12 – ALUNAN PIANO
Kamu benar, memikirkan masa lalu dan dibayang-bayangi masa itu hanya akan membuat sakit hati.
Dan aku hanya butuh waktu, untuk kembali bahagia.▫️▫️▫️
HARI INI semua kelas tampak santai. Tidak ada proses KBM berlangsung. Seperti biasa, hari Jumat adalah hari ekstrakulikuler di DES. Semua murid mengikuti ekskul mereka masing-masing. Berbeda dari hari Jumat sebelumnya, Jumat ini akan diadakan audisi di setiap ekskul, untuk memilih siapa saja yang akan tampil pada acara pumbukaan festival DES nanti.
Levi saat ini sudah berada di ruang ekskul musik. Khusus hari ini ekskul musik dan vokal digabung. Tujuannya untuk memilih anggota yang akan tampil mewakili pembukaan festival. Kedua ekskul ini akan berkolaborasi. Berhubung Levi merangkap ekskul, jadi gadis itu akan di tes di keduanya—bermain musik dan bernyanyi. Jumlah anggota ekskul musik dan vokal cukup banyak. Kurang lebih ada sekitar empat puluhan siswa di setiap ekskul musik dan vokal. Karena Levi merupakan anggota baru, maka gadis itu akan menjadi siswi terakhir yang akan di tes. Cukup menyebalkan, ia jadi harus menunggu lama untuk dipanggil.
Saat ini Levi hanya duduk diam di pojokan. Yeah, namanya juga anak baru, pasti hal ini wajar terjadi. Belum ada yang berniat mengajaknya berkenalan, semua anggota terlihat sibuk mempersiapkan diri. Levi pun tidak ada niatan untuk mengajak mereka kenalan lebih dulu.
Ruangan yang mereka gunakan terbilang besar. Terdapat bangku yang menyerupai tribunt. Di depan sana sudah berjejer beberapa alat musik yang sengaja dipilih oleh para coach yang melatih ekskul musik dan vokal. Terdapat piano, biola, gitar dan angklung. Tidak heran ada alat musik tradisional, karena tema festival yang diangkat DES tahun ini berhubungan dengan nusantara. Dan sepertinya ekskul musik akan bermain alat musik itu.
Levi sendiri sudah berencana memilih piano untuk ditampilkan, tapi ia masih bingung akan membawakan lagu apa sambil memainkan alat musik itu. Ia sama sekali belum latihan untuk audisi hari ini.
BRAK!
Tiba-tiba terdengar suara pintu masuk dibuka begitu kuat, sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.
“Maaf, Coach, saya terlambat!” Orang yang baru saja membuka pintu dengan kuat tadi bernapas dengan tersengal-sengal.
Dari atas tribunt, Levi melihat siapa orang yang baru saja terlambat itu. Matanya mengejam selama beberapa detik, dan tidak lama ia tersenyum, mengenali siapa siswi yang baru datang terlambat ini. “Miu? Jadi dia masuk ekskul ini juga?” gumam Levi.
“Kamu selalu terlambat. Yaudah, silahkan masuk. Hilangkan kebiasaan terlambat kamu itu!” tegur Coach Laura—pelatih ekskul musik.
Miu mengangguk sambil menggaruk tengkuk lehernya. “Iya, Coach, sekali lagi maaf, ya? Saya berjanji tidak akan terlambat lagi!”
Coach Laura menghela napas malas. “Itu udah janji kamu yang kesekian kali, Meliyou. Jangan gampang berjanji kalau tidak bisa menepati,” sindir Coach Laura.
Sepertinya Miu memang sering terlambat. Sampai Coach Laura hapal berapa kali gadis itu terlambat.
“Hehe, kali ini saya benar-benar janji. Coach tenang aja!” ucap Miu sambil nyengir.
Coach Laura memutar bola mata malas. “Duduk sana!”
Miu terkesiap mendengar nada tegas Coach Laura. Miu berjalan cepat ke tempat duduk sebelum wanita berusia dua puluh lima tahun itu memarahinya lagi. Dari bawah Miu melihat di bangku pojok kanan atas ada Levi yang melambai-lambaikan tangan kepadanya. Agak kaget melihat Levi ada di ruangan ini, Miu segera berjalan ke arah Levi.
![](https://img.wattpad.com/cover/219604903-288-k167262.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D E T A K
Genç KurguHidup bercukupan dan mendapatkan kasih sayang penuh dari orangtuanya, tak lantas membuat Shanata Levi Azzura bahagia menjalani kehidupan sebagai anak normal. Menderita penyakit jantung di saat usianya yang baru menginjak enam tahun, membuat Levi tid...