『 Sieben 』

275 44 10
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Awan putih berenang-renang di langit biru. Pagi ini terasa sangat sejuk. Udara juga terasa segar.

Remaja lelaki itu berjalan dengan seikat bunga mawar putih di tangannya. Melewati beberapa gundukan tanah yang diselimuti rumput hijau.

Dia terus berjalan hingga tiba di tujuan. Sebuah batu nisan dengan tulisan nama abang kesayangannya.

Biasa dia memanggilnya gege. Atau sebutan kakak laki-laki dalam bahasa mandarin. Yah... Itu karena dulu mereka terlalu terobsesi dengan bahasa mandarin.

Namanya adalah Valren Juana.

Merupakan kembaran Renjun dan anak pertama dari keluarga Juana. Dia dan Renjun hanya beda 4 menit. Nama panggilannya Renren.

Dia wafat beberapa tahun yang lalu. Semuanya tahu jika dia dibunuh. Namun pelakunya tidak pernah diketahui. Satu-satunya saksi adalah Renjun. Tapi dia tidak ingat sama sekali kejadian itu.

Maka keluarganya memutuskan untuk merelakan Renren. Tapi kedua orangtuanya malah menyalahkan Renjun dan mengusir anak itu pergi dari rumah.

Alhasil Renjun tinggal di apartemen sampai sekarang. Meskipun begitu mama tetap mengirimi Renjun uang walau sedikit. Sisanya Renjun harus melakukan apapun sendirian. Bahkan jika uangnya kurang.

Chenle yang tidak tahu apa-apa menjadi salah paham pada Renjun. Dia hanya kesepian dan tidak ingin ditinggal. Tapi Renjun malah pergi. Bahkan Chenle tidak tahu jika kedua orangtuanyalah yang menyuruh abangnya itu pergi.

"Ge... Chenle datang," dia berjongkok dan meletakkan bunga tadi di dekat batu nisan itu.

"Sebelumnya... Aku harap gege gak marah kalau aku gak datang ke sekolah hari ini." Chenle terkekeh pelan.

"Aku mau cerita sama gege. Ini tentang.... Renjun ge." raut wajah anak itu menjadi sedih.

"Kemarin aku jumpa Renjun ge. Aku lari dari dia. Padahal aku rindu. Tapi aku juga kesal. Entahlah...."

"Ge... Apa aku salah? Tolong jawab ge..." Chenle terisak.

"Aku harap gege masih disini. Aku rindu sama kalian semua. Kalian jahat ninggalin aku sendirian..."

"Mana janji kalian? Mana? Katanya mau lindungi aku terus. Katanya gak bakal ninggalin aku..."

Chenle terduduk diatas tanah. Dia melipat kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana. Kebiasaannya kalau menangis.

"Kalian tega... Aku masih sayang sama kalian tapi kalian ninggalin aku."

"Dan aku bodoh kenapa menjauh dari Renjun ge kemarin..."

"Aku rindu kita yang dulu..."

-

"Ini Chenle kenapa nangis?" tanya Renjun kecil sembari memegang apel utuh pemberian mama.

[√] VielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang