•Part 10 × Pengakuan•

1K 82 13
                                    

“Nikmati saja waktu yang terjadi saat ini. Jika kau telah mengetahui segalanya, Aku tak yakin kita akan tetap seperti ini...”

—Xavier Adelard.

∞∞∞

  Alice terbangun tatkala ada sesuatu hal yang mengganggu tidurnya. Sejak Xander mengantarkannya kekamar untuk beristirahat, Alice benar-benar tertidur lelap. Alice melihat sekelilingnya. Diluar terlihat gelap, hanya sinar rembulan yang mengintip diantara celah-celah jendela kamarnya. Mungkin Alice memang kelelahan hingga tertidur sejak siang sampai malam seperti ini.

Suasana Asgard mungkin telah kembali seperti semula. Terbukti dengan Alice yang sudah tidak merasakan kedinginan lagi. Justru, sekarang Ia merasakan hangat dan ingin kembali melanjutkan tidur cantiknya.

Namun, Alice merasakan hal yang sedikit aneh. Ada sesuatu yang sepertinya menimpa perutnya. Dan ruang hampa dibelakangnya terasa seperti ada yang mengisinya.

Memang, Alice selalu tertidur dengan posisi tubuh menghadap ke samping atau miring. Itu karena kondisi Alice yang sedang mengandung, Ia jadi sulit untuk menemukan posisi tidur yang pas.

Perlahan, Alice menurunkan selimut yang membungkus tubuhnya hingga sebatas dada. Memastikan bahwa memang hanya dirinya yang berada diatas ranjangnya itu.

Terkejut rasanya ketika kau yang selalu berada sendirian didalam kamar, tak lupa untuk mengunci pintu ketika hendak tidur, -lalu tiba-tiba terbangun dengan seseorang yang ada disampingmu.

Alice pun demikian.

Ia terkejut mendapati sebuah tangan yang melingkari perutnya. Tercetak jelas urat-urat yang menonjol menghiasi tangan tersebut. Meyakinkan, bahwa itu adalah tangan seorang pria.

Alice hendak memberontak, menyingkirkan tangan tersebut dan beranjak dari tempat tidur. Tapi sosok yang menyekapnya dari belakang langsung menahan dan justru semakin erat melingkarkan tangannya pada perut Alice.

“Ini masih malam.”

Suara itu berhasil membuat Alice membeku. Tangannya yang semula mencoba menyingkirkan, justru terdiam gemetar.

Suara itu, -Alice sangat paham. Tapi, apakah mungkin?

“Xav—” Rasanya sangat mustahil jika dia ada disini. Mulut Alice terasa kelu untuk mengucap nama itu. Tapi keadaan ini terasa sangat nyata. Rasa hangat dan nyaman. Jauh dalam lubuk hatinya, ini yang sebenarnya ingin ia harapkan sejak dulu.

hm...” Hanya gumaman singkat dan hembusan nafas yang terasa jelas dibelakang tubuhnya. Menusuk dalam telinga, namun yang terporak-poranda justru detak jantungnya.

Alice memutuskan untuk berbalik badan. Memastikan bahwa ini adalah kenyataan, ataukah hanya hayalannya.

Sebut Alice egois. Ia benci Xavier, tapi ia ingin ini semua adalah kenyataan. Ia ingin sosok yang sedang mendekapnya penuh kehangatan ini adalah Xavier. Hanya Xavier.

“Kenapa?” Ucap Alice setelah membalikkan badannya. Posisinya sekarang menghadap jelas pada objek didepannya.

Mata Xavier yang semula memejam, perlahan terbuka. Menatap manik hitam favoritnya. Namun, manik hitam itu justru sedang berkaca-kaca. Membuat perasaan Xavier terenyuh hingga membawa Alice dalam dekapannya.

ADELARD-XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang