Hunting

226 34 4
                                    

Weekend tiba, waktunya aku menikmati hidupku sebagai fotografer jalanan bersama teman-teman Unit Fotografi kampus. Ya, setiap minggu anak unit selalu melakukan hunting dengan berbagai macam tema untuk belajar sekaligus mengumpulkan foto untuk keperluan masing-masing (entah untuk feed Instagram atau lomba).

Aku sendiri untuk belajar karena kemampuan fotografiku tidak berkembang secara baik sejak lulus SMA. Unit fotografi adalah salah satu unit kampus yang ku ikuti secara telaten.

"Kamu bawa kamera yang mana?" Minghao mendekatiku sembari mengarahkan lensanya ke sebuah objek di hadapanku.

Tanganku yang sedang memegang Kamera analog favoritku langsung terangkat. "Ini doang, mager bawa DSLR. Berat banget."

"Kan aku bilang, DSLR jual, mending beli mirroless."

Bibirku langsung mengerucut. Enak sekali jadi Minghao bisa berpikir sesederhana itu. Aku kalau sekaya dia juga nggak bakal mikir untuk nabung sekian tahun demi mirroless.

"Nanti kalau udah beli kamera lomo impian." Kataku sembari berjalan ke depan, mencari objek yang menarik untuk filmku.

Sejak menggunakan kamera analog aku memang harus dituntut lebih selektif dalam memilih objek. Salah-salah sama saja seperti membuang uang. Roll film nggak murah, apalagi proses developingnya. Semua soal biaya.

"Ngapain, sih, beli Lomo? Mirrorless dulu aja, tahan lama." Sahut Minghao di belakangku.

Aku mengedikkan bahu. Kalau sudah jatuh cinta sama kamera, aku akan buta. Dan bukan hanya kamera Lomo, mungkin sekarang aku juga tengah buta dengan perasaanku sendiri.

"Ya, terserah dia kali Hao. Menurut gue, kamera yang dia mauin juga kece." Seseorang menghampiri kami, Mingyu. Manusia tiang itu membawa Nikon F100-nya.

Oh iya, aku, Minghao dan Mingyu sama-sama anggota Unit Fotografi sejak semester satu. Unit Fotografi pula yang menjadi wadah pertemanan kami selama ini.

Aku dengar Minghao merespon Mingyu, "ya, gue cuma ngasih saran aja. Daripada dia nyesel ngerasa buang-buang uang."

"Gue yakin, sih, Lomo yang dia mauin kalau dijual lagi banyak yang mau. Lo kayak ga tau aja dia kayak gimana."

"I-iya, sih... gue yang mikir sayang nabung untuk Lomo." Kata Minghao.

Aku yang berjalan di depan mereka belum kunjung mendapatkan objek karena pembicaraan mereka menyita pikiranku. Mingyu benar, Minghao juga tidak salah. Aku memang terlalu suka dengan kamera vintage.

Bukan hanya kamera Lomo Czar Edition yang aku inginkan, tapi Lomokino. Kamera untuk membuat film pendek yang sangat unik.

Dan semuanya butuh uang.

"Roll kemarin udah kamu develop?" Tanya Mingyu mengikutiku, ia meninggalkan Minghao yang sudah mendapatkan objek baru di belakang kami.

Aku menggeleng. Sebenarnya aku masih keki perihal kejadian di malam ulang tahunnya, tapi ia tidak begitu salah. Toh, kami merencanakan kejutan yang tidak diketahuinya.

"Mau bareng, nggak?" Tanyanya lagi.

Aku mengedikkan bahu, "aku ngumpulin sampai 3 roll dulu, ya."

"Uhm... okey. By the way, yang kemarin aku minta maaf."

"Aku nggak apa-apa. Kamu cuma perlu minta maaf sama yang lainnya." Kataku cepat. Aku memang lebih kepikiran sama Seokmin, Yuju dan Minghao. Aku sendiri tidak begitu mempermasalahkannya.

"Soal cewek itu... dia adikku." Katanya melanjutkan. Aku jadi berhenti berjalan, menatapnya penuh tanya.

Mingyu membasahi bibirnya, tampak linglung. "Kemarin dia datang untuk merayakan ulang tahunku. Bahkan sampai niat mematikan hpku agar aku tidak ke mana-mana."

Aku mengangguk, menghela napas panjang. "It's okay, Mingyu. Kamu tidak perlu jelasin ke aku. Jelasin ke anak-anak saja."

"Udah."

"Oh. Okay..."

"Kamu nggak mau tahu soal adikku?"

Aku mengernyit. "Untuk?"

"Ya, aku takut kamu nggak percaya dia adikku. Kamu nggak cemburu, kan?"

Ya Tuhan. Rasanya ingin berteriak kencang-kencang kalau aku tidak cemburu. Lagipula sejak awal aku sudah menekan perasaanku agar tidak berharap banyak pada manusia saat ini. Sulit, sih. Tapi demi kebahagiaanku, aku harus melakukannya.

"Untuk apa aku cemburu, Mingyu?"

Mingyu mengerucutkan bibir, ia tampak cemberut setelah aku melempar pertanyaan itu. Apa salahku? :(

"Aku mau kamu cemburu. Sekali saja."

Ampun. Aku memutar kedua bola mataku, kemudian mengindahkannya dan berjalan entah ke mana mencari objek yang bisa ku potret. Berlama-lama di sebelah Mingyu bisa membuatku gila.

Sebenarnya, anak itu maunya apa?

Sebenarnya, anak itu maunya apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
If Mingyu My TTM (Temen Tapi Mesra) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang