Di siang hari begini, Toru mengendarai mobilnya ke pusat perbelanjaan. Ia tidak bersama siapapun. Ia hanya berencana untuk membeli pakaian baru dan berencana membelikannya untuk Taka juga.
Sesampainya di sana, ia menuju salah satu toko pakaian terkenal. Sebisa mungkin ia menyamar agar tidak ketahuan kalau ia adalah Toru Yamashita. Dengan masker hitam, kacamata hitam, dan topi hitam, ia merasa tidak akan ketahuan.
Di toko itu, ia memilih pakaian perlahan. Dilihatnya satu per satu sambil mengelilingi toko. Ia berencana mencari baju yang kemungkinan Taka juga menyukainya. Ya, ia ingin 'couple' dengan Taka.
Setelah menemukan baju yang dicarinya, ia ke ruang ganti untuk mencobanya terlebih dahulu. Semua pintu ruang ganti yang ada tertutup, kecuali satu. Pintu ruang ganti itu sedikit terbuka, berarti kemungkinan tidak ada orangnya. Maka ia pun menuju pintu itu dan mendorong pintu tersebut.
Namun dirinya terpatung melihat orang yang dikenalnya bersama dengan wanita tadi malam yang mengenalkan diri padanya kini sedang bercumbu di dalam ruang ganti yang dimasukinya. Tanpa sadar, ia melepaskan kacamata dan masker hitamnya.
".... Mori?!"
Yang dipanggil pun menghentikan kegiatannya dan menoleh. Wanita yang di depannya juga.
"Ah, Toru-san?"
Terlihat jelas bahwa Taka biasa saja dipergoki seperti itu. Seolah-olah kegiatannya hanya di-pause sebentar. Dan oh, Taka melanjutkan kegiatannya lagi tanpa memedulikan keberadaan Toru!
Entah mengapa, orang yang sedang menyamar itu menjadi sakit hati. Tidak seharusnya ia begini, tetapi itulah yang dirasakannya. Ia merasa seperti ada luka di hatinya karena tergores benda tajam dan kini luka itu ditetesi dengan air jeruk nipis. Perih sekali.
Setelahnya ia buru-buru memakai kacamata dan maskernya kembali, lalu keluar dari sana--tak lupa menutup pintunya. Ia tidak jadi membeli baju yang tadi ingin dicoba dan dibelinya. Ia menaruh pakaian itu di tempat semula, kemudian kakinya beranjak menjauhi tempat itu. Kecepatan kakinya terus bertambah seiring dengan pikiran-pikiran negatif yang memenuhi otaknya. Sesampainya di parkiran, ia segera memasuki mobilnya dan pergi dari tempat 'laknat' itu. Sembari mengemudi, banyak pikiran yang memenuhi otaknya tentang kejadian tadi. Rasa sakit di hatinya pun semakin menjadi karena memikirkannya.
Brak!
"AH!"
Ia memukul stir mobil. Pikirannya kacau. Ia melepaskan alat menyamarnya, lalu ia mengambil ponselnya karena ada pemberitahuan yang masuk. Saat ia buka, ada kiriman foto dari nomor tak dikenal. Setelah foto itu terunduh, ia pun semakin runtuh saja melihatnya. Ya, sepertinya nomor itu milik wanita tadi yang mengirimkan foto 'kegiatannya' tadi kepadanya.
Ia memukul stirnya kembali.
"Mori!"
TIN TIN
"AAAAKH!"
Ia tertabrak truk.
"Huh huh huh...."
Toru terengah-engah setelah terbangun dari mimpi buruknya. Tidak, sekarang mimpi inilah yang terburuk dari semua mimpinya.
Dengan posisi duduk, ia mengerjapkan matanya. Ia sungguh syok atas mimpinya barusan. Ia pun memeriksa tubuhnya, memastikan ada yang luka atau tidak. Ah, tentunya tidak. Itu hanya sebuah mimpi. Tapi, mimpi itu sangat menyeramkan dan seolah-olah nyata.
Kakinya beranjak dari tempat tidur, mencari segelas air mineral di dapur. Ia segera mengambilnya dari kulkas, menuangkan di gelas, lalu meminumnya. Ia terdiam beberapa saat untuk menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love We've Made [End]
Fiksi PenggemarTaka, seorang vokalis dari band ONE OK ROCK yang tertolong hidupnya karena Toru. Bagi Taka, Toru teman terbaiknya. Bagi Toru, Taka teman baiknya. Namun memang benar, kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi pada hidup kita ke depannya. Beberapa...