10|Cinta dan Benci

18 3 0
                                    

Aku tak bisa luluhkan hatimu
Dan aku tak bisa menyentuh cintamu
Seiring jejak kakiku bergetar
Aku tlah terpaku oleh cintamu Menelusup hariku dengan harapan
Namun kau masih terdiam membisu

Sepenuhnya aku ingin memelukmu
Mendekap penuh harapan tuk mencintaimu Setulusnya aku akan terus menunggu

Menanti sebuah jawaban tuk memilikimu
Betapa pilunya rindu menusuk jiwaku
Semoga kau tau isi hatiku
Dan seiring waktu yang terus berputar

Aku masih terhanyut dalam mimpiku Sepenuhnya aku ingin memelukmu
Mendekap penuh harapan tuk mencintaimu
Setulusnya aku akan terus menunggu

Menanti sebuah jawaban tuk memilikimu
Sepenuhnya aku ingin memelukmu
Mendekap penuh harapan tuk mencintaimu
Setulusnya aku akan terus menunggu
Menanti sebuah jawaban tuk memilikimu

🎵-Menanti sebuah jawaban-🎶
by : Padi🎤
-

-----------------------------------------------------
Kodein aja dulu, urusan peka itu bonus📌

Arkan duduk di halte dekat sekolah. Bus yang biasanya sudah datang hari ini telat. Ia merogoh benda pipih di hpnya. Berniat memesan ojek online. Namun tidak ada satupun menerima pesanannya."Percuma. ojek online lagi pada demo." Arkan menoleh dan menemukan Sisil berdiri di sebelahnya.

"Oh."

"Jalan aja yuk. Kan lumayan jalan sama pacar gimana?"

"Bukan pacar"

"Udah kok."

Arkan mengulurkan tangan untuk memberhentikan bus selanjutnya yang ditunggu akhirnya datang.

"Yok yok yok naik naik."

Hamburan penumpang yang dari tadi menunggu langsung berdesak-desakan menaiki pintu kecil bus. Kalau tidak ya siap-siap jatuh. Entahlah, padahal mereka bisa saja mengantre. Tapi mereka malah memilih berdesak-desakan.

Arkan duduk di kursi paling belakang yang diikuti Sisil di belakangnya. Untuk mengusir kejengkelan cowok berkacamata itu memasang kembali headphonenya.

Merendam suara di telinga dan memilih lagu yang menjadi favoritnya beberapa hari ini. Mengabaikan seorang gadis yang sedari tadi berusaha mengajaknya berbicara.

"Gue gak denger, gak denger" cemoh Arkan pada Sisil. Saat ingin memejamkan mata, ada hal yang menarik perhatiannya. Wanita berumur sekitar kepala tiga itu tengah berdiri dengan perut membuncit.

Tangan wanita itu ingin menepuk cowok berpakaian kerja yang sepertinya terlihat masih muda. Berniat untuk meminta duduk.

"Duduk disini aja. Biar saya yang berdiri," Arkan hendak berkata seperti itu tapi didahului oleh Sisil yang sepertinya juga ikut memperhatikan wanita tersebut.

"Makasih ya nak. Dari tadi saya cari duduk tapi penuh semua."

Sisil mengangguk tersenyum. Jika terlihat Sisil memperhatikan wanita itu lekat-lekat. Pikirannya berkelana membayangkan posisi wanita itu adalah ibunya. Oleh karena itu ia tidak tega melihat wanita yang sedang mengandung itu kesusahan.

Sisil sedang berdiri. Tubuhnya terhimpit oleh lautan manusia, dia berada di antara beberapa laki-laki dan tidak kebagian memegang hand steap. Sisil berusaha menjaga keseimbangan dengan berdiri tegak kaki menapak. Bus mulai berjalan. Sisil melirik Arkan, cowok itu terlihat santai. Tak terganggu sama sekali. Bus terguncang membuat tubuh Sisil kehilangan keseimbangan, dia nyaris terjatuh ke kiri namun sebuah tangan kekar menahan pinggang rampingnya. Itu Arkan.

ArkaSil (REVISI ULANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang