"어지러운 밤
Dizzy night문득 시곌 봐
Suddenly I tried to look at the clock곧 12시
It's almost 12 p.m.뭔가 달라질까
Will something change?그런 건 아닐 거야
It seems like it won't be like that그래도 이 하루가
Even so, today끝나잖아
Isn't that over?초침과
When seconds분침이 겹칠 때
and minutes overlap each other세상은 아주 잠깐 숨을 참아
The world holds its breath for a momentZero O'Clock"
-Zero O'Clock by BTS
***
Malam di pulau Nami kali ini cukup dingin. Angin yang cukup kencang bersemilir menerpa wajah Seren yang sedang termenung di balkon hotel. Ia memeluk tubuhnya dengan kain rajut yang menyelimuti tubuh mungilnya. Disampingnya tersimpan teh tawar hangat yang telah ia pesan menggunakan telpon hotel tadi pada resepsionis.
Ia sedang merindukan sosok ibunya, setelah cerita yang tadi ia dengar dari Jimin.
Ya, kisah yang tadi sempat diceritakan Jimin tentang ibu Jimin, membuat ia sangat merindukan ibu nya yang telah tiada. Entah dia harus bersyukur atau tidak bahwa ia memiliki sosok ibu yang menyangi nya tetapi ia juga sedih karena saat ini ia tidak bisa bertemu lagi dan merasakan kasih sayang dari sang ibu.
Seren memikirkan kata-kata yang Jimin ungkapkan di restoran tadi, padahal ini sudah cukup larut. Besok pagi ia harus kembali ke Seoul bersama yang lain. Seharusnya ia sudah harus terlelap, tetapi ia malah berdiam diri di balkon hotel sendirian. Merenungkan hal-hal yang menggangu pikiran nya.
Kau harus bersyukur dapat merasakan kasih sayang seorang ibu, Seren.
Kata-kata itu terus terngiang di pikirannya. Jimin terlihat orang yang memiliki segalanya, kekayaan yang berlimpah, orang-orang yang setia bekerja padanya, karir yang cemerlang, dan usaha yang dikenal semua orang. Tetapi dibalik itu semua, ia tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang ibu. Ibu yang melahirkan nya telah pergi saat ia masih kecil, bukan pergi untuk selamanya, tetapi pergi meninggalkannya dan ayah nya entah kemana.
Dan yang paling menyedihkan adalah, sampai saat ini Jimin tidak pernah tahu keberadaan ibu nya dimana.
Entah itu masih hidup, atau sudah tiada.
Seren pikir Jimin tidak pernah kesulitan dalam hal apapun, tetapi tebakan nya salah besar. Ibu nya meninggalkan Jimin saat ia masih berumur 4 tahun. Dimana sudah jelas di umur sekecil itu seseorang akan menyimpan dan mengingat kejadian yang terjadi dalam hidup nya dengan jelas sampai kapanpun.
Ayah Jimin saat itu hanya diam dan tidak bicara apapun saat ibu nya melangkah pergi. Sementara Jimin, sosok laki-laki yang patuh dan cerdas itu hanya bisa menatap nanar ibunya yang menangis melangkah menjauhi rumahnya.
Sebelum ibunya pergi, Ia memeluk Jimin erat dan menatap nya sambil menangis tersedu-sedu, terlihat begitu menyakitkan dan menyedihkan ketika Jimin melihatnya.
Ia sempat berpikir
apakah ini salahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Archetype {arketipe}
Fanfiction{ALL CHAPTER'S EDITED} Seren tidak akan pernah lagi mempercayai kasih sayang seorang lelaki, 7 tahun waktu yang cukup lama untuk memegang tekad itu. Bahkan ketika sahabatnya selalu setia menemani kehidupan nya, tidak pernah sedikitpun ia berniat m...