Joshua sunbae bisa ku kategorikan sebagai manusia yang murni, polos, dan pastinya tidak paham soal cinta. Aku tahu, ia pernah berpacaran dengan junior seangkatanku, tapi kisah cintanya tidak mulus.
Ada kabar angin yang mengatakan kalau Joshua terlalu baik hati dan itu membuat mantannya tidak nyaman dengan Joshua.
Bodoh sekali mantannya itu. Aku, kalau jadi dia, tidak akan pernah ku lepaskan orang macam Joshua. Ya, sayangnya aku bukan dia dan perasaanku bukan untuk Joshua.
Meski begitu, aku dengan lancarnya curhat soal Mingyu padanya. Selepas kelas hari ini, setelah menghindari Mingyu berminggu-minggu, aku tiba-tiba melangkahkan kaki ke ruangan Club Bahasa Inggris. Di sana ada Joshua sunbae, sedang membaca kamus Oxford.
Gila tuh orang, bisa ya, baca Oxford di waktu yang senggang. Aku mana mau.
"Kamu masih belum bicara sama dia?"
Aku menggeleng. "Tidak akan."
"Nggak mungkin, dong." Kata Joshua sunbae (mau bagaimana pun aku tidak bisa memanggilnya oppa). Aku mengerucutkan bibir.
"Aku nggak mau, sunbae. Kalau sunbae jadi aku, memangnya mau ketemu sama orang yang kayak gitu?"
Joshua (aku lelah menggunakan sunbae, fyi) menatapku lekat. Senyum tipisnya merekah. Kenapa sih aku tidak jatuh hati pada manusia ini saja? Kenapa malah kepada manusia lain yang begitu complicated.
"Perhaps. Aku nggak suka hubunganku dengan orang lain--atau malah sahabatku sendiri hancur hanya karena kejadian beberapa menit. Bisa saja dia hanya terbawa emosi."
"Aku tahu, aku tahu dia emosi. Tapi pertanyaannya bikin aku malas ketemu dia."
Joshua terdiam, ia tampak sedang berpikir dan aku sudah lelah dengan semuanya. Dari Minghao sampai Joshua, keduanya punya nasihat yang sama. Aku salah. Harusnya aku curhat sama Yuju. Sebagai sesama wanita dia pasti paham.
Ah... bodohnya.
"Kamu takut?"
"Takut? Ya pasti! Kalau aku ditariknya lagi, terus dimarah-marahin."
"Bukan itu."
Aku menyipitkan mata. "Maksudnya?"
"Kamu takut pernyataan dia serius dan hubungan kalian bisa rusak atau mungkin kamu takut pernyataan dia tidak serius, yang justru mengecewakan hati kamu. Antara dua itu."
Masuk akal. Aku jadi tidak bisa berkata-kata. Karena beberapa hari ini aku sangat bimbang dan merasa takut akan kebenaran kalimat Mingyu waktu itu.
"Kamu takut kecewa, ya?"
Pertanyaan Joshua itu tepat mengenai hati aku rasanya.
"Ngg... nggak tahu, sunbae."
"Oppa." Ralatnya membuatku tersenyum lebar.
"Kamu nggak bisa panggil aku oppa?" Tanyanya yang langsung ku sambut dengan anggukan kepala.
Joshua tidak tampak kecewa, ia hanya menghela napas sembari tersenyum manis. Ya ampun, senyumnya sangat indah. Aku sangsi pada diri sendiri, kenapa aku tidak bisa suka padanya, sih.
"Ketemu sama Mingyu secepatnya," Kata Joshua kemudian. Aku menggeleng lemah.
"Aku belum siap, sunbae."
"Mau sampai kapan?" Tanyanya retoris. Aku mengedikkan bahu, tidak tahu harus menjawab apa.
"Ketemu secepatnya sebelum kamu kehilangan sahabat kamu. Kalau kamu nggak ketemu, aku takut kamu malah menyesal di lain hari."
Rasanya seperti menonton acara Golden Ways yang pernah booming ketika aku SMA. Joshua bijak sekali. Aku harap dia bisa dapat pasangan secepatnya. Kalau tidak, apakah aku bisa jatuh cinta padanya?
"Sekarang, kamu pulang. Sudah malam." Kata Joshua kemudian sembari berdiri dari kursi.
Aku menatap keluar jendela. Benar. Sudah malam. Aku sampai lupa waktu ngobrol dengannya.
"Mau dianter?"
Ya Tuhan, kenapa hatiku bebal sekali tidak kunjung suka dengan manusia satu ini? Apa yang pernah ku buat di masa lalu sampai nasibku nista begini?
"Nggak perlu, sunbae. Aku hanya perlu naik bus sekali untuk sampai di kawasan kosanku."
Joshua mengangguk, "yasudah. Kalau sudah sampai bilang, ya."
Aku mengangguk patuh kemudian pamit padanga untuk pulang lebih dulu.
Ah... rasanya ingin memutar waktu. Ingin masuk Club Bahasa Inggris, bukan Unit Fotografi yang mendekatkanku dengan Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Mingyu My TTM (Temen Tapi Mesra) [Complete]
FanficFiclet menggelikan ajalah. Biar masa isolasi menyenangkan.