4|Tetangga Baru

25 3 0
                                    

Kuharap semua ini bukan sekedar harapan
Dan juga harapan ini bukan sekedar khayalan
Biarkan 'ku menjaganya sampai berkerut
Dan putih rambutnya jadi saksi cintaku padanya

Tak main-main hatiku
Apapun rintangannya kuingin bersama dia

Kumau dia, tak mau yang lain
Hanya dia yang s'lalu ada kala susah dan senangku

Kumau dia, walau banyak perbedaan Kuingin dia bahagia hanyalah denganku

Aku mau dia, tak mau yang lain Hanya dia yang s'lalu ada kala susah dan senangku

Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan ku memaksa, oh, Tuhan Tapi kucinta dia (Kucinta dirinya) Kumau dia (Kumau dirinya) Hanyalah dia, Tuhan Kucinta dia
🎵-Kumau dia-🎶


by: Admesh kemaleng🎤
------------------------------------------------------


"Pak ngangkatnya hati-hati dong nanti rusak"

Arkan mengernyit dahi, tak biasanya seberisik ini, lagi pula ini masih pagi kan? Bahkan matahari pun belum mau menampakkan diri. Cowok itu mengambil bantal di sisi kanan. Menggunakannya sebagai penutup telinga.

"Duh pak naruhnya jangan dibanting, nanti rusak"

"Iya, nduk ini udah pelan kok"

Sepertinya usahanya sia-sia. Dia tetap tidak bisa melanjutkan tidurnya. Dia merubah posisinya menjadi duduk.

Akhirnya, dengan kesal dia melempar bantal sembarangan dan menyibak selimut yang ia kenakan. Cowok itu bangkit berjalan menuju pintu balkon. Tangannya menyibak korden berwarna coklat. lalu menggeser pintu, untuk sesaat dia memejamkan mata. Menikmati hembusan angin pagi dengan ditemani sensasi terbitnya sang surya berwarna jingga yang mulai terbit di arah timur.

Dengan kesadaran yang setengah terkumpul, cowok itu berdiri meletakkan tangannya di atas pembatas balkon yang terbuat dari besi.

Dari atas sini dia bisa menyaksikan seberapa sibuknya orang yang sedang mengeluarkan barang dari dalam truk besar yang terpakir di depan sebuah rumah yang berseberang langsung dari tempat tinggalnya. Cowok itu mengedarkan pandangannya. Hingga matanya menangkap sosok familiar yang tengah berdecak sendiri seraya berusaha memberi komando para pekerjanya.

"Nanti rusak, nanti rusak lo lagi niru Uncle Atong" komentarnya.

Seolah tersadar dia mengernyit dan memicingkan matanya
"Nggak mungkin, Gue pasti lagi ngehalu! Stop it Arkan!"

Arkan membalikkan badan, hendak masuk kembali. Hingga suara seseorang yang menyapa menghentikan langkahnya. Dia berbalik menuju pagar pembatas balkon.

"Selamat pagi calon pacar! Inget gue nggak? Gue Sisil mulai sekarang kita te---"

Tapi apa yang terjadi, bukan sebuah sapaan balik yang ia terima, Arkan malah memberinya tatapan tajam dan memutar tubuh. Masuk ke dalam kamar.

"Lah? Serem amat calon imam gue." ucapnya. Tapi setelah itu sebuah senyuman hadir di bibirnya.

"Btw, Arkan jadi tambah ganteng mana sexy pula. Jadi gerah gue"

*******

Langkah kakinya terdengar ketika dia menuruni anak tangga. Mata Arkan memicing menatap rumah yang terlihat sepi. Dimana mamanya?

ArkaSil (REVISI ULANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang