BS 8 - Separate & Fainted

4.9K 795 391
                                    


Bab 8. Separate & Fainted


🍁🍁🍁
Untuk pertama kalinya.
Aku berharap masih ada kesempatan kedua.
'Tuk diizinkan kembali bertatap muka.
Tanpa ada penyesalan yang membersamai nantinya.
-Fatimah Kirey Ashalina-


Sekali lagi Fatimah menatap keseluruhan ruangan di sebelah kamarnya. Gadis berkhimar mocca itu mengembuskan napas pelan. Menyingkap tirai putih yang menutupi jendela. Binar sendu tercipta, dengan seutas senyum tipis yang terpatri di sana. Teringat hari di mana ia bertemu dengan Ibra, yang menjadi pertemuan pertama mereka setelah bertahun lamanya.

Apakah nanti masih ada pertemuan-pertemuan kita selanjutnya?

Fatimah kembali menghela napas. Menatap bunga-bunga miliknya yang sedang mekar. "Aku titip dia, ya. Kalian jadi mata-mata aja di sini. Sampaikan ke aku lewat angin kalau ada perempuan lain yang berkunjung ke sana. Pakai firasat, ya, apalagi kalau perempuan itu seperti suka sama Bang Ibra. Cepet-cepet kasih tau aku, oke?" Bisikan kecil itu membuatnya terkekeh geli sendiri. Fatimah menggeleng pelan sebelum kembali menutup tirai jendelanya.

"Baik-baik di sini, ya, semua. Sampai ketemu beberapa tahun lagi. Aku pulang untuk liburan hanya ke Jepang soalnya," ujarnya pada semua figura yang menampilkan desain indah milik Fatimah sendiri. Ruangan hijau itu kemudian ia tinggalkan, kembali ke kamar dan sekali lagi menatap ruangan kuning tersayangnya sendu. "Aku pasti kangen kasurku," gumamnya pelan.

Setelah itu Fa memilih menarik koper cokelatnya dan menuruni tangga. Tak membiarkan Bibi mengangkat kopernya yang berat. Fatimah bisa melakukannya sendiri. Lanjut berpamitan pada Bibi dan juga satpam. Lalu berangkat menuju bandara bersama Almira dan Zama.

"Nggak ada yang ketinggalan, kan? Barang-barang pentingnya udah siap semua?" Pertanyaan seperti ini tentu saja berasal dari Almira. Semua ibu selalu seperti Mami-nya, kan? Mengabsen semua hal, memastikan agar tak ada yang tertinggal.

Fa tersenyum dan menggeleng. "Insya Allah sudah semua, Mi," jawabnya.

"Alhamdulillah kalau gitu," ucap Almira lalu kembali mengecek ponselnya.

Wanita cantik itu terlihat sedikit sibuk sebab akan absen dari butiknya untuk lima hari ke depan. Almira dan Zama sepakat mengambil cuti untuk mengantar Fatimah ke sana.

"Beneran nggak apa-apa ditinggal, Mi? Nggak lagi sibuk memangnya?" tanya Fatimah lagi.

Almira meliriknya sekilas. "Enggak. Mami udah minta Laura untuk handle. It's okay, Sayang," jawabnya.

"Papi juga nggak sibuk?" Gadis itu beralih pada Zama yang sedang berbincang dengan Pak Sopir.

Zama menatapnya sambil tersenyum. "Kalau Papi sibuk, Papi nggak akan di sini, Fa," ujarnya membuat Fatimah menyengir.

Gadis itu tak bertanya lagi. Membiarkan Papi melanjutkan obrolan bersama sopir mereka dan Mami yang sepertinya sedang mengecek e-mail. Fatimah juga ikut membuka ponselnya dan melihat sebuah pesan baru dari Khadijah.

Khadijah Azmya A
Assalamu'alaikum, Fa.
Aku udah dijalan, nih. Kalian udah berangkat?

Fatimah segera membalas pesan Khadijah. Mengatakan jika mereka juga sudah berangkat menuju bandara. Gadis itu mencoba untuk meluaskan hati agar tak merasa berat berpisah dari sahabatnya.

Fatimah mungkin terbiasa terpisah jarak dengan Mami dan Papi. Keduanya sibuk dan ia memaklumi. Tetapi selama ini, Khadijah selalu menemani. Tak membiarkan Fatimah seorang diri. Jika Papi di Jepang dan Mami harus ke luar kota, Khadijah pasti akan menginap di rumahnya. Saat di Bandung, jika hari Sabtu dan Ahad, mereka berdua akan bergantian menginap. Setengah hidupnya ia habiskan bersama Khadijah. Menuntut ilmu bersama, saling berdiskusi dan bercerita tentang apa pun. Bahkan Khadijah satu-satunya orang yang mengetahui cinta dalam diamnya. Atau tidak? Peachia juga tahu tentang ini. Tetapi pada Cia, Fatimah tidak pernah mengiyakan dan mencurahkan perasaannya. Hanya Khadijah yang ia percaya untuk mendengarkan kisah cintanya.

Bidadari Surga ✔️ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang