Part 1

78 10 2
                                    

Alicia melangkahkan kakinya gemetar, hari ini dia terlambat bangun sehingga ia tidak bisa datang ke sekolah seperti biasanya. Jika sebelumnya ia sampai di sekolah jam lima subuh, hari ini dia sampai pada pukul delapan pagi. Bahkan bel sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu.

Oh God what is this? Apa kau juga tidak bisa melihat gadis malang itu bahagia? Sudah pasti Alicia akan dimarahi oleh guru. Dan ya, tidak seperti yang kalian bayangkan. Sekolah ini sama saja dengan neraka. Bagaimana tidak? Jika seorang gurupun ikut menindas seseorang yang lemah, dan selalu menutupi kesalahan "si penguasa". Apa yang tidak bisa di beli dengan uang sekarang? Bahkan moral manusiapun bisa dibeli dengan mudah. Pilihannya hanya dua. Kau adalah si "kaya yang berkuasa" atau kau si "miskin yang tertindas".

Setidaknya itu yang dirasakan Alicia dan segelintir "orang kecil" lainnya. Tidak memiliki kekuasaan sehingga harus terima dengan kenyataan bahwa mereka adalah sebuah "alat bersenang-senang" anak orang-orang kaya yang memiliki kekuasaan. Tidak jarang ada yang bunuh diri karena sudah tidak bisa menahan semuanya. Dan sekolahpun seolah bermasa bodoh dengan kasus seperti ini. Mereka yang berkuasa bisa melakukan apa saja termasuk menutupi kejadian tidak adil ini. Sekali lagi apa yang tidak bisa dibeki dengan uang?

Kenapa tidak pindah sekolah saja?  Saat masuk disekokah ini, kau sudah kehilangan dua hal dihidupmu. Pertama keadilan dan yang kedua kebebasan. Jika sudah masuk ke sekokah ini, kau tidak akan bisa keluar lagi. But if you really want to get out, the onky way is "death"

Kalau begitu kenapa tidak melapor polisi? Apa kau masih berpikir bahwa didunia ini masih ada keadilan? Pada kenyataannya mereka yang sampai berani untuk mencari keadilan mereka semua lenyap bak ditelan bumi. Dan Alicia terlalu takut untuk melakukan semua hak itu, terima tidak terima satu-satunya yang bisa dilakukan Alicia dua tahun terakhir ini hanyalah berusaha melayani si penguasa dengan baik agar hidupnya tidak terlalu menderita.

...

Langkah kakinya semakin gemetar seiring dengan semakin dekat dirinya dengan pintu kelas. Saat sampai tepat di dekat pintu kelas, ia berhenti sejenak. Menarik napas lalu menghembuskannya.  Ia kemudian menundukkan kepala dan mulai melangkahkan kakinya menuju kedalam kelas. Baru saja hendak mengambil langkah ketiga, langkah Alicia langsung terhenti saat melihat sepasang kaki yang memakai 'block heels'     berdiri tepat dihadapannya. Ia pun mengarahkan pandangannya tepat ke arah guru yang sudah memasang raut wajah kesal sambil memegang sebuah tongkat.

Alicia tidak bisa berkata-kata, apapun alasan yang ia berikan pasti tidak akan diterima oleh guru itu. Ia hanya bisa menggigiti bibirnya dan meremas rok yang ia kenakan sambil membayangkan apa yang akan terjadi.

"Ikut saya" Ucap guru itu kasar.
"Ba-Baik bu" Balas Alicia terbata-bata.

Ia hanya bisa pasrah dan terus mengikuti gurunya. Dan sepertinya Alicia akan dibawah ke ruang konseling, ah tidak ruang eksekusi tepatnya.

"Berapa lama kau terlambat?" Tanya guru itu basa-basi.
"Li-Lima belas menit bu" Jawab Alicia.
"Ini bukan yang pertama kali bukan?" Tanya guru itu.
"I-Iya bu" Jawab Alicia sambil mengangguk.
"Ya sudah apa yang kau tunggu?" Ucap guru itu dengan nada marah.

Mendengar hal itu Alicia langsung membalikkan badannya menghadap lemari untuk memilih alat eksekusinya, di lemari itu ada berbagai macam tongkat, dari tongan kayu biasa, tongkat baseball hingga tongkat golf. Dan yang dipilih Alicia kali ini adalah tongkat golf. Ia langsung menyerahkan tongkat itu pada gurunya dan menghapkan dirinya ke arah tembok dan kau pasti tahu yang terjadi selanjutnya.

...

To be continue

BLACK MAGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang