.
.
.
“Jika kalian masih hidup, apakah kalian bangga dengan diriku yang sekarang?”
.
.
.“Cepat panggil Raja kalian itu!” gertak Gord kepada para prajurit yang sedang menghadangnya.
Kini Gord dan Edric berada di Kerajaan Alastor, tempat dimana setengah wilayah Zemonia dikuasai.
“Maaf, tapi Yang Mulia sedang tidak bisa diganggu!”
Gord memandang seorang yang paling bersikap angkuh, “Oh, kau pasti prajurit baru disini ‘kan?”
“Apa urusannya denganmu? Ini jauh lebih baik daripada orang tak jelas yang merusuh di Kerajaan.”
Gord tersenyum miring, “Kau belum tahu siapa aku ternyata.”
Edric sejak tadi hanya terdiam menyaksikan perdebatan antara Gord dan para prajurit tersebut. Namun seiring mereka tetap bersikukuh menolak kehadirannya, suasananya menjadi memanas.
“CLAUS! KELUAR KAU! CEPAT KELUAR ATAU AKU AKAN MENGACAUKAN KERAJAAN INI!” Edric spontan menahan Gord yang sudah hampir kehilangan kendali.
Bisa saja mereka berdua memberontak, tetapi itu akan membuat masalah menjadi panjang. Tujuan mereka bukan untuk mencari keributan apalagi sampai membuat masalah diantara kedua kerajaan.
“Gord, tahan dirimu. Kita bisa dianggap sebagai penjahat!”
“Aku sudah menahan diri supaya tidak melindas tubuh mereka, tapi sepertinya cara baik-baik memang tidak akan membuahkan hasil, Ed!”
Gord memandang satu persatu wajah prajurit yang menurutnya sangat menyebalkan. Apa-apaan mereka itu? Bisa-bisanya mereka dengan berani menodongkan senjata pada Gord.
“CLAUS! CEPAT KELUAR ATAU—”
“Aku sudah disini.”
Semua prajurit tertunduk setelah mendengar suara itu. Bersamaan dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Dalam balutan pakaian khas kerajaan yang mencolok, semua pun sudah pasti bisa menebak siapa dirinya.
“Biarkan mereka masuk!”
Setelah gerbang terbuka, Gord langsung menerobos dengan tidak sabar, diikuti Edric yang tetap kalem seperti biasanya.
“Lama tidak bertemu,” Claus menyapa dengan ramah, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
“Aku tidak butuh basa-basi darimu!”
Claus terkekeh, “Santai, Gord. Lihatlah Edric, dia tidak tempramental sepertimu.”
Edric malas jika harus mengulur waktu. Akhirnya dia angkat bicara langsung pada intinya. “Aku dan Gord datang untuk menyampaikan sebuah pesan.”
“Aku bisa menebak hal itu.” Claus mengedarkan pandangan pada para prajurit yang masih menunduk, “Maaf, sepertinya mereka terlalu patuh pada perintahku.”
Gord mendelik, “Bagaimana bisa mereka tidak mengetahui siapa aku?!”
“Salahmu sendiri yang tidak pernah datang kemari.” Claus mengedikkan bahunya acuh.
∞∞∞∞∞
“Silahkan duduk,” Claus membawa Gord dan Edric menuju ruangan yang biasa digunakan untuk pertemuan kerajaan.
Hanya Edric yang duduk. Sementara Gord berdiri disamping jendela, menatap alam yang terbentang dibalik jendela Alastor itu.
Edric berdehem singkat sebelum memulai pembicaraannya.
“Saya kemari menyampaikan sebuah pesan dari Asgard.” Edric meletakkan gulungan kertas yang berisi tulisan tangan yang ditulis langsung oleh Xavier.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELARD-X
Storie d'amore"Apapun keputusanmu setelah ini, aku akan tetap membuatmu berada di sisiku." ∞∞∞ Alice, seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama berkat kepintarannya -sehingga mendapatkan beasiswa, harus gugur begitu saja kar...