Aku tidak paham dengan Mingyu. Orang itu seperti tengah kesurupan iblis sampai bisa bersikap sangat kasar kepadaku. Bagaimana bisa ia memaksaku untuk menjadi pacarnya? Ralat, memaksaku untik menjawab pernyataan cintanya yang sangat tiba-tiba.
Manusia itu seperti anak kecil yang kehilangan mainannya, bertindak seperti tukang bully di drama-drama. Menyebalkan.
Di kampus, aku sampai harus berusaha setengah mati menghindarinya. Meski wajahnya sudah tidak mengerikan lagi, aku tetap takut kalau dituntut menjawab pertanyaan tak berakalnya itu. Aku tahu, perasaanku kepadanya bagaimana, tapi kalau caranya begitu, apakah aku harus menjawabnya?
"Kamu serius dia kayak gitu?" Minghao berbisik. Matanya sedikit melirik ke arah Mingyu yang berada tidak jauh dari posisi kami.
Aku menyikutnya, "serius, Hao. Kapan aku becanda?"
"Bukannya bagus?"
Bagus? Cowok itu memang aneh, ya. Mereka nggak pernah mikirin dari sisi perempuan.
"Minghao, aku kalau jadi kamu, bakalan marah sama Mingyu. Berani-beraninya dia bertindak semenyebalkan itu pada teman dekatku sendiri."
"Tapi kamu ada rasa sama dia. Bagaimana aku bisa marah? Aku malah senang kalau cinta kamu terbalas." Elaknya sembari tersenyum tipis. Minghao menepuk-nepuk kepalaku lembut.
Aku menangkis tangannya, "Minghao, kamu ga paham. Bukan sesederhana itu mikirnya."
"Jadi bagaimana?"
Napasku terhela panjang. Aku malas menjelaskannya. Lelaki itu sama saja. Mereka tidak paham kalau perempuan menginginkan perasaan yang benar-benar murni, bukan yang dipaksa atau pun memaksa. Pasalnya aku sendiri bingung, pernyataan Mingyu waktu itu, apakah hanya emosi belaka atau perasaannya yang sebenarnya.
~~~
Aku sedang makan di kantin bersama Seokmin, Yuju, dan Minghao begitu Mingyu mendatangi meja kami. Untung saja di hadapanku ada Seokmin, jadi aku tidak perlu menyudahi makan siang yang baru saja ku mulai.
"Eh kue lo udah gue makan ya sama Minghao." Sahut Seokmin dengan senyum lebar yang begitu khas.
Aku lupa sama kue ulang tahun itu. Sial, mereka memakannya tanpa pemberitahuan. Mereka lupa soal aku yang punya sweet tooth apa?
"Yeee... serah lo dah." Kata Mingyu tampak tidak begitu peduli.
"Kado dari gue cocok, nggak?" Minghao bertanya kemudian.
Aku dari ujung meja hanya mendengarkan saja. Tidak ada niat untuk mengikuti percakapan mereka. Apalagi aku tidak sempat memberikan hadiahku untuk Mingyu.
"Eh, roll filmnya bisa nggak? Gue penasaran hasilnya kayak gimana." Seokmin tiba-tiba bersuara.
Untung saja aku sedang tidak mengunyah, kalau iya, aku bisa memuntahkan makananku di hadapan mereka semua. Aku melirik Mingyu yang mengerutkan dahi, sedangkan kakiku menendang Seokmin pelan.
"Roll film gimana?"
"Hadiahnya d--" Yuju menunjukku, tapi aku buru-buru berdiri dan meninggalkan meja mereka.
Nampan makanan ku berikan pada bibi kantin. Masih ada banyak dan aku masih lapar. Tapi, mau dikata apa?
Aku berbalik ke belakang, tidak ada Mingyu atau satu pun temanku yang mengejar. Itu bagus karena aku sedang tidak mood ditanya macam-macam oleh mereka, kecuali Minghao tentu saja (karena pria itu tahu apa yang terjadi.
Masih ada banyak waktu sebelum kelas selanjutnya, aku memilih keluar kampus. Mencari mini market untuk membeli Kimbab atau Ramyeon. Hari ini aku lapar sekali rasanya.
Bukan hanya itu, aku tiba-tiba malas masuk kelas. Haruskah aku bolos saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
If Mingyu My TTM (Temen Tapi Mesra) [Complete]
Fiksi PenggemarFiclet menggelikan ajalah. Biar masa isolasi menyenangkan.