PROLOG

7.9K 304 4
                                    

Namaku Adora Kusuma Wirasena.

Umurku sekarang 25 tahun. Kata Bunda sejak lahir hobiku makan, makan, dan makan. Mengakibatkan tubuhku padat berisi--karena ini panggilanku menjadi Dora the Explorer plus didukung dengan rambut pendek sebahu. Setiap panggilan itu ditujukan padaku efeknya bikin aku kepengen makan orang. Kenapa sih Bunda menamaiku Adora? Bikin malu kalau tiap yang nanya namaku pasti ingatnya si Dora Dora yang banyak tanya.

Puncak kebencianku pada nama yang seharusnya menjadi doa adalah saat umurku 16 tahun kelas X di SMA Tirtadjaja Bandung. Kalian pasti tahu bagaimana darah muda buat anak seusiaku sangat menggebu waktu itu.

Awal cerita, aku menyukai salah satu kakak kelas di SMA ku yang ganteng banget. Kepala sekolah aja kalah ganteng sama dia. Nilai Plus dia itu punya lesung pipi dikiri pipinya, manis gula mah lewat pas dia lagi ketawa. Kalau kata anak jaman sekarang sih fucekboy. Tapi itu yang menjadi pesonanya. Dibalik pesonanya itu dia tidak lebih dari seorang pengecut yang membuatku membenci pada diriku sendiri. Rasa sakit yang aku rasakan saat itu masih bisa kurasakan hingga saat ini.

9 tahun sudah berlalu. Dongeng tentang cinta monyet yang suram itu sedang dalam proses menuju delete history. Palingan teringat kembali diwaktu temenku Eca vidcall cuma buat ghibahin dia yang gonta ganti cewek mulu tiap hari katanya.

Sekarang ini aku dalam perjalanan menuju Indonesia tanah kelahiranku. Karena 7 tahun belakangan aku tinggal di Australia tepatnya di kota Sydney demi pendidikan dan karir. Mengapa aku kembali? Pertama aku sudah terlalu lama di Sydney dan kedua aku harus pulang karna Oma tiap hari memintaku pulang--katanya kalau aku nekat enggak pulang sekarang--aku akan dibuang beneran ke Sydney. Gila aja kan Oma setega itu sama aku. Lebih baik aku main aman dan aku harus memikirkan kelanjutan karirku di Indonesia.

Indonesiaa... i'm coming....!

Cukup ga perkenalannya dulu?

hm

"Mas Habi, I LOVE YOU!!" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang