"Ram kasih tau lah cepet gimana kemaren lo chat si Arsha?" Farhan dari tadi terus saja mengoceh tidak henti henti nya, yang itu membuat Rama kehilangan konsentrasi belajar nya
Pasalnya dari saat makan sampai selesai makan, dan berujung sekarang ia belajar, Rama belum mengatakan sepatah kata pun tentang kemarin saat ia menchat Arsha.
Sebenarnya tidak penting penting sekali tapi memang Farhan jiwa ke kepoannya sudah mendarah daging.
"Lo bisa diem ga sih?. Nanti kalo yang lain denger gimana?" Ujar nya mulai jengah dengan percelotehan Farhan sedari tadi
"Ya makannya kasih tau nyet,"
Bukannya menjawab Rama malah melanjutkan kembali belajar nya. Sudah kelewat rajin memang Rama di hari libur saja ia masih menyempatkan waktu untuk belajar. Ga kaya yang baca:v
"Anjer lo gue di kacangin"
Cowok itu menghentikan kegiatan belajar nya dan menghadap ke arah Farhan "Lagian ga penting penting banget han."
Farhan berdecak, "Denger ram mau seberapa lo nilai itu penting atau ga, tapi bagi gue itu penting. Kunci dari langgeng nya persahabatan adalah saling terbuka, saling curhat tentang kesenangan atau pun kesedihan."
Dari sahabatnya yabg lain Farhan memang yang paling dewasa, kadang jika ada masalah diantara sahabat nya, ia selalu bisa mengatasi nya sampai masalah itu beres
Rama menunduk, dan tersenyum tipis ia memang tidak bisa untuk tidak bercerita kepada Farhan, selain Karim
Rama melirik Farhan yang sedang melihatnya beberapa detik mereka saling bertatapan dan Rama membuyarkan itu semua
"Lo kenapa natap gue gitu amat anjir?."
Farhan mengerutkan keningnya "Lah lo duluan yang natap gue"
"Iya juga"
"Buruan njir jadi si Arsha tuh gimana?" Ucap Farhan mendesak Rama
Rama menghembuskan nafas, pasrah "oke oke," ucap Rama lalu mengambil ponsel di saku celana nya dan memberikannya kepada Farhan
Farhan menerima ponsel Rama yang disitu sudah membuka room chat nya dengan Arsha
Tidak butuh waktu lama Farhan selesai membaca chatingan Rama dan Arsha, bukan karena Farhan cepat membacanya tetapi chatnya yang tidak banyak bahkan bisa dihitung jari
"Jayus amat. Pantesan si Arsha balesnya singkat gini" ucap farhan terlewat jujur
Rama memutar bola mata nya "kaya bisa aja lo nyari topik njir, nge chat cewe aja kadang di bales kadang engga bahkan lebih parah di read doang." semprot Rama membuat Farhan mematung di tempatnya
"Makannya belajar lah sama gue," ujar Karim yang tiba tiba masuk ke dalam kamar Rama yang kebetulan tidak di kunci
Sontak Rama dan Farhan melihat ke asal suara. Rama beralih ke ponsel yang di pegang Farhan berniat mengambil nya tetapi kalah cepat dengan Karim ia mengambil duluan ponsel Rama dan langsung melihat ke ponsel yang masih membuka room chat
Ia mulai membacanya, Rama pasrah sudah bahkan jika semua sahabat nya yang ada di bawah tahu pun Rama sudah tidak peduli lagi. Karena memang bukan suatu hal yang penting dan rahasia sekali
Karim tertawa terbahak-bahak saat sudah selesai membaca chat.
Rama dan Farhan saling bertatapan seolah mengerti apa yang ada di pikiran mereka saat ini. Ciri ciri sahabat yang sefrekuensi bertatapan saja sudah mengerti apa yang mereka berdua pikirkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Puitis and si otak Rumus
Novela JuvenilBagaimana rasanya di ajarkan oleh siswa ganteng juga pintar, yang sangat di sayangi oleh guru guru. Mungkin kalian akan menerima nya dengan senang hati. Tetapi justru itu suatu mimpi buruk bagi Arsha Arsha siswi SMA yang berasal dari kelas X IPA 2...