Sore itu, hari terakhirku bekerja. Tak ada perpisahan dan tak ada hal-hal yang spesial. Bahkan hari terakhir pun seperti hari-hari sebelumnya.
Akhirnya aku memutuskan resign dari pekerjaan yang selama ini menyelamatkanku. Keputusanku bukanlah keputusan yang tergesa-gesa, bahkan sudah kupikirkan matang2 setahun terakhir.
Alasanku cukup sederhana, aku ingin memberi waktu tubuhku untuk sedikit beristirahat, setelah 4 tahun bekerja cukup keras.
Dan ada hal-hal yang ingin kulakukan dengan santai , seperti menikmati waktu meetime pada hari weekend, merasakan pekerjaan di kantor yang sabtu minggu libur. Merasakan bekerja sesuai bidang yang aku ambil, selama aku masih punya waktu dan kesempatan.
Tapi aku benar-benar bahagia melepaskan pekerjaan yang selama 4 tahun sudah menyelamatkanku. Bahkan banyak yang menyayangkan aku resign, tapi aku sudah memutuskan.
Akhirnya aku menganggur., rasanya senang sekali.
Masa-masa menganggurku kuhabiskan untuk pulang kekampung halamanku, bahkan aku melakukan sedikit perjalanan liburan ke jogja untuk mengobati rindu, dan ke semarang mengunjungi saudaraku.
Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain, baru sebulan kunikmati sebagi seorang pengangguran tapi aku mendapat panggilan interview.
Karena aku tipe orang yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, akupun memutuskan kembali ke jakarta.
Jujur, saat itu sempat kepikiran untuk menganggur dalam waktu lama, dan tinggal di kampung halaman lebih lama, ternyata aku tak sebetah itu.
Aku pun kembali ke jakarta dengan semangat baru, dan juga harapan baru. Bahkan setelah apa yg kucapai sampai saat itu aku merasa menjadi seseorang yang lebih positif.
Banyak hal memang yang ada dipikiranku, tapi aku tak merasakan stress yang menumpuk seperti sebelum-sebelumnya.
Aku mulai merasakan kebahagiaanku sendiri.
Aku mulai benar-benar mencintai diriku sendiri apa adanya dan apapun kondisiku.
Dengan semangat baru aku yakin apa yang akan kuhadapi nanti aku akan lebih kuat dari sebelumnya.
Dari beberapa interview yang kujalani, aku beberapa kali gagal. Tapi aku tak pernah merasa kecewa, aku sudah mengatakan kepada diriku sendiri untuk hidup dengan santai tanpa beban.
Sampai akhirnya aku diterima di sebuah perusahaan, dan kehidupanku dimulai kembali. Untuk gaji memang tak jauh beda. Aku pun tak peduli, aku mendapatkan waktu libur yang kuinginkan.
Sebenarnya permasalahanku sekarang hanya tinggal jarak perjalanan yang jauh saja, tapi aku juga tak punya keinginan untuk pindah dr tempatku tinggal sekarang. Maka kujadikan itu sebagai konsekuensiku.
YOU ARE READING
Hope of Happiness
General FictionKetika hidup tidak seperti yg kita harapkan, dan yang bisa kita lakukan hanya berharap di kehidupan-kehidupan selanjutnya akan selalu baik-baik saja.