Peluk

87 8 3
                                    

"Put kamu tau bukuku warna biru nggak?"

"Tadi aku lihat ada di atas meja belajar"

"Nggak ada, Put"

Aku yang sedang asik menonton drakor jadi tergannggu.

"Bentar aku cariin"

Affan malah duduk didepan laptopku, bukannya ikut nyari bukunya.

"Ini ada" aku menemukan bukunya

"Kamu nonton apa sih? belajar sana jangan nonton mulu"

"Iya nanti belajar"

Affan keluar kamar, setelah kembali ternyata dia membawa banyak snack.

"Aku boleh ikut nonton?"

Aku tersenyum melihat dia seperti itu

"Boleh"

Kami menonton bersama sambil makan snack

"Kamu udah nggak marah?"

"Masih"

Aku melihat wajahnya Affan yang cemberut, aku pun tertawa.

"Nggak kok"

Affan tersenyum

"Kak"

"Hmm.." Affan masih fokus menonton

"Temenan sama kak Adiba sejak kapan?"

Pandangan Affan beralih ke aku

"Udah lama sih Put. Kenapa tiba- tiba tanya gitu?"

"Nggak papa cuma tanya doang"

"Aku temenan sama Adiba sejak kami masih SD, dulu dia sering di bully karena nggak tega aku deh yang selalu nolongin. Mungkin sejak itu kami jadi semakin dekat.

"Apa kakak nggak ada rasa sama Kak Adiba?"

"Maksud kamu?"

"Menurutku dalam hubungan pertemanan antara cewek sama cowo pasti ada salah satu atau dua duanya punya perasaan lebih dari teman."

"Kayak kamu sama Chandra?"

Aku diam

"Ya mungkin itu bisa terjadi sih Put. Dulu aku pernah ada rasa sama Adiba, tapi aku pikir karena kita temenan aku ga mau merusak pertemanan itu"

"Kenapa kakak malah terima perjodohan ini bukannya merjuangin cinta kakak?"

"Aku udah merjuangin cinta aku Put, ya menerima perjodohan ini. Mungkin dulu adiba pernah dihati aku tapi sekarang kamu, cuma kamu"

"Menurutku kak Adiba juga suka sama Kakak. Apa nggak mau kembali lagi seperti dulu? Aku nggak masalah kalau kamu ada hubungan sama Kak Adiba. "

"Udahlah.. itu cuma masa lalu."

"Aku pikir kakak lebih baik sama Kak Adiba deh, kalian cocok. Apalagi pernah saling mencintai. Pasti kalau kalian bersatu bisa menjadi pasangan yang paling bahagia."

"Kamu ngomong apa sih Put"

"Aku mau kita pisah Kak, aku udah nggak sanggup jalani ini. Kakak berhak bahagia sama orang lain."

"Aku bahagia kok sama kamu. Kita cuma perlu waktu aja. Aku mohon beri aku kesempatan."

"Sampai kapan pun aku nggak bisa cinta sama kakak! Aku nggak mau nyakitin kamu terlalu lama. Mungkin pisah jalan terbaik, toh kita bisa ngejar kebahagiaan masing - masing."

"Cukup!!" Affan membentakku
"Jangan bahas ini lagi, kita akan tetap sama- sama. Kalau kamu nggak bisa cinta sama aku, itu urusan kamu!" Affan pergi dengan emosi

Aku tidak pernah melihat dia seperti itu. Aku tau mungkin kesabarannya telah habis untuk menghadapiku yang egois. Aku terlalu memikirkan kebahagiaan ku sendiri.

Karena lama Affan tidak kembali ke kamar. Aku pun pergi kebawah untuk mencarinya. Terlihat Affan berdiri di pinggir kolam renang. Aku tau mungkin dia kecewa sama aku. Tapi mau bagaimana lagi cinta tidak bisa dipaksa.

"Kak"

Affan menoleh ke belakang

"Masuk gih udah malam, udaranya dingin nanti kamu masuk angin"

Dia hanya diam

"Maaf" Kata itu meluncur dari mulut ku. Rasanya aku nggak tega melihatnya seperti ini

Affan berjalan mendekatiku, tiba- tiba dia memelukku

"Jangan pernah ngomong gitu lagi."

Aku membalas pelukannya

"Jangan pernah tinggalin aku Put, aku mohon."

***

JauhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang