"Neo Yeppeuda"

69 23 6
                                    

   Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Aku masih berdiri di depan cermin, meratapi pakaianku saat ini. Kaos lengan pendek berwarna putih dan rok selutut berwarna biru soft.

   "Apa ini cocok ?" gumamku.

Pintuku diketuk. "Raina-ya. Kau sudah siap ?"

   "Ne, tunggu sebentar." aku menyisir sekali lagi rambutku yang tergerai, kemudian keluar.

Aku berdiri menghadap Seokmin yang menatapku.

   "Aneh ya ?" tanyaku ragu.

Seokmin tersenyum. "Yeppeo."

   "Tidak salah aku menjemputmu di depan pintu."  lanjutnya sambil mengulurkan tangan.

Aku menerima uluran tangannya. "Kenapa memang ?"

Kami mulai melangkah turun.

   "Jika aku menunggumu ditempat lain, aku yakin akan ada orang lain yang lebih dulu menjemputmu. Kau terlalu indah, sayang kalau ditinggalkan."

Aku menahan senyumku.

   Seokmin memesan sebuah taksi. Dia tidak mau naik angkutan umum. Takut orang lain melihat kami. Sebenarnya aku tidak mengerti apa maksudnya. Tapi, ya sudahlah. Biarkan.

   "Kalian mau kencan ya ?" tanya bapak sopir taksi.

   "Eh ?" aku terkejut.

   "Salah ya ? Soalnya tujuannya ke restoran. Terus, mbak pakaiannya bagus, cantik. Si masnya juga ganteng. Cocok. Kayak pasangan serasi."

   "Hanya sebatas teman, Pak. Kebetulan memang mau jalan-jalan bareng." jelasku.

Bapak sopir hanya mengangguk-angguk.

Aku menghela napas. Untung saja Seokmin tidak mengerti. Sedari tadi dia hanya sibuk memandang keluar jendela, melihat suasana malam.

   Lima belas menit, sampailah kami di sebuah restoran.

'Dia membawa uang sebanyak apa ? Sepertinya dia dari keluarga kaya.' batinku.

   "Makasih ya, Pak." ucapku sambil menyerahkan uang.

   "Kalau kalian menikah, kabari Bapak ya." ucap bapak itu.

Aku membalasnya dengan senyuman. Kemudian, bapak itu menginjak gasnya dan pergi.

   "Ayo masuk." ajak Seokmin, menggenggam tanganku.

Kami mencari kursi dengan kapasitas dua orang.

   "Kamu tidak usah memesan. Biar aku saja." ucap Seokmin saat salah satu pelayan menghampiri kami sambil menyerahkan buku menu.

   "Eh ? Kenapa ?"

   "Aku takut kau hanya akan memesan sepiring nasi dan tempe seperti waktu itu."

   "Hey, aku juga sadar tempat tujuan. Kau pikir aku datang jauh-jauh kesini hanya untuk nasi dan tempe ?"

Seokmin mengangkat bahunya. "Bagaimana jika kita makan steak ?"

Aku mengangguk. "Aku juga ingin salad buah."

   "Minumnya strawberry smoothies, kau mau ?"

Aku kembali mengangguk.

   Setelah menulis pesanan kami, pelayan itu pun pergi.

Atmosfer disekeliling kami hening. Tidak ada percakapan antara kami berdua. Seokmin sibuk dengan ponselnya.

   "Seokmin-ah."

Promise | Lee Seokmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang