Kini…
Hari per hari terlewat begitu berat
Kian hari rasa merelakanmu bersamanya kian menguat
Harapanku bersamamu perlahan kandas
Sembari menghelai nafas panjang-panjang
Tak kuasa air matakupun ikut membasahi pipiku kala mengingatmu
Tiap sujudku menumpah ruahkan keluhanku padaNya
Berharap padaNya keteguhan hati tuk menjalani ini semuaDan hati, apa kabar?
Ah, dia sudah mencari kesibukan baru
Agar bayangmu tak lagi menghampiri
Supaya semua tentangmu menghilang
Dahulu, namamu tercantum dalam doaku
Keinginan bersamamu, impian terbesarku
Kini, bahkan bayangmu sudah kuusir dalam hidupku
Kehadiranmu adalah bencana, keinginan itu tlah sirna
Yang tersisa hanya goresan luka kecewaSepekan lagi hari menuju bertambahnya usiamu
Perlahan kuhitung mundur hari itu
Hari dimana semua perjuangan menemui akhirnya
Dan ketika tanya menemukan jawabannya
Waktu ketika rasa ini terungkap
Walau hanya melalui puisi yg kukirimkan diam-diam untukmuTerima kasih sudah mampir tuk membaca
Comment jika kalian pernah merasakan hal yang sama, mohon saran dan kritiknya
Satu jejak kalian sangat mengapresiasiku tuk trus berkarya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa nan Aksara
PoetryRasa dan aksara adalah dua bagian yg melekat dari mencinta. Rasa makin bertambah dan semakin lama rasaku meluap pada aksara yg memberi ruang tak terbatas...jadi apakah rasaku kan terbalaskan atau justru aku harus merelakan (lagi)?