Vores Verden 7

664 84 11
                                    

Oh Sehun menyetir dengan lelah setelah lembur bekerja, ia menggelengkan kepalanya mencoba meregangkan otot leher yang tegang seharian, ini sudah hampir jam dua belas malam, jalanan menuju apartementnya cukup lenggang, penat yang menghampirinya serasa meremukkan seluruh badannya.

Namun, saat seseorang yang dengan lancangnya berdiri di tengah jalan menghadangnya dari kejauhan, Oh Sehun mengumpat dalam hati.

‘’shit…’’

Dengan cepat ia membanting kemudinya ke kiri hingga mobil yang dikendarainya oleng dan menabrak pembatas trotoar, ia terengah, memandang sekeliling dan ia menyadari bahwa jalanan ini begitu lenggang dan sepi.

Saat ia mencoba menetralkan detak jantungnya seorang dengan tongkat bisbol itu mencoba memecahkan kaca kanan mobilnya.

‘’keluar !!’’

Dengan keberanian yang coba ia rangkai dalam ketakutannya, ia membuka pintu mobil dengan pelan dan dihadapi oleh 3 orang berandal yang sangar di hadapannya.

Namun, kedua matanya yang tajam yang awas memandang wajah mereka yang tertutup itu satu persatu.

mereka masih muda’

‘’serahkan semua barang berhargamu’’

Suara feminism yang tegas mendominasi kesunyian dan kegelapan jalanan yang sepi itu, kedua mata Oh Sehun mengrenyit,
seorang yang berdiri di tengah dengan potongan rambut berponi khas anak remaja SHS itu begitu mencuri perhatiannya, wajahnya yang tertutup cadar hitam itu tak menghalangi Oh Sehun dalam menilai seberapa menawannya paras yang dimiliki bocah itu.

‘’lebih baik pulanglah… aku tak ingin ada keributan denganmu’’

‘’cih… mulutmu itu masih bisa sombong melihat posisimu yang tersudut’’

Salah satu laki laki yang berdiri di belakang bocah yang mendominasi itu mendecih remeh.

Oh Sehun hendak mengelak pembicaraan saat sebuah serangan yang ditujukan padanya hampir membuat kepalanya bocor seketika, Oh sehun menghembuskan nafas kasar saat ia berhasil menghindar, ia memiliki insting yang tanggap.

‘’si sialan ini !!!’’

dengan cepat ia dikeroyok oleh dua pemuda bercadar yang menyerangnya dengan membabi buta. Ia dengan tangkas menampik, mengelak, mengeluarkan tonjokan dan tendangan, sehingga kedua pemuda itu tumbang satu persatu.

Satu pemuda yang membawa tongkat baseball itu memandang perkelahian mereka dengan datar, saat semua temannya tumbang, saat itulah rahang dan emosinya mengetat.

‘’sialan…’’

Suara desisan pemuda itu mengawali perkelahian satu lawan satu yang begitu alot terjadi malam yang larut itu.
Pemuda itu mengelak, meninju yang ditampik dengan cepat oleh Oh Sehun menggunakan lengannya.

Lalu sebuah tendangan yang dengan sigap dihindari oleh pria berbahu lebar itu, kemeja hitamnya telah kusut tak beraturan, dan pakaian yang dipakai pemuda tersebut juga tak kalah sama akhirnya.

Hingga saat kesigapan oh sehun menampik dan mengelak semua serangan, ia mengambil lengan kiri sang pemuda yang dengan sigap ia putar balik tubuh tersebut hingga pergerakannya terkunci, dari sisi belakang, mereka seperti sepasang pria yang sedang saling memeluk, pemuda kecil itu memberontak, namun kekuatan Oh Sehun lebih besar.

Oh sehun memandang sisi wajah pria itu, tiga tindik di telinga kanan pria muda di bawah kendalinya itu mengambil atensinya. Satu buah anting salib, dan dua buah anting yang memiliki bandul huruf L dan U.

Vores VerdenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang