vii. Derana

9 4 0
                                    

Bertahan di antara luka

Takkan lah mungkin aku lupa, walaupun sehelai dari perkataan nya yang membuat aku percaya akan tipu muslihat yang dia berikan terhadap ku. Begitu pula yang dia lontarkan setiap perkataan manis seraya tersenyum memandang ku dan dia bilang kepadaku, dia takan berpaling dari ku. Namun, semua hanya bualan saja, dengan mudah dia lukai aku dengan lidah tajam nya itu.

Sudah puas kah kau untuk melukai ku? Apa kurang bagimu? Bilang saja.

Nanar aku rasa pada saat itu; namun, masih saja ku menahan kesakitan ini, menahan setiap luka yang dia perbuat terhadap ku. Luka yang hanya bisa ku baluti dengan sebuah semangat ku, sebuah pengharapan yang masih kuat berharap kepadanya. Karena aku yakin, takkan mudah hati untuk membuang kecintaannya terhadap dirinya.


Dear you,

Kau pernah berjanji untuk setia hingga mati, kau juga pernah berjanji takkan ada pria lagi di hati. Namun, kau dengan senang hati membuang perjanjian itu demi pria bergelimang harta, tahta dan nama baik. Apalah daya ku hanya pria yang tidak jelas keberadaannya, seperti burung gereja yang berpindah sarang di tiap hari nya.

Aku meminta padamu, jangan lah pernah kau membuang hati yang pernah bergantung pada hati mu, pada pria yang tulus mencintai mu, pada pria yang penuh pengharapan untuk memilikimu.

Dan ingat lah satu hal, bahwa aku menderana kini karna mu, menderana karna kecintaan ku terhadap mu. Hampir saja ku mati tertelan oleh pengharapan ku sendiri, pengharapan yang penuh kelukaan.

Semoga kau mengerti setiap helai yang aku luahkan terhadap mu, Janganlah kau lupakan hati yang sudah bergantung pada hayat mu

Janganlah kau siakan hati yang menetap di dirimu


(S),

LEKAS BERPULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang