Kotak Makan Biru

165 38 32
                                    

   Aku buru-buru membereskan bukuku, memasukannya ke dalam tas. Memakai kaus kaki dan mengambil sepatu di dekat pintu. Pagi ini aku terlambat bangun 15 menit. Tidak seperti biasanya.

   Selesai memakai sepatu, aku memakai tasku dan berlari kecil menuruni tangga, memperbesar langkahku agar tidak terlambat masuk kelas.

   "Raina-ya !" Seokmin menyapaku dengan senyum lebarnya.

Aku tidak peduli. Kuliahku lebih penting. Aku mempercepat langkahku, melewati Seokmin yang berhenti dan hendak mengatakan sesuatu.

   Saat aku mempercepat langkah, aku mendengar langkah kaki yang terburu-buru di belakangku, seperti sedang mengejar.

   "Raina-ya !" sebuah tangan menarikku, membuatku berhenti melangkah. Tangan itu milik Seokmin.

   "Apa ?! Aku sudah terlambat, kau tahu ?!"

Seokmin tampak terkejut mendengar nada bicaraku tadi.

   "Mianhaeyo." ucapku.

Seokmin menggeleng. "Aniyo. Tidak perlu minta maaf."

Dia menyodorkan sebuah kotak makan berwarna biru, dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Aku tahu kau terlambat bangun tadi, dan aku yakin kau belum sarapan. Jadi aku membuatkanmu ini."

Aku menerima wadah biru itu. "Kamsahamnida. Aku pergi dulu, ya."

Aku membalikkan badan.

   "Tunggu ! Dimana kampusmu ?"

*****

   Sekarang adalah jam istirahat di kampusku. Seisi kelas berhamburan keluar, menyisakan aku dan Siska, sahabatku sejak SMA.

   "Raina. Tumben kau telat bangun. Ada apa ?"

   "Aku susah tidur tadi malam."

   "Tadi pagi kau sudah sarapan ?

Aku menggeleng.

   "Ayo ke kantin ! Nanti perutmu sakit."

   "Tidak usah, Sis. Tadi aku dibuatkan ini." ucapku sambil mengeluarkan kotak makan milik Seokmin. Saat aku buka, ada dua tumpuk sandwich di dalamnya.

   " Siapa yang buat ?" tanya Siska antusias.

   "Wisatawan Korea yang memintaku untuk menjadi tour guide-nya."

   "Benarkah ? Kapan kalian bertemu ?"

   "Kemarin, saat aku sedang mengerjakan tugas di kafe."

   "Untung saja kau memang suka belajar bahasa Korea sejak dulu. Jadi kau pasti sudah lumayan lancar untuk berbicara."

Aku mengangguk, menggigit satu tumpuk sandwich yang tinggal setengah.

   "Sandwichnya lumayan juga."

Aku melahap gigitan terakhir. Mengambil tumpukan satu lagi dan membelahnya menjadi dua.

   "Untukmu." aku memberikan setengah bagian kepada Siska.

20 menit kemudian, bel masuk sudah berbunyi. Semua orang yang berada di luar sudah kembali ke dalam kelas. Aku memasukan kotak makan ke dalam tas, mengeluarkan buku catatan, dan bersiap untuk memperhatikan pembelajaran. Begitu juga dengan Siska, dia duduk di sebelahku, sejak dulu.

   3 jam berlalu, selesai sudah kuliahku. Aku dan Siska berjalan keluar kelas saat orang-orang sudah keluar duluan. Aku dan Siska masih tertawa, membahas topik lucu yang sedari tadi kami bicarakan. Saat kami sudah keluar dari gedung kampus, berjalan menuruni tangga, aku melihat dari kejauhan, seseorang melambai.

Promise | Lee Seokmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang