5. Keputusan

5 0 0
                                    

Dengan keputusan dan tekad yang bulat akhirnya aku memutuskan mengurus kepindahanku kuliah. 

Saat itu aku benar-benar yakin dengan keputusan yang kuambil, aku tak pernah merasakan seyakin saat itu. Walaupun orang-orang terdekat ku tak sepenuhnya mendukung keputusanku, tapi aku merasa hidupku adalah sepenuhnya milikku.

Aku akan memulainya kembali, dengan lebih fokus dan menempatkan tujuan akhir ku. Walaupun aku tau tak akan mudah, karena pekerjaanku tidak menerima kondisi dimana seseorang bekerja sambil kuliah, tapi aku tetap melakukannya. 

Bisa dibilang saat itu pekerjaanku lebih baik dan lebih stabil secara finansial dari sebelum-sebelumnya. Makanya aku berani mengambil keputusan saat itu.

Aku pun kembali memulai hidup sendiri, aku hanya tak ingin lebih membebani saudaraku, aku sungguh-sungguh berterima kasih atas apa yang sudah aku dapat sejauh ini. Jika semakin lama disana, aku hanya semakin takut kalau apa yang kulakukan menyakiti perasaan-perasaan mereka, termasuk hal-hal yang kulakukan sesuai keinginanku sendiri.

Masih ku ingat jelas, awal kepergianku ke jakarta adalah karena adikku. Saat itu dia baru saja lulus SMA dan kita mendapat tawaran pekerjaan ditempat yang sama. Alasan yang membuatku akhirnya pergi walaupun berat memang karena ingin lari dari kepahitan-kepahitan hidup yang kualami. Tapi justru alasan yang sebenarnya terlintas pertama kali di pikiran ku  adalah aku tak ingin adikku merasakan hal-hal saat aku pertama kali merasakan kehidupan yang jauh dari orang tua. Selain itu memang karena aku berada di puncak posisi yang benar-benar sudah lelah dengan kehidupan ku.

Tapi Tuhan berkehendak lain, yang diterima di pekerjaan itu hanyalah aku. Disitu aku kembali merasa bersalah. Harapan ku adalah kita sama-sama diterima bekerja disana. Aku sempat ragu untuk tidak pergi, tetapi aku takut lebih merasa bersalah kepada semuanya jika aku tidak pergi. 

Kembali memulai hidup sendiri bukanlah hal yang sulit karena aku pernah menjalaninya. Setidaknya aku bisa belajar menata hidup dari kesulitan-kesulitan yang aku rasa sebelumnya. Dan aku bisa memilah mana yang sebaiknya aku lakukan dan mana yang tidak. 

Ya...,Pengalaman memang adalah guru yang terbaik. 

Dan saat itu aku juga membebaskan adikku untuk mengambil keputusanya sendiri. Pemikiran-pemikiran yang selalu kutakutkan tentangnya hilang karena sifatnya jauh berbeda denganku.

Dari pengalaman itu, aku jadi belajar bahwa pemikiran-pemikiran kita belum tentu sama seperti kenyataan sebenarnya. Apa yang kita takutkan terkadang hanyalah ada dipikiran-pikiran kita sendiri saja. Terlebih sifat kita berdua jauh berbeda.

Aku akan memulai kehidupanku lagi, dengan pekerjaan rutinitas yang sebenarnya tak terlalu aku suka. Tapi aku tipe orang yang bertahan karena keadaan. Jadi aku bisa mengatasinya selama itu menguntungkan bagiku. Dan aku akan menggunakanya untuk menyelesaikan mimpi-mimpi kecilku.

Apakah dengan keputusan-keputusan yang kuambil saat itu bisa dibilang aku mulai dewasa?

Rasanya sedikit lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Mungkin karena keputusan-keputusan yang kuambil benar-benar keinginanku.








Hope of HappinessWhere stories live. Discover now