Merasa Aman

83 29 10
                                    

   Sore ini aku bersiap untuk acara reuni SMA yang diadakan nanti malam. Tadi pagi, Siska sudah memberitahuku lokasinya. Jadi, aku akan berangkat sendiri dan bertemu dengan Siska di daerah dekat sana.

Aku menggunakan kaos biru dan celana hitam panjang. Rambutku kukuncir kuda dengan poni yang kurapikan ke pinggir. Aku memasukan beberapa barang yang akan kubawa ke dalam tas. Saat hendak memasukan ponselku, sebuah pesan masuk.

- Orang Aneh -

Aku menunggumu di depan.

'Mau apa dia ?' pikirku penuh tanya.

Aku memakai tas kecilku, melangkah keluar. Sudah waktunya berangkat.

   "Kau mau kemana ?" suaranya begitu khas ditelingaku.

   "SMA-ku mengadakan reuni. Aku akan datang ke sana."

   "Lalu, bagaimana denganku ?"

   "Apanya yang bagaimana ?"

   "Wisataku."

   "Kita akan berkeliling setelah aku selesai."

   "Kapan ?"

   "Besok." ucapku sambil melangkah, melewatinya yang sedang bersandar di tembok dekat puncak anak tangga.

   "Atau, kau bisa berjalan-jalan dulu di tempat yang pernah kita kunjungi." lanjutku.

   "Seperti ?"

   "Alun-alun. Kau bisa ke sana malam ini."

Seokmin mengangguk, tapi raut wajahnya tidak menunjukan kalau dia setuju.

'Kenapa aku harus peduli ? Aku juga punya acara sendiri. Tidak melulu harus menuruti kemauannya.' batinku.

   "Aku berangkat." ucapku, mulai melangkah turun.

   "Jangan pulang terlalu malam." teriak Seokmin.

   "Angkat telepon dariku. Jangan membuatku khawatir." lanjutnya.

Aku mengangguk. Entah dia melihatnya atau tidak. Kurasa anggukanku sudah cukup sebagai jawaban.

   Dua puluh menit, aku sudah sampai di dekat kafe yang kita pakai untuk reuni. Siska sudah terlihat berdiri di depan salah satu toko, menungguku.

   "Siska !"

   "Hey !"

Setelah berbincang sebentar, kami memutuskan untuk langsung pergi ke tujuan sebenarnya.

Sesampainya di sana, kami melakukan registrasi, kemudian mendatangi beberapa teman sekelas kami.

   "Raina ! Siska !" seseorang berteriak. Saat kucari sumber suaranya, ternyata mereka adalah sahabat-sahabatku.

   "Oca ! Firlin !" teriakku, lalu mengajak Siska untuk menghampiri. Kami berpelukan sebentar, melepaskan rindu setelah sekian lama tidak berjumpa.

   "Dimana Irsa ?" tanya Siska.

   "Tidak tahu. Kami belum menemukannya." jawab Oca.

Sambil menunggu kedatangan Irsa, kami mendekati sebuah meja yang besarnya cukup untuk kami.

   "Hey, kalian !" orang yang kami tunggu datang mendekat.

   "Irsa !" sapa kami semua.

Senang rasanya bisa berkumpul bersama lagi. Kami berbincang-bincang, bercerita tentang hidupnya masing-masing. Saling melepaskan rindu untuk berbagi kisah.

Promise | Lee Seokmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang