya.

Di tahun yang sama, saat di Saitama Super Arena dengan lagu 20/20 yang dimainkan, ia merasakan itu. Ia merasakan sebuah perasaan yang tidak dapat dideskripsikan. Awalnya ia hanya memberi ide saat rehearsal untuk melakukan adegan ke stage depan bersama Toru. Namun Toru menurutinya dengan baik dan saat pertunjukan benar-benar dimulai, ia dan Toru malah kelewatan. Ada beberapa adegan yang tidak direncanakan tetapi terjadi begitu saja di atas panggung. Seperti ada dorongan dari dalam dirinya.

Ia terlalu terbiasa dengan Toru. Bahkan selera pakaian mereka sama sejak dulu. Sering kali saat ia memilih suatu pakaian, pasti Toru juga memilih barang yang sama.

Ia terbiasa di dekat Toru, memegang lehernya yang panjang itu, dan memegang bahunya. Ia terbiasa melakukan itu semua. Meskipun ia selalu bingung saat Toru membalas perlakuannya, tetapi ia menyukainya. Ia menyukai bagaimana Toru membalas segala perlakuannya. Walaupun itu semua tidak ada kejelasan, ia menikmatinya. Dan ia selalu lupa mengontrol emosinya di atas panggung. Kadang ia kelewatan juga sampai-sampai pernah mencium kepala cowok itu saat tur konser Eye Of The Storm di Eropa.

The Love We've Made [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang