Lari Pagi ?

128 35 22
                                    

   Hari ini, hari Minggu. Sudah hari ke-5 aku menghabiskan banyak waktu bersama laki-laki asing itu. Laki-laki aneh yang sering merenggut free time-ku. Bahkan di hari libur seperti hari ini.

Pintuku diketuk enam kali, menghasilkan sebuah nada mengganggu yang membuatku sebal.

   "Raina-ya! Apa kau sudah bangun ?" teriaknya dari luar.

Aku menutup telingaku menggunakan bantal.

   "Ayo kita pergi lari pagi ! Aku ingin berwisata di sekitar daerah sini."

Aku melihat ke arah jam dinding. Tepat pukul 05:05.

'Sepagi ini ? Yang benar saja ?!' gerutuku dari balik bantal. Aku baru saja terbangun karena terganggu dengan suara ketukannya. Ini hari Minggu, mustahil sekali aku akan bangun sepagi ini.

   "Raina-ya, sepertinya kau belum bangun." ucapnya pelan, kemudian melanjutkan ketukan menyebalkannya.

   "Argh !" aku geram dengan makhluk asing itu. Baru beberapa hari kami kenal saja, dia sudah menyebalkan. Bagaimana jadinya jika sebulan ?

Aku membuka pintuku, dengan wajah yang masih kusut karena belum sempat ke kamar mandi.

   "Ah, akhirnya kau sudah bangun. Ayo kita--"

   "Aku sudah mendengar ajakanmu. Bisakah kau berhenti mengetuk pintuku ?" aku memotong ucapannya.

Senyum lebarnya sedikit meredup. "Mianhaeyo, Raina-ya."

   "Tunggu sebentar, aku akan bersiap-siap." aku menutup pintu, mengambil kaos hitam dan celana abu-abu panjangku di lemari, kemudian masuk ke kamar mandi.

   10 menit, aku sudah selesai bersiap-siap, memakai kaus kaki dan sepatuku.

   "Ayo !" aku menutup pintu rumahku.

Seokmin menatapku, wajahnya seperti terkejut.

   "Kenapa ?"

Dia menggeleng, lalu tersenyum. "Ayo, sebelum matahari benar-benar muncul !"

   Kami berjalan menuruni tangga. Langit masih gelap. Tentu saja, sekarang baru menunjukan pukul lima lebih seperempat.

   "Kenapa kau membangunkanku pagi sekali ?" tanyaku. Kami sudah mulai berlari kecil.

   "Sekarang itu hari Minggu. Harus digunakan untuk olahraga. Kau tidak pernah kan lari sepagi ini ?"

Aku menggeleng. "Aku hanya berlari ketika aku terlambat ke kampus."

Seokmin tertawa. Tawanya begitu tenang dan menyenangkan. Membuat yang mendengarnya ikut tersenyum.

   "Udara pagi disini ternyata menyegarkan." ucap Seokmin, menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya. "Kau harus mencobanya !"

Aku menarik nafasku, lalu membuangnya. Dia benar, sangat menyegarkan.

   "Kita harus sering-sering melakukan ini." Seokmin menoleh, menatapku.

Aku membalas tatapan permintaannya dengan tatapan menolak.

Seokmin tersenyum. "Ayolah, Raina-ya ! Setelah aku kembali ke Korea, kau pasti tidak akan pernah berolahraga sepagi ini lagi."

Aku memerlambat lariku. Entah kenapa setelah mendengar itu, hatiku merasa sedih.

Aku menggeleng, membuang jauh-jauh pikiran itu. Baguslah jika dia pergi. Tidak akan ada yang mengganggu tidurku lagi.

   Sudah 7 menit kami berlari. Kami pun menghentikan laju lari kami, mengubahnya menjadi jalan santai.

   "Raina-ya."

Promise | Lee Seokmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang