Taehyung menatap wajah pucat istrinya yang sejak semalam mengeluh tubuhnya sakit. Perempuan itu masih memeluk Taehyung, menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Keringat di pelipis Suzy dapat Taehyung lihat dengan jelas, bahkan Ia juga bisa merasakan suhu tubuh perempuan itu yang meningkat.
"lebih baik kau pulang saja, biar Hyun disini bersama bibi Cha." Suzy menggeleng kecil, melepaskan pelukannya dan merapikan kembali jas yang dipakai suaminya.
"tidak Tae, toh disini aku hanya duduk tidak melakukan apapun. Aku ingin menemani Hyun, berharap Hyun bisa cuci darah hari ini." Suzy tersenyum kecil, membuat Taehyung semakin merasa bersalah karena harus meninggalkan Suzy.
"pergilah, kau tidak mau Chanyeol oppa terus mengomelimu kan." Taehyung menghela napas berat, diusapnya rambut Suzy dan diciumnya kening istrinya itu.
"aku pergi dulu ya, kalau ada apa-apa telpon saja. Aku usahakan akan pulang sebelum malam." Suzy mengangguk paham.
Setelah kepergian Taehyung, Suzy merasa kepalanya benar-benar pusing bahkan Ia merasa perutnya seperti sedang dikocok, dengan terburu perempuan itu berlari ke kamar mandi ketika Ia merasakan mual yang begitu hebat.
Sepuluh menit Ia habiskan hanya untuk mengeluarkan semua isi perutnya, perempuan itu terkulai lemah dengan kepala yang semakin berdenyut.
.
.
.
Taehyung menatap Jimin yang terkekeh didepannya, lelaki itu benar-benar tidak tahu bahwa Jimin pemilik perusahaan TooR group. Jimin tidak mengatakan apa-apa kemarin."terimakasih Taehyung, karenamu ada alasan untuk aku kembali ke Korea. Aku kira kau akan menerima Allone grup untuk bekerja sama, ternyata aku salah. Dan kau lebih memilih perusahaan cabang yang belum seberapa ini." Taehyung hanya diam tak menanggapi ucapan Jimin, lelaki itu tersenyum kecil. Menertawakan dirinya sendiri, ternyata Ia yang mendatangkan masalahnya sendiri.
"jadi kau sudah merencanakan ini semua?"
Jimin mengangkat kedua alisnya, mengiyakan pertanyaan Taehyung. "sudah lama aku menantikan ini, sampai akhirnya aku terpikirkan untuk mengajakmu bekerja sama dengan Allone. Dengan begitu ada alasan untuk aku kembali, merek-orangtua Jimin-tidak akan melarangku, karena ini bagian dari perjalanan bisnis bukan?" Taehyung mendengus tak percaya, jadi keduanya perusahaan Jimin?
"jadi apa yang kau inginkan?"
"Suzy, aku ingin wanitaku." Jimin menjawab dengan cepat, menatap Taehyung seolah meremehkan. Membuat Taehyung tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya.
"tapi sayang, dia sudah menikah dengan temanku sendiri. Apa harus aku merebutnya?" tatapan Taehyung menajam, lelaki itu seolah bersiap untuk membunuh Jimin. Membuat Jimin tertawa lepas.
"calm dude, aku tidak mungkin merebut Suzy darimu. Meski pun sempat ada keingininan untuk itu, tapi aku tidak mungkin memisahkan kalian ketika tahu Suzy begitu mencintaimu." Jimin terkekeh dan menepuk pundak Taehyung mencoba menenagkan lelaki itu.
Jimin membenarkan letak duduknya,"kudengar kau menikahinya karena kecelakaan, kau menghamili Suzy?" Jimin bertanya seolah tak percaya, atau memang ada maksud lain. Taehyung menghela napas kasar, Ia benar-benar jengah dengan Jimin. Haruskah Ia menendang lelaki ini dari ruangannya?
"hmm apa kau yakin itu anakmu Taehyung? Mungkin saja itu anakku." tawa Jimin kembali terdengar memenuhi ruangan itu, membuat Taehyung tidak bisa menahan lagi kesabarannya, tanpa sungkan Taehyung menarik kerah baju Jimin. Menatap Jimin penuh amarah.
"apa maksudmu Park Jimin?!" Jimin terkekeh kecil. "jangan pura-pura bodoh Kim Taehyung. Kau tahu maksudku." Taehyung semakin mengeratkan cengkramannya pada kerah baju lelaki itu bahkan kepalan ditangannya sudah siap Ia layangkan pada wajah Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth
Fanfiction"ah iya, aku juga ingin menamai anakku Dae-Hyun. Bukankah bagus?" "Dae-Hyun? Kau ingin anakmu menjadi seorang politikus?" "tidak juga." . . . Taezy