0.5

1.2K 176 27
                                    

Taehyung mengajak Hyun bermain bola di halaman rumah mereka, tentu saja Hyun senang bukan main. Hyun berlari begitu semangat, namun bukan menendang bola melainkan membawa dengan kedua tangannya. Taehyung beberapa kali mencontohkan untuk menendang bola itu, namun Hyun tetap saja membawa dan melemparnya.

"kemari Hyun-ah." Taehyung memanggil Hyun, membuat anak itu berlari ke arahnya. Taehyung menyimpan bolanya di atas rumput.

"coba Hyun tendang," Hyun memekik tertawa lepas ketika bola yang ditendangnya menggelinding menjauhi dirinya. Taehyung ikut tersenyum dan mengajak Hyun ber-high five.

Suzy tersenyum kecil melihat keduanya dari kaca rumah mereka, perlahan senyumannya luntur menatap cincin pernikahannya dengan Taehyung. Suzy menghela napas kecil, sampai kapan Ia harus membebani Taehyung? Sudah tiga tahun Taehyung bersama perempuan itu. Dilihatnya kembali Taehyung dan Hyun. Ia bergumam kecil, "aku pastikan semuanya akan cepat berakhir Taehyung, maafkan aku." bukan Suzy tidak merasa bersalah, Ia teramat merasa bersalah. Karenanya Taehyung harus menikahinya dan ikut mengurus Hyun.
.
.
.
$$$
Hyun duduk di pangkuan Taehyung, anak itu sedang kurang sehat akibat bermain hujan-hujanan dengan Taehyung kemarin. Tidak seperti anak biasanya tubuh Hyun memang lemah, mungkin karena Hyun terlahir secara premature.

Taehyung mencoba membujuk Hyun untuk makan, namun anak itu tetap tidak mau. Jika sedang sakit seperti ini Hyun tidak mau jauh dari Ayahnya, membuat Taehyung harus meninggalkan rapat bulanan dan menyerahkan semuanya pada Park Chanyeol. Sekretaris lelaki itu.

"apa perlu kita membawanya ke dokter?" Suzy mengusap kening Hyun yang masih betah dalam gendongan Taehyung.

"kita lihat saja besok, jika panasnya belum turun kita bawa ke dokter." Taehyung mengangguk Ia mencium kening Hyun sayang.

"tidak pergi ke kantor?"

"aku tidak mungkin meninggalkan Hyun dalam keadaan sakit seperti ini." Suzy tersenyum kecil mendengar jawaban Taehyung.

"Terimakasih, Taehyung. Kau selalu ada untuk Hyun.." Suzy tersenyum tulus kemudian berlalu membereskan piring kotor bekas mereka sarapan.

Taehyung menatap Hyun sendu, anak itu kembali memejamkan matanya. Kenapa Suzy masih memberikan benteng besar diantara dirinya dan Hyun? Tidak seharusnya perempuan itu berterimakasih. Bagaimana pun Hyun Anaknya, tidak ada yang bisa memisahkannya dengan Hyun. Tidak ada.

"cepat sembuh Hyun-ah, appa menyayangimu." gumam Taehyung kembali mengecup Kim Dae-Hyun.
.
.
.
$$$
Hyun sudah mulai membaik, panasnya sudah turun. Hari ini Taehyung berangkat kerja, membuat Hyun menangis histeris karena ditinggal Ayahnya. Meski pun Taehyung tidak tega melihatnya, Ia tetap harus pergi. Pekerjaannya menumpuk setelah ditinggal dua hari.

"eomma kapan appa pulang?" sudah lebih dari lima kali anak itu menanyakan kepulangan Taehyung. Padahal sekarang baru jam dua siang, yang artinya butuh waktu tiga jam lagi untuk Taehyung pulang.

Suzy menarik hidung Hyun gemas, "Hyun merindukan appa?" anak itu mengangguk dengan mata berkaca.

"sini peluk eomma," Suzy merentangkan tangannya membuat Hyun merangkak memeluk Suzy.

"sebentar lagi appa pulang, Hyun jangan menangis eoh. Hyun ingin dibelikan apa? Robot? Pesawat?"

"Hyun ingin appa eomma.. Hyun ingin appa.. Hwa.." Hyun menangis, membuat Suzy harus  menenangkannya lebih ekstra.

Suzy memangku Hyun mengusap punggung Anaknya, berusaha menenangkan. Pikiran perempuan itu bercabang, bagaimana dengan Hyun jika Ia sudah pisah dengan Taehyung? Apa semuanya akan baik-baik saja? Suzy menghela napas kecil, ditatapnya Hyun yang masih menangis. Di usapnya kepala Hyun pelan, "maafkan eomma Dae Hyun-ah" Suzy bergumam dengan mata berkaca.

Secret & TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang