Hari perlombaan itu akhirnya datang juga, di malam yang dingin terasa panas. Semuanya bersiap-siap ingin menyaksikan perlombaan.
Lisa dan pemuda yang tak di ketahui namanya itu saling melihatkan kilatan percaya diri bahwa diri mereka yang akan menjadi tenang.
Joy, rose dan yeri yang berada di antara penonton memberikan semangat kepada lisa dan jangan lupakan nancy, ia pun ikut menyemangati lisa.
Tanpa ada yang mengetahui pemuda itu tersenyum licik di balik helmnya.
Peluit dibunyikan pertanda perlombaan sudah di mulai. Sama pada perlombaan yang kemaren² tak ada seorang pun yang ingin mengalah, mereka melajukan motor dengan kecepatan di atas rata², rose yang baru pertama kali menonton balapan secara langsung menganga lebar melihat kedua motor itu menghilang secepat kilat.
Di dalam hati rose berdoa agar sahabatnya itu baik² saja, jujur ia sangat khawatir. Apalagi tadi sebelum pergi mereka membohongi jennie dengan alasan membuat tugas kelompok.
Di dalam rumah jennie mendadak gelisah, hatinya tak tenang entah apa yang akan terjadi dengan adiknya bahkan di telepon pun nggak aktif. Begitupun sahabatnya yang berangkat dengan lisa tak ada satu pun yang mengangkat teleponnya.
"Kenapa perasaan gue jadi nggak enak ya?"
"Apa sesuatu yang terjadi pada lisa."
"Tapi kan mereka baru pergi beberapa menit yang lalu."
Jennie berusaha mengalihkan pemikiran negatifnya dengan menonton Drakor kesukaannya berharap ia tak kepikiran lagi.
Finish sudah berada di depan mata dengan cepat lisa menambah kecepatannya tapi siapa sangka pemuda itu malah mendorong motornya sehingga menyebabkan lisa kehilangan keseimbangan.
Sebelum lisa menutup matanya ia melihat semua orang berlari ke arahnya.
Joy,rose dan yeri sudah bergelinang air mata tak percaya dengan kejadian yang menimpa sahabatnya.
***
Jennie berlari di koridor rumah sakit, matanya menangkap joy,rose dan yeri bersama perempuan yang tak di kenalinya duduk di depan ruang UGD.
Ia tak habis pikir mendapatkan berita adiknya mengalami kecelakaan bahkan ia pergi ke rumah sakit hanya dengan memakai baju tidur.
"Kenapa semuanya bisa terjadi bukannya kalian hanya pergi mengejarkan tugas kelompok." Jennie mengatakannya dengan menggebu-ngebu.
Joy melihat rose dan yeri masih sesegukan, ia mengumpulkan semua keberanian untuk menjawab pertanyaan jennie.
"Maaf sebenarnya tadi lisa ikut balapan." Joy tak berani menatap jennie ia lebih memilih menundukkan kepalanya.
"Ah ternyata gue sangat mudah di bohongi." Jennie tertawa miris, kalau ia tau tak mungkin lisa ia beri izin keluar.
"Eonniemaaf karna kami telah membohongimu." Lirih rose.
"Gue kecewa sama lo rose."
Jennie menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan lisa.
"Dok, bagaimana keadaan adik saya dia baik² saja kan? Tak ada sesuatu yang terjadi padanya kan dok."
"Pasien sudah melewati masa kritisnya, dan akan segera di pindahkan ke ruang inap."
Mereka semua menghela nafas lega bersyukur Karena lisa baik² saja.
Setelah lisa di pindahkan mereka memasuki ruangan lisa kecuali nancy yang tadi mendapatkan telepon.
"Gimana lo udah baikan kan lis." Tanya joy menyenggol tangan lisa yang di perban.
"Isssh, lo nggak ada rasa kasihannya sama gue eonnieudah tau ini sakit." Ujar lisa yang masih terdengar lemas.
"Jennie eonniekenapa diam saja, marah ya sama gue."
Jennie tetap memilih diam, ia hanya kecewa sama adiknya itu karena telah membohonginya.
"Maaf ya eon, gue janji deh nggak bakal bohongin eonnie." Lisa menyatukan kedua tangannya meminta maaf.
"Janji nggak bakal ikut balapan lagi." Lisa mengangguk dengan ragu.
"Lo yakin lis bisa."
"Beneran lo mau pensiun dari balapan."
"Gue mah seterah lo lis."
Lisa mengangguk mantap." Tapi eonnieharus selalu ada buat gue."
"Itu pasti."
Semua yang ada di ruangan itu tersenyum bahagia melihat kakak dan adik yang saling berpelukan.
Kebahagiaan mereka bertambah ketika nancy membawa kabar pemuda yang sengaja mencelakai lisa sudah di tangkap dan masuk penjara.
END
Maaf kalau endingnya nggak sesuai perkiraan kalian
Tapi kalian nggak usah khawatir karena aku punya cerita baru dan nggak kalah seru dengan cerita ini
