•Part 4 × Teka-Teki•

1.4K 134 0
                                    

Apa yang kau rasakan bila menjumpai seseorang yang sifatnya sangat-sangat tidak bisa ditebak?

Bagaimana rasanya ketika kau terjebak dengan dua orang yang sifatnya sangat bertolak belakang?

Itulah yang Alice rasakan.

Alice sendiri bingung dengan yang ia alami sekarang. Di satu sisi, Alice sangat bersyukur bisa berada dalam sebuah kehidupan baru yang membuatnya jauh lebih merasa tenang dan nyaman. Tapi, disisi lain, Alice masih belum bisa menalar semua kejadian ini.

Alice menjulurkan tangan kirinya, memperlihatkan bekas luka yang melintang di pergelangan tangannya.

Alice masih ingat ketika dengan nekatnya ia menggores pecahan beling melintasi pergelangan tangannya. Membiarkan cairan merah itu menerobos keluar seperti air yang mengalir.

Bahkan hanya membayangkannya pun sudah membuat Alice merasa ngilu.

Lalu, bagaimana Alice tiba-tiba berada disini? Kalau saja setelah kejadian itu, ia terbangun di alam lain, mungkin ia akan bisa langsung memahami tanpa harus berfikir kritis seperti saat ini.

Alice menunduk dalam, memperhatikan sepasang kakinya yang bebas berayuh tanpa harus menapak diatas tanah yang entah berantah ini. Kedua tangannya memegang erat tali ayunan yang sedang ia duduki. Ayunan itu bergerak lambat, seolah menggambarkan perasaan orang yang menaikinya.

"Sedang apa kau disini?"

Alice yang mulanya sedang melamun langsung terkejut ketika ada seorang yang tiba-tiba bersuara. Akibatnya, tubuh Alice hampir saja limbung ke belakang dan jatuh dari ayunan kalau saja punggungnya tidak tertahan oleh benda bidang yang keras.

Tatapannya kembali bertemu dengan manik biru terang yang menenangkan sekaligus menghanyutkan itu.

Lagi-lagi, Alice berada dalam keadaan canggung. Kedua kalinya Alice harus terjebak keadaan yang membuatnya tak bisa berkutik, -bahkan untuk bernafas pun rasanya sangat sulit. Semua oksigen menjauh darinya seakan-akan tak ingin mengganggu waktu mereka berdua.

Tersadar dari rasa terkejutnya, Alice lantas berdiri membenarkan posisi hingga berhadapan dengan Pangeran Xavier.

"A-aku hanya sedang me-mencari u-udara segar.. Y-ya. Aku sedang mencari udara segar." Jawab Alice gelagapan.

Pangeran Xavier menyadari gelagat aneh Alice, mengangkat sebelah alisnya seolah meragukan jawaban Alice.

"Aku tidak berbohong!" Ketus Alice karena jengah terus-terusan ditatap sedemikian rupa oleh Pangeran Xavier.

Pangeran Xavier terkekeh menahan tawa mendengar ucapan ketus Alice yang justru seperti menggelitik di telinganya. "Baiklah, baiklah.. Aku percaya padamu" Jawab Pangeran Xavier sambil mengacak-acak puncak kepala Alice, tak lupa dengan senyum yang manis yang menawan.

Rasanya Alice ingin pingsan saja. Nafasnya tercekat. Bukan karena takut atau merasa tertekan. Tapi Alice tak sanggup jika disuguhi pemandangan yang luar biasa ini.

Jika kemarin-kemarin Alice sempat mengkritik Pangeran Xavier yang bermuka datar dan terlihat tak berperikemanusiaan, tapi kini, rasanya Alice ingin menarik kembali kata-kata itu. Justru sekarang Pangeran Xavier terlihat sebagai pribadi yang menyenangkan, hangat, dan perhatian.

"Akan ku panggilkan Debora kesini untuk menemanimu." Ucap Pangeran Xavier sebelum melangkah pergi meninggalkan Alice sendirian di taman itu.

"Kurasa, sekarang dia berubah..."

∞∞∞

"Apa yang ingin Ayah sampaikan padaku hingga memanggilku kemari?" Tanya Xavier tanpa basa-basi pada Raja Carlos dengan tatapan dingin seperti biasanya.

ADELARD-XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang