3. Killer?

18.1K 1.1K 70
                                    

Jum'at, 10 April 2020
Happy Reading

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Cyla pov

Ini hari sabtu. Kita maba disuruh berangkat ke kampus walaupun ga ada bimbingan. Katanya sih lihat lihat sistem mengajarnya. Tapi gapapa. Daripada aku mati bosan di apart.

Jarak apart sama kampus sekitar 15 menit jalan kaki. Sejak aku di Singapura aku lebih suka jalan sih kalo kemana mana. Sambil menyelam minum air. Sambil jalan ke tujuan menikmati ciptaan tuhan. Lagian di sini juga mereka pada suka jalan. Gak kaya di Indonesia.

Nah sudah sampe. Gak kerasa kan? Ya iya lah gak kerasa. Orang di jalan ngelihatnya bule bule pada jogging.

"Casylaa... disini..."

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Elena. Sahabat baruku waktu kemarin OSPEK. Kita memang sudah janjian buat keliling bareng. Aku langsung berjalan ke arahnya.

"Udah nunggu dari tadi?"

"5 menit lah."

Eits. Jangan lupakan orang orang disini tuh pada on time. Janjinya jam 07.00 jam 06.55 udah di tempat. Kalo orang Indonesia mah janjinya jam 07.00 jam 06.50 baru bangun. True?

Terus kalo disini misal janjian dateng telat tuh pada minta maaf, terus nanti kita di traktir sebagai ucapan maaf. Di Indonesia? BIG NO.

"Masuk yuk. Aku pengen lihat lihat kelas yang masih bimbingan."

Tanganku di gandeng sama Elena. Aku mengikutinya dengan senang hati. Sambil bayangin kalo yang gandeng akutuh Rafael Miller. Halu banget ya? Yaudah deh.. Ray atau Allaeric juga gapapa. Ato bule bule tadi yang aku temuin di jalan juga it's okay.

"CASYLA CABELLA!!!!"

Aku terbuyar dari lamunanku karena teriakan Elena yang memanggil namaku. Aku lihat sekelilingku, mereka pada ngelihatin aku. Tuh kan gara gara Elena teriak namaku, aku jadi artis dadakan.

"Jangan keras keras. Tuh dilihatin mereka."

Elena hanya menyengir sambil minta maaf.

"Habisnya dari tadi aku panggil gak nyaut. Ngelamunin apa sih?"

Gak. Gamungkin aku jawab jujur kan kalo aku ngelamunin di gandeng cogan. Bisa bisa diketawain aku gara gara kelihatan norak.

"Gak papa. Cuma gugup aja."

Elena mempercayai kebohonganku. Bohong demi kebaikan gak papa lah.

"Elena.... Casylaaaa..."

Kami melihat ke kanan dan menemukan teman teman seperjuangan OSPEK kemarin. Kami langsung menghampiri mereka.

"Kamu udah keliling mana aja?"
Tanya salah satu dari mereka yang namanya Emily.

"Baru aja kok. Belum kemana mana."

"Oh. Tadi aku kan ketemu sama kakak kelas disini nih. Terus aku tanya tanya tentang pembimbingnya. Terus katanya ada satu dosen yang ditakutin."

Aku mendengarkan omongan Dilla. Kalian masih ingat Dilla? Teman SMP ku. Saat SMA dia sudah pindah ke Singapura. Dan sekarang kita satu kampus.

"Di takutin gimana dulu nih. Wajahnya serem ato-"

"Irit ngomong, judes,kalo ngumpulin tugas harus on time telat dikit langsung dibuang, telat masuk kelas 1 detik langsung gaboleh ikut bimbingannya selama 1 minggu, dah lah mati aja."

Aku merinding mendengar penuturan Dilla. Memang ini nih masalahnya kuliah di luar negeri. Disiplin. Gak ada tawar menawar.

"Yaudah yuk lanjutin keliling bareng." Ajak Emily.

My Crazy Student [End] [PRE-ORDER NOW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang