Bab 7

54 14 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan ia masih berada di perpustakaan oh jangan lupakan murid laknatnya Arsha yang dari tadi hanya melamun, mengumpat, dan teriak teriak tidak jelas, sampai membuat Rama takut. Mungkin kalian berpikir kenapa Rama tidak meninggalkannya saja dan pulang ke rumah nya, ya memang ia memiliki pikiran seperti itu tapi Rama juga masih seorang manusia dam seorang lelaki yang masih memiliki hati nurani dan rasa tanggung jawab sebagai gurunya, walau Rama hanya guru yang berlaku saat pulang sekolah.

"Lah kok gue masih disini" ucap tiba tiba Arsha setelah sekian beberapa lamanya ia melamun, lalu cewek itu pun melihat arloji di pergelangan tangannya

"Astagfirullah udah jam segini" Rama yang melihat kehebohan Arsha barusan hanya menggeleng geleng kepalanya tak habis pikir, bahkan cewek itu tidak menyadari kehadirannya

"Ekhm" deham Rama tentu saja sengaja agar Arsha melihatnya

Dan benar saja Arsha pun melihat ke belakang yang dimana posisi Rama saat ini di sana. " Ngapain?"

"Ngapain kata lo? Ya nungguin lo lah anjir malah nanya" Rama sudah menunggu Arsha dari sejam yang lalu dan sekarang yang di tunggu nya malah Bertanya "ngapain?" terhadapnya dengan raut wajah yang datarnya itu

"Ngapain nunggu?" Tanya nya lagi masih dengan posisi wajah yang sebelumnya

Rama benar benar tidak percaya dengan cewek di depannya ini, selain menyebalkan ia juga tidak tau diri, ya sangat

"Lo mikir aja coba, lo cewek terus gue tinggal sendiri disini, kesannya kaya gue ga berperikemanusiaan banget"

"Dulu aja lo ninggalin gue, b aja kan?" Rama gelagapan di tempatnya, memang dulu ia meninggalkan Arsha sendirian kala itu di halte tapi Rama juga merasa bersalah dan sampai berujung mengirimnya pesan yang membuatnya menyesal sampai saat ini.

"Kata siapa anjir b aja, gue khawatir tau. Buktinya gue chat lo waktu itu kan" Ucap Rama berdasarkan fakta yang ada

Khawatir? Batin Arsha

"Yaudah" Setelah mengucapkan satu kata yang singkat, padat, dan, jelas Arsha meninggalkan Rama sendirian di perpustakaan

"Lama lama gue kebiasaan sama sikapnya yang tiba tiba pergi kayak gitu" ucap Rama pasrah sudah

Di parkiran hanya ada dua motor yang tersisa, tentu saja itu milik Rama dan Arsha, tidak ada orang lain lagi di dalam sekolah terkecuali pak satpam yang berada di pos nya masih berjaga sampai di sekolah benar benar sudah tidak ada orang

Arsha sudah berada di atas motornya tapi ia tidak kunjung menyalakan motornya dan malah melamun, lagi

Sebenernya Arsha bukan hanya melamun tanpa alasan ia masih kecewa tidak bisa menonton film yang di tunggu tunggunya selama ini, itu membuatnya overthinking terus menerus bahkan tadi ia tidak fokus belajar dengan Rama. Eh memangnya tadi belajar ya? Tadi Arsha hanya melihat Rama yang diam di belakang nya sambil memperhatikannya

Memperhatikan? Dirinya? ayolah Arsha jangan GR. Batinnya

Brumm.. brum!

Cewek itu tersadar dari lamunannya saat mendengar suara deruman motor yang nyaring membuat nya menoleh kepada sang pemilik motor

"Lo masih betah ngelamun disini?. Apa lo mau nginep disini sekalian nemenin pak Asep jaga?" Ucap Rama di balik helm nya

Karena Rama berbicara sangat keras itu pun sampai terdengar oleh pak asep.

Merasa terpanggil pak Asep pun ikut nimbrung tiba tiba "siapa den yang mau nemenin bapa jaga? Ayo lah bapa juga gak ada temennya ini teh"

Rama yang mendengar itu tertawa ringan, ya di balik helmnya tapi masih bisa terdengar dan terlihat oleh Arsha pasalnya Rama tidak menutup kaca helmnya

"Iya nih pak ni orangnya nih" ujar Rama menunjuk Arsha, yang di tunjuk hanya diam hening tanpa berniat bicara. kayanya nafas juga males Arsha mah:v

*

"Si Arsha masih belajar sama si Rama ga ya?"

"Jam segini harusnya udah ya" jawab cewek itu sambil melihat jam di ponselnya

Sekumpulan Genk Arsha yang sedang nongkrong di basecamp nya yaitu Rumah Miska. Mereka menjadikan Rumah Miska sebagai tempat berkumpulnya cewek cewek itu karna memang hanya Rumah Miska yang aman, nyaman, tentram dapat sarapan, makan siang, makan malam gratis, dan juga wi-fi gratis bagaimana mereka tidak betah?

Kadang mereka lebih betah diam di Rumah Miska dari pada di Rumah mereka masing masing, tapi bukan berarti mereka tidak mau pulang karna tidak betah.

"Mau gue telpon?" Tanya Asta sambil matanya terfokus ke laptop, Asta sedang streaming anime terbaru yang bahkan masing on going

"Lah gue kira lo ga nyimak" Sahut Lita yang heran, ia kira Asta tidak mendengarkan percakapan dirinya dengan Dina karena sedang fokus menonton, dari dulu sepertinya Asta tidak bosen bosennya menonton kartun yang berasal dari jepang itu, bahkan Sekarang nambah satu yang menyukai anime di genk mereka, yaitu Arsha. Yang Lita tidak paham apa seru nya menonton kartun?

"Dikira gue budeg" ucap Asta tanpa menoleh sedikit pun

"Ya biasanya kan lo kalo nonton kayak oranh ga punya kuping, alias budeg".

"Itu mah bukan si Asta, tapi si Arsha" Sahut Dina membenarkan

"Lah iya?" Ucap Lita

Dari pada harus terus mendengarkan Lita bicara yang sama sekali tidak penting, Asta lebih memilih menelfon Arsha, menanyakan keberadaannya

"Halo sa?" Ucap Asta dengan ponsel di telinganya

"Lo dimana? Masih di sekolah? Atau udah pulang?"

"Lo nanya atau wawancara si anjir, satu satu ngapa" Ujar Lita yang mendengar pertanyaan beruntun Asta

"Kaya lo ga gitu aja" Ucap Dina

"Lah emang gua mah ga gitu" sewot nya

"Dahlah, btw si Miska kapan pulang nya ya?."  Tadi saat mereka tiba di rumah Miska, Miska dan keluarganya sudah ingin pergi entah kemana Miska hanya bicara urusan keluarga.

Dan dia menyuruh temannya masuk sekaligus menjaga Rumah katanya, itu dengan senang hati akan mereka terima dengan fasilitas yang ada di rumah Miska

"Malem sih kayanya" jawab Dina

"Yaudah lo hati hati di jalan, gak usah sedih sedih soal film yang gak jadi lo tonton itu anjir bisa nonton besok atau nanti kan juga pasti masih ada" Ucap Asta yang masih mengobrol dengan Arsha, setelah itu ia mematikan telfon secara sepihak










Puitis and si otak Rumus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang