Part 3

43 7 1
                                    

Sudah tiga hari Alicia tidak kesekolah. Keberadaannya tidak diketahui, bahkan orang suruhan Zeline dan kawan-kawan tidak dapat menemukannya. Alicia seolah hilang ditelan bumi. Kemana hilangnya Alicia?

Tidak ada yang mau ambil pusing memikirkan hal ini. Zeline dan kawan-kawan menyuruh orang mencari keberadaannya bukan karena khawatir atau merasa bersalah. Mereka hanya ingin memastikan bahwa Alicia tidak melakukan sesuatu yang dapat mencemari nama baik mereka. Dan ya, kejadian seperti ini sangatlah sering terjadi, lagi pula Alicia hidup sebatang kara, jadi tidak akan ada keluarga yang mencari keberadaannya.

Fakta bahwa Alicia hilang tidak akan memengaruhi posisi kekuasaan disekolah. Yang berkuasa tetap berkuasa dan yang ditindas tetap ditindas. Jadi kehidupan disekolah tetap berjalan seperti biasa.

Seminggu berlalu.
Dua minggu berlalu.
Tiga minggu berlalu.
Satu bulan.
Dua bulan.

Semakin lama, Alicia semakin terlupakan. Tidak seorangpun yang membicarakannya, seolah keberadaannya tidak pernah ada.

...

Sampai dibulan ketiga, satu persatu kejadian aneh muncul. Seakan, bumi sedang mencoba mengembalikan bayang-bayang Alicia ke sekolah ini. Teror datang satu persatu, meninggalkan jejak yang seakan itu adalah perbuatan Alicia?

Teror pertama datang seminggu yang lalu, ibu Frederika meninggal secara mengenaskan. Dia di temukan diruang konseling, maksudnya ruang eksekusi. Dia ditemukan dalam posisi terduduk dipojokan, sambil memegang tongkat golf dan keadaan tubuh yang dipenuhi dengan tanda bekas pukulan yang berwarna biru keunguan, jangan lupa dengan matanya yang membulat dan mulutnya yang menganga, seakan ingin meminta tolong tapi TERLAMBAT.

Lalu apa hubungannya dengan Alicia?
Pertama, Alicia tiba-tiba menghilang kurang lebih tiga bulan yang lalu, tidak ada seorangpun yang tahu tentang keberadaannya. Kedua, ibu Frederika adalah guru yang menghukum Alicia di hari terakhirnya ia terlihat disekolah. Ketiga, diantara banyak tongkat, kenapa harus tongkat yang sama dengan tongkat yang dipakai untuk memukuli Alicia?

Sekokahpun semakin heboh, baik itu murid, guru, sampai penjaga sekolah, semua mempertanyakan apa itu benar-benar perbuatan Alicia atau ini hanya sebuah kebetulan yang dihubung-hubungkan dengan Alicia?

...

For the first time, sekolah seheboh ini. Bukan karena kematian ibu Frederika, tapi karena kasus itu 'katanya' ada hubungannya dengan Alicia. Dan jika benar itu ada hubungannya dengan Alicia berarti korban selanjutnya adalah...

"Zel, bagaimana ini?" Tanya Lyodra khawatir.
"Bagaimana apanya?" Jawab Zeline ketus, tetap fokus pada handphonenya.
"Bagaimana jika itu adalah Alicia?" Tanya Lyodra lagi semakin gelisah.

"Ahhhhhhhhhhh"

Tiba-tiba Adara yang sedari tadi diam, langsung menjerit. Tentu saja hal itu membuat Lyodra dan Zeline terkejut. Adara tiba-tiba berubah jadi aneh, memang beberapa hari ini dia menjadi lebih diam dari biasanya.

"Oh my God, you scared me, Adara?" Teriak Lyodra.
"What's wrong with you? Why are you shouting so loud?" Tanya Zeline kesal.

Adara menjerit sekali lagi, lalu mengacak-acak rambutnya. Ia menggeliat seperti orang yang kesurupan. Adara bertingkah sangat aneh, dia menjerit, menangis, lalu tertawa. Hal itu membuat kedua sahabatnya itu heran.

"Dar, kamu kenapa?" Tanya Lyodra berusaha mendekati Adara.
"Ini semua adalah perbuatan Alicia" Ucap Adara histeris.
"Hentikan omong kosongmu! Are you crazy?" Teriak Zeline dengan penuh amarah.

Adara langsung merangkak mendekati Zeline, ia berlutut dihadapkannya, lalu menggosok-gosokkan tangannya memohon.

"Zel, ini bukan omong kosong. Kamu liat apa yang terjadi dengan ibu Frederika kan?  Kalo bukan Alicia siapa lagi? Kumohon kita harus mencari dan meminta maaf kepadanya, sebelum terlambat!" Mohon Adara.
"Aku bilang STOP! Berhenti berbicara omong kosong!" Tegas Zeline.
"T-Tapi, bagaimana jika itu benar-benar Ali-"
"Stop! Kenapa kau juga ikut-ikutan?" Potong Zeline menampakkan tatapan tajam kepada Lyodra.
"La-Lalu siapa yang mel-"
"Kita akan cari tahu dan memberi pelajaran pada orang itu!" Poting Zeline sekali lagi.

Sangat bohong jika mengatakan bahwa Zeline tidak khawatir. Tapi kekuasaan membuatnya bisa tetap tenang. Sudah kebiasaannya memang jika ada 'something wrong' dia yang akan membereskan. Sejauh ini mereka juga baik-baik saja. Lagi pula omongan tentang Alicia tidak mendasar. It's a mere rumor, so what's there to worry about?

...

Ini hari yang sangat membosankan, rumor itu masih saja jadi trending topic di sekokah. Bahkan sudah beberapa hari lalu mereka tidak belajar. Ya belajar adalah hal yang membosankan tapi setidaknya dengan belajar bukan rumor yang tidak ada kejelasan itu yang akan menjadi topik pembahasan. Setidaknya itu yang Zeline pikirkan. Dan baru kali ini Zeline merasa amat senang saat ada guru yang mengajar.

Sementara disisi lain, Adara semakin khawatir. Takut sewaktu-waktu Alicia akan datang dan membunuh dirinya. Ia masih saja gelisah walau Zeline dan Lyodra sudah menenangkannya. Adara sedang memeluk tasnya, memainkan resleting tasnya. Mencoba memainkannya untuk menjauhkan pikirannya dari Alicia, sesekali ia menggigiti kukunya. Adara benar-benar kacau sekarang.

Sejak ibu Frederika meninggal, ia tidak pernah tidur dengan tenang. Ia selalu bermimpi aneh dan menakutkan. Bahkan sekarang sepertinya ada yang berbicara didalam otaknya, Adara menutup telinganya tapi suara itu tidak juga menghilang, ia bahkan memukul kepalanya, menggedor-gedorkan kepalanya ke meja.

"Dar, ada apa?" Tanya Lyodra menyadari ada yang salah dengan sahabatnya itu.
"Diam!" Ucap Adara masih memukul-mukul kepalanya.
"Adara, ini aku, Lyodra" Ucap Lyodra mulai gelisah.
"Diam"
"Diam"
"Diam"
"Diam"

Hanya itu yang diucapkan Adara dengan nada yang semakin bertambah kencang. Sampai pada akhirnya.

"DIAMMM!" Adara menjerit.

Ia kemudian memperhatikan sekitar, semua orang sedang melihat kearahnya. Bahkan gurunyapun berhenti menulis, Adara menarik napas panjang, mengelap keringatnya.

"Saya izin ke toilet pak." Pamit Adara langsung berlari keluar kelas.

Adara benar-benar merasa kacau, mengapa ia terus menerus memikirkan Alicia. Ia menatap dirinya dicermin toilet, sekarang ia menyadari betapa kacaunya dirinya.

Adarapun menunduk dan membasuh wajahnya dengan air diwastafel. Berharap air yang terasa dingin itu bisa menyadarkannya. Mengalihkan pikirannya agar bisa kebih jernih. Iapun selesai dan mengangkat kepalanya, dan menatap cermin.

Adara heran, kenapa tiba-tiba cermin itu berembun? Tanpa pikir panjang iapun mengelap cermin itu dan...

"Ahhhhhhhhhhhhh" Jerit Adara saat melihat sesuatu dari pantulan berdiri tepat debelakangnya.

...


















To be continue

Bagaimana part ini?
Kira-kira apa yang Adara lihat?
Oh ya, apa sebenarnya yang terjadi kepada Adara?
Apakah benar dibalik semua ini adalah perbuatan Alicia?

BLACK MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang