Suatu pagi yang cerah, aku tersenyum cerah sambil menginjakkan kakiku kedalam PT. Qianyue; gedung kantor tempat aku bekerja.
"Selamat pagi nona Ivey." sapa petugas security saat membukakan pintu untukku.
"Pagi pak!" balasku sembari tersenyum.
Security memandangku sambil tersenyum dan menggelengkan kepala.
Hari ini adalah hari yang sangat berbahagia.
Tau ga kenapa?
Hari ini adalah anniversary kita yang ke-3, maksudku anniversary aku dan Kun. Kami berpacaran sudah 3 tahun. Kun sangat menyayangi aku, dan dia selalu memberikan yang terbaik untukku.
Idaman banget kan, punya pacar yang selalu tau apa yang kamu suka?
Jangan iri padaku, nanti kalian juga bakal dapetin kog~
...
Aku berjalan ke ruangan kerjaku. Disana sudah ada rekan kerjaku yang super tamfan, mister Lee Jeno.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeno adalah asisten terpercayanya boss besar, dan juga merupakan sahabat baikku.
Jeno dan aku sudah berteman sejak duduk di bangku kuliah. Kami berdua sering satu kelompok dalam tugas, juga sering satu kelompok saat outing. Pokoknya apapun kegiatannya, kami berdua selalu saja satu kelompok. Sampai-sampai kerja pun, kita satu ruangan. Ntah memang itu takdir, ataukah hanya kebetulan.
...
"Bahagia amat lo mukanya.." tutur Jeno sambil sibuk mengetik.
"Hehehe bahagia donk.. Hari ini very very good day.." balasku sambil nyengir.
"Oh."
Tak lama..
"Je, lo tau ga kacamata gue dimana?" tanyaku sambil mengobrak-abrik laciku.
"Di container biru, kotak kecil warna biru laut, trus ada corak bunga." balasnya tanpa menoleh kearahku.
Sambil mengernyitkan dahi, aku pun mencari di tempat yang Jeno sebutkan barusan, dan KETEMU!!
Lee Jeno, daebak!
"Hehehe, makasih ya. Lo emang paling bisa diandalkan deh.." kataku sambil mengacungkan dua ibu jari.
"Ya, Han Ivey! Lain kali kalo naroh barang itu ya, dikasih memo gitu, biar ga lupa. Kasian gue kalo lo lupa-lupa terus, bisa-bisa ntar lo lupa lagi papa mama lo siapa." tutur Jeno.
"Cihh.." aku melempar gumpalan kertas kearahnya, "gosah nyumpahin gue, cumi!"
Yang dilempar hanya terkekeh.
Sesaat kemudian, kami berdua mendengarkan langkah kaki dari luar ruangan, kami pun segera kembali ke meja masing-masing.
